PERKEMBANGAN
INTELEGENSI
Intelegensi dapat berubah sepanjang waktu, sebuah penelitian
menunjukkan bahwa intelegensi berubah sebanyak 28 point antara usia 2,5 tahun
hingga 17 tahun, bahkan sepertujuh dari siswa dapat berubah hingga 40 point
(McCall, Appelbaum & Hogarty, dalam Eggen dan Kauchak, 1997). Perubahan ini
dimungkinkan karena ada faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Para ahli psikologi berbeda pendapat tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan intelegensi. Isu yang sering diperdebatkan adalah faktor
genetik dan faktor lingkungan. Menurut sebagian ahli, intelegensi sepenuhnya
ditentukan oleh faktor genetik, sebagian ahli-ahli berpendapat bahwa
perkembangan intelegensi dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Akan tetapi,
sebagian besar ahli justru mengambil posisi di tengah, mereka meyakini bahwa
intelegensi seseorang dipengaruhi oleh keduanya, yaitu pembawaan dan juga
lingkungan.
Meski sebagian besar ahli telah sependapat bahwa faktor yang mempengaruhi
perkembangan intelegensi adalah faktor genetik dan lingkungan. Akan tetapi,
mereka tetap berbeda pendapat tentang berapa banyak yang disumbangkan oleh
masing-masing faktor sejauh mana faktor-faktor tersebut berpengaruh. Menurut
sebagian ahli, faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap intelegensi
adalah faktor pembawaan. Hal ini dapat dipahami karena orang yang terlahir
dengan intelegensi yang sangat rendah tidak mungkin ditingkatkan meski dengan
lingkungan dan teknik pendidikan sebaik apapun. Akan tetapi, faktor lingkungan
juga berperan penting, karena seorang anak yang terlahir sebagai jenius bila
tidak mendapat pengasuhan dan pendidikan yang layak maka tidak akan menjadi
jenius.
Sejauhmana faktor genetik dan lingkungan mempengaruhi perkembangan
intelegensi ditunjukkan oleh penelitian-penelitian terhadap bayi kembar. Sebagian
penelitian menunjukkan bahwa pengaruh faktor genetik terhadap perkembangan
intelegensi terutama karena adanya pertalian keluarga dengan ukuran IQ.
Penelitian yang dilakukan oleh Erlenmeyer Kimling dan Jarvik dan juga Jensen
(dalam Elliot, 2000) menunjukkan bahwa umumnya individu yang mempunyai hubungan
keluarga cenderung memiliki IQ yang relatif sama, dengan skor korelasi untuk
kembar identik 0,87, untuk kembar identik 0,53, untuk saudara kandung 0,53, dan
untuk yang tidak memiliki pertalian keluarga 0,23. Dalam kaitannya dengan
pengaruh faktor lingkungan terhadap perkembangan intelegensi, penelitian yang
sama menunjukkan bahwa pertalian keluarga yang hidup dalam lingkungan yang sama
korelasi skor IQ-nya tinggi (0,87), dan sebaliknya pertalian keluarga yang
hidup dalam lingkungan berbeda menunjukkan korelasi skor IQ yang relatif lebih
rendah (0,75). Dari berbagai penelitian yang dilakukan disimpulkan bahwa
pengaruh faktor genetik yang kuat terdapat pada kinerja non-verbal dan pengaruh
lingkungan yang kuat pada ekspresi bahasa.
KESIMPULAN
Dari
pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa intelegensi itu dapat berubah sepanjang
waktu. Dari sebuah penelitian menunjukkan bahwa intelegensi berubah sebanyak 28
point antara usia 2,5 tahun hingga 17 tahun, bahkan sepertujuh dari siswa dapat
berubah hingga 40 point.
Para
ahli juga berbeda pendapat mengenai factor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan intelegensi. Menurut sebagian ahli ada yang berpendapat bahwa
intelegensi dipengaruhi oleh faktor genetik, sebagian lagi berpendapat
dipengruhi oleh faktor lingkungan, sebagian besar ahli justru mengambil posisi
di tengah, mereka meyakini bahwa intelegensi seseorang dipengaruhi oleh
keduanya, yaitu pembawaan dan juga lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Khadijah,
Nyayu. 2009. Psikologi Pendidikan. Palembang:
Grafika Telesindo Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar