BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Tidak dapat
diragukan lagi, bahwa sejak anak manusia lahir ke dunia, telah ada dilakukan
usaha-usaha pendidikan. Manusia telah berusaha mendidik anak-anaknya,
kendatipun dalam cara yang sangat sederhana. Demikian pula semenjak manusia
saling bergaul, telah ada usaha-usaha dari orang-orang yang lebih mampu dalam
hal-hal tertentu untuk mempengaruhi orang-orang lain teman bergaul mereka,
untuk kepentingan kemajuan orang-orang bersangkutan itu. Dari uraian ini
jelaslah kiranya, bahwa masalah pendidikan adalah masalahnya setiap orang dari
dulu hingga sekarang, dan di waktu-waktu yang akan datang.
Setiap
individu memerlukan pendidikan, baik pendidikan di lingkungan keluarga,
masyarakat maupun di lingkungan sekolah. Salah satu diantara ajaran Islam
tersebut adalah mewajibkan kepada umat Islam untuk melaksanakan pendidikan.
Karena menurut ajaran Islam, pendidikan merupakan kebutuhan hidup manusia yang
mutlak harus dipenuhi, demi untuk mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan di
dunia dan di akhirat. Pendidikan juga merupakan faktor penentu stratifikasi
hidup manusia dalam masyarakat.
Untuk
meningkatkan kualitas manusia tersebut pemerintah telah memberikan kesempatan
belajar kepada generasi muda melalui lembaga-lembaga pendidikan, baik formal
maupun non formal untuk dididik, diajar dan dilatih dengan berbagai ilmu
pengetahuan, sikap, nilai-nilai dan keterampilan. Program pendidikan dasar 9
tahun yang diadakan pemerintah wajib diikuti oleh seluruh anak di Indonesia
baik yang mampu maupun yang kurang mampu. Bagi anak-anak yang kurang mampu
dapat dibantu dengan adanya dana BOS yang menjadi anggaran pemerintah dari 10%
APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah) dan APBN (Anggaran Pendapatan Belanja
Negara). Upaya pemerintah dalam menangani pendidikan di Indonesia sudak
selayaknya diacungi jempol, walaupun pendidikan di Indonesia masih jauh
tertinggal di banding pendidikan di luar negeri.
Masalah
pendidikan adalah masalah yang sangat penting dalam kehidupan. Bukan saja
sangat penting, bahkan masalah pendidikan itu sama sekali tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan. Baik dalam kehidupan keluarga, maupun dalam
kehidupan bangsa dan negara. Maju mundurnya suatu bangsa sebagian besar
ditentukan oleh majunya pendidikan di negara itu.
Pendidikan
pada intinya merupakan proses penyiapan subjek didik menuju manusia masa depan yang
bertanggungjawab. Kata “bertanggungjawab” mengandung makna, bahwa subjek didik
dipersiapkan untuk menjadi manusia yang berani berbuat dan berani pula
bertanggungjawab atas perbuatannya. Aktivitas-aktivitas pendidikan mencakup
produksi dan distribusi pengetahuan yang terjadi baik dalam skema kelembagaan
maupun pada proses social pada umunya.
- Tujuan Penelitian
1.
Untuk mengetahui penting atau tidaknya pendidikan bagi
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
2.
Untuk mengetahui pentingnya pendidikan di Indonesia
3.
Untuk mengetahui fakto-faktor apa saja yang
mempengaruhi pendidikan
4.
Untuk mengetahui lembaga-lembaga pendidikan di
Indonesia
5.
Untuk mengetahui aspek-aspek dalam pendidikan
- Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian/definisi pendidikan ?
2.
Apa tujuan dan fungsi pendidikan ?
3.
Apa pentingnya pendidikan dan ilmu pendidikan ?
4.
kapan manusia dapat menikmati jenjang pendidikan ?
5.
Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan di
Indonesia ?
6.
Bagaimana Pendidikan Sebagai Ilmu Pengetahuan ?
7.
Apa saja lembaga-lembaga dalam pendidikan ?
BAB II
PEMBAHASAN
- Definisi Pendidikan
Bagi sebagian
masyarakat awam, istilah pendidikan seringnya diidentikkan dengan “sekolah”,
“guru mengajar di kelas”, atau “satuan pendidikan formal” belaka. Secara
akademik, istilah pendidikan berspektrum luas. Pendidikan adalah proses
peradaban dan pemberadaban manusia. Pendidikan adalah aktivasi semua potensi
dasar manusia melalui interaksi antara manusia dewasa dengan yang belum dewasa.
Pendidikan adalah proses kemanusiaan dan pemanusiaan sejati, dengan atau tanpa
penyengajaan.
Masih ratusan
lagi definisi dan makna pendidikan, termasuk metaforanya, seperti tertuang
dalam kotak di bawah ini.
P =PROSES
E =ELEVASI
N =NONDISKRIMINASI
D =DINAMIS
I =INTENSIF
D =DEWASA
I =INDIVIDU
K =KONTINYU
A =ADAPTABILITAS
N =NIRLIMIT
Istilah
pendidikan berasal dari bahasa Latin “e-ducere”
atau “educare” yang berarti “untuk
memimpin atau memandu keluar”, “terkemuka”, “membawa manusia menjadi mengemuka”,
“proses menjadi terkemuka”, atau “sebagian kegiatan terkemuka”.
Dari
pengertian di atas, ada beberapa pendapat tentang definisi pendidikan dari
beberapa pakar, antara lain:
- Horne mendefinisikan pendidikan sebagai proses penyesuaian yang berlangsung terus-menerus bagi perkembangan intelektual, emosional, dan fisik manusia.
- Brubacher (1969) mendefinisikan pendidikan sebagai suatu proses pengembangan potensi dasar manusia ya g berkaitan dengan moral, intelektual, dan jasmaninya untuk mencapai tujuan hidup dalam kerangka system social.
- Noor Syam (1981) mendefinisikan pendidikan sebagai aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya, yaitu rohani (pikir, karsa, rasa, cipta, dan budinurani) dan jasmani (pancaindera serta keterampilan-keterampilan)
- Menurut M.J. Langeveld, pendidikan adalah setiap pergaulan atau hubungan mendidik yang terjadi antara orang dewasa dengan anak-anak
- Di dalam Undang-undang (UU) No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), disebutkan bahwa, “pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara
- Menurut GBHN, pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup
- Ki Hajar Dewantara mendefinisikan pendidikan sebagai penuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mancapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya
Dari
definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah proses
interaksi manusiawi yang dilakukan oleh subjek dewasa untuk menumbuhkan
kedewasaan pada subjek yang belum dewasa, dan juga sebagai proses kemanusiaan dan
pemanusiaan secara terus-menerus.
- Tujuan dan Fungsi Pendidikan
Menurut
sejarah : bangsa Yunani tujuan pendidikannya ialah ketentraman. Mereka
berpendapat bahwa berperang adalah suatu perkara yang sangat penting untuk
kemuslihatan hidupnya atau dunianya.
Adapun menurut
Islam, tujuan pendidikan adalah membentuk manusia supaya sehat, cerdas, patuh
dan tunduk kepada perintah Tuhan serta menjauhi larangan-larangan-Nya. Sehingga
ia dapat berbahagia hidupnya lahir batin, dunia akhirat.
Demikian pula masing-masing
orang mempunyai bermacam-macam tujuan pendidikan, yaitu melihat kepada
cita-cita, kebutuhan dan keinginannya. Ada yang mengharapkan supaya anaknya
kelak menjadi orang besar yang berjasa kepada nusa dan bangsa. Ada yang
menginginkan supaya anaknya menjadi dokter, insinyur atau seorang ahli seni.
Dan ada pula yang mengharapka supaya anaknya ulama besar, panglima perang dan
lain-lain.
Semuanya itu
tergantung kepada keinginan tiap-tiap untuk mengarahkan anaknya agar tercapai
hajatnya itu.
Berhasil atau
tidaknya keinginan tiap-tiap orang ada sangkut pautnya dengan bakat dan
pembawaan dari tiap-tiap anak itu sendiri, yang harus diperhatikan oleh orang
tuanya. Kadang-kadang keinginannya itu tidak sesuai dengan pembawaannya maka
sukarlah akan tercapai tujuannya.
Pada umumnya
tiap-tiap bangsa dan Negara sependapat tentang pokok-pokok tujuan pendidikan,
yaitu: mengusahakan supaya tiap-tiap orang sempurna pertumbuhan tubuhnya, sehat
otaknya, baik budi pekertinya, dan sebagainya. Sehingga ia dapat mencapai
puncak kesempurnaannya dan berbahagia hidupnya lahir batin.
- Pentingnya Pendidikan dan Ilmu Pendidikan
a.
Pentingnya pendidikan
Mengapa pendidikan itu penting ?
Hal ini dapat disoroti lewat:
1)
Segi anak
Anak adalah
makhluk yang sedang tumbuh, oleh karena itu pendidikan penting sekali karena
mulai sejak bayi belum dapat berbuat sesuatu untuk kepentingan dirinya, baik
untuk mempertahankan hidup maupun merawat diri, semua kebutuhan tergantung
ibu/orang tua
2)
Segi orang tua
Pendidikan
adalah karena dorongan orang tua yaitu hati nuraninya yang terdalam yang
mempunyai sifat kodrati untuk mendidik anaknya baik dalam segi fisik, soaial,
emosi, maupun intelegensinya agar memperoleh keselamatan, kepandaian, agar
mendapat kebahagiaan hidup yang mereka idam-idamkan, sehingga ada tanggung
jawab moral atas hadirnya anak tersebut yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha
Kuasa untuk dapat dipelihara dan dididik dengan sebaik-baiknya. Hal ini harus
dilakukan dengan rasa kasih sayang.
b.
Pentingnya mempelajari ilmu pendidikan
Pentingnya mempelajari ilmu pendidikan
dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.
Untuk pengembangan individu
Seperti kita
ketahui manusia sebagai makhluk berbudaya dapat mengembangkan dirinya
sedemikian rupa sehingga mempu membentuk norma dan tatanan kehidupan yang
didasari oleh nilai-nilai luhur untuk kesejahteraan hidup, baik perorangan
maupun untuk kehidupan bersama.
2.
Bagi pendidik pada umumnya
Dengan
memahami pendidikan pendidik dapat:
a.
Memudahkan praktek pendidikan
b.
Dapat menimbulkan rasa kecintaan pada diri pendidik
terhadap tugasnya, terhadap anak didik dan terhadap kebenaran
c.
Dapat menghindari banyak kesukaran dan kesalahan dalam
melaksanakan praktek pendidikan
Kesalahan yang
mungkin dibuat dalam mendidik diantaranya:
-
Cara mendidik yang terlalu keras
-
Cara mendidik yang tidak memberi kesempatan untuk
berkembang
-
Kesalahan menekankan tujuan pendidikan yang diinginkan
3.
Dari segi pembangunan
Seperti kita
ketahui dari GBHN tentang dasar dan tujuan pendidikan nasional: “pendidikan
nasional berdasarkan atas Pancasila dan bertujuan untuk meningkatkan ketakwaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan, keterampilan, mempertinggi
budipekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan agar
dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya
sendiri serta, bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.
Begitu
pentingnya pendidikan untuk pembangunan bangsa maka pemerintah telah berusaha
keras untuk:
a.
Meningkatkan usaha pemerataan pendidikan
b.
Meningkatkan mutu pendidikan dalam setiap tingkat
pendidikan
c.
Meningkatkan relevansi pendidikan
d.
Meningkatkan efektivitas dan efisiensi
- Jenjang Pendidikan
Secara
konstitusional, seperti tertera dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, secara tegas dinyatakan bahwa salah satu tujuan
membentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa. Lebih lanjut dalam Amandemen UUD 1945 khususnya pada Bab XII
Pasal 28A ayat (1) disebutkan bahwa setiap
orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak
mendapat pendidikan, dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan
teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualias hidupnya dan demi
kesejahteraan umat manusia. Selanjutnya Pasal 31 ayat (2) menegaskan bahwa
setiap warga Negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya.
Penyelenggaraan
wajib belajar pendidikan dasar ini merupakan bagian dari kebijakan pendidikan
di Indonesia dalam mewujudkan pendidikan untuk semua sesuai dengan prinsip education for all.
Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional ) UU Sisdiknas No. 20
Tahun 2003) menggariskan pentingnya Wajib Belajar sebagai program pendidikan
yang wajib diikuti setiap warga Negara Indonesia atas tanggungjawab pemerintah,
pemerintah daerah, dan masyarakat. Wajib Belajar sebagaimana dimaksud dalam
ketentuan itu diselenggarakan dengan tujuan untuk memberikan pelayanan
pendidikan dasar seluas-luasnya kepada anak usia 7 sampai dengan 15 tahun
sampai lulus tanpa membedakan latar belakang agama, suku, social, budaya, dan
ekonomi. Setiap warga yang berusia lebih dari 15 (lima belas) tahun yang belum
lulus program wajib belajar dapat menyelesaikan pendidikannya di luar
tanggungan Pemerintah dan /atau pemerintah daerah. Karena setiap warga Negara
usia wajib belajar berhak mendapatkan pelayanan wajib belajar yang bermutu,
maka orang tua anak usia wajib belajar berkewajiban memberikan kesempatan
kepada anaknya untuk mendapatkan pendidikan dasar.
- Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendidikan Di Indonesia
Pendidikan
sebagai proses atau aktivitas disyaratkan oleh banyak hal-hal atau
faktor-faktor. Factor-faktor yang mempengaruhi belajar itu adalah banyak sekali
macamnya, terlalu banyak untuk disebutkan satu per satu. Untuk memudahkan
pembicaraan dapat dilakukan klasifikasi demikian:
1)
Factor-faktor yang berasal dari luar diri pelajar, dan
ini masih lagi dapat digolongkan menjadi 2 golongan, yaitu:
a.
Factor-faktor non-sosial, dan
b.
Factor-faktor social
2)
Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri si pelajar,
dan ini pun dapat lagi digolongkan menjadi 2 golongan, yaitu:
a.
Faktor-faktor fisiologis, dan
b.
Faktor-faktor psikologis
v
Factor-faktor non-sosial dalam belajar
Kelompok factor-faktor ini boleh dikatakan juga tidak terbilang
jumlahnya, seperti misalnya: keadaan udara, suhu udara, cuaca, waktu (pagi,
siang, ataupun malam), tempat (letaknya, pergedungannya), alat-alat yang
digunakan untuk belajar (alat tulis-menulis, buku-buku, alat-alat peraga, dan
sebagainya yang biasa kita sebut alat-alat pelajaran).
Semua factor-faktor yang telah disebutkan diatas itu, dan juga
factor-faktor lain yang belum disebutkan
harus kita atur sedemikian rupa, sehingga dapat membantu (menguntungkan)
proses/perbuatan belajar secara maksimal. Letak sekolah atau tempat belajar
misalnya harus memenuhi syarat-syarat seperti di tempat yang tdak terlalu dekat
kepada kebisingan atau jalan ramai, lalu bangunan itu harus memenuhi
syarat-syarat yang telah ditentukan dalam ilmu kesehatan sekolah. Demikian pula
alat-alat pelajaran harus seberapa mungkin diusahakan untuk memenuhi
syarat-syarat menurut pertimbangan didaktis, psikologis dan paedagogis.
v
Factor-faktor social dalam belajar
Yang dimaksud dengan factor-faktor social disini adalah factor manusia
(sesama manusia), baik manusia itu ada (hadir) maupun kehadirannya itu dapat
disimpulkan, jadi tidak langsyng hadir.
v
Factor-faktor fisiologis dalam belajar
Factor-faktor fisiologis ini masih dapat lagi dibedakan menjadi 2 macam,
yaitu:
a)
Tonus jasmani pada umumnya, dan
b)
Keadaan fungsi-fungsi fisiologis tertentu.
a.
Keadaan Tonus jasmani pada umumnya
Keadaan tonus jasmani pada umumnya ini dapat
dikatakan melatarbelakangi aktivitas belajar; keadaan jasmani yang segar akan
lain pengaruhnya dengan pengaruhnya dengan keadaan jasmani yang kurang segar;
keadaan jasmani yang lelah lain pengaruhnya daripada yang tidak lelah. Dalam
hubungan dengan hal ini ada 2 hal yang perlu dikemukakan.
1.
Nutrisi harus cukup karena kekurangan kadar makanan
ini akan mengakibatkan kurangnya tonus
jasmani
2.
Beberapa penyakit yang kronis dapat menganggu belajar
b.
Keadaan fungsi-fungsi jasmani tertentu terutama
fungsi-fungsi pancaindera
Orang mengenal
dunia sekitarnya dan belajar menggunakan pancainderanya. Berfungsinya
pancaindera merupakan syarat dapatnya belajar berlangsung dengan baik. Dalam
system persekolahan dewasa ini di antara pancaindera itu yang paling utama
memegang peranan dalam belajar adalah mata dan telinga.
v
Factor-faktor psikologi dalam belajar
Arden N. Frandsen mengatakan bahwa hal yang mendorong seseorang untuk
belajar itu adalah sebagai berikut:
-
Adanya sifat ingin tahu dan menyelidiki dunia yang
lebih luas;
-
Adanya sifat yang kreatif yang ada pada manusia dan
keinginan untuk selalu maju;
-
Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang
tua, guru, dan teman-teman;
-
Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu
dengan usaha yang baru.
-
Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila
menguasai pelajaran;
-
Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir daripada
belajar. (Frandsen, 1961:216)
Maslow (menurut Frandsen, 1961:234) mangemukakan motif-motif untuk
belajar itu ialah:
-
Adanya kebutuhan fisik;
-
Adanya kebutuhan akan rasa aman, bebas dari
kekhawatiran;
-
Adanya kebutuhan akan kecintaan dan penerimaan dalam
hubungan dengan orang lain;
-
Adanya kebutuhan untuk mendapat kehormatan dari
masyarakat;
-
Sesuai dengan sifat untuk mengemukakan atau
mengetengahkan diri;
Apa yang telah dikemukakan itu hanyalah sekadar penyebutan sejumlah kebutuhan-kebutuhan
saja, selanjutnya suatu pendorong yang biasanya besar pengaruhnya dalam
belajarnya anak-anak didik kita ialah cita-cita, sehingga dorongan tersebut
mampu memobilisasikan energy psikis untuk belajar.
- Pendidikan Sebagai Ilmu Pengetahuan
a)
Pengertian ilmu pengetahuan dan syarat-syaratnya
Ilmu pengetahuan ialah suatu uraian yang lengkap dan bersusun tentang
suatu obyek. Demikian Dr. Sutari Barnadib.
Drs. Amir Daien Indrakusuma mengartikan ilmu pengetahuan dengan
menyatakan sebagai berikut: ilmu pengetahuan itu ialah uraian yang sistematis
dan metodis tentang suatu hal atau masalah.
Adapun syarat sesuatu dapat disebut ilmu pengetahuan harus mempunyai:
1.
Obyek formal sendiri
2.
Metode penelitian
3.
Sistematika uraian
b)
Ilmu pendidikan memenuhi syarat sebagai ilmu
pengetahuan
Sebagaimana disebutkan di muka, bahwa ilmu pengetahuan harus mempunyai
syarat adanya obyek formal, adanya metode penelitian dan sistematika. Adakah
ketiga syarat tersebut terpenuhi oleh ilmu pendidikan ?
Uraian berikut
ini adalah jawabannya.
1)
Obyek ilmu pendidikan
a.
Obyek material dan obyek formal
Pendidikan merupakan aktivitas/kegiatan si pendidik secara sadar membawa
anak didik ke arah kedewasaan.
Anak didik adalah manusia, berarti obyek ilmu pendidikan adalah manusia.
Tetapi manusia ini juga menjadi obyek ilmu-ilmu sosial lainnya, mana manusia
adalah obyek material ilmu pendidikan.
b.
Obyek formal
Adapun obyek formal ilmu pendidikan adalah problema-problema yang
menyangkut apa, siapa, mengapa, dimana, bilamana hubungannya dengan usaha membawa
anak didik kepada satu tujuan. Dengan kata lain, obyek formal ilmu pendidikan
adalah kegiatan manusia dalam usahanya membawa/membimbing manusia lain kepada
kearah kedewasaan, yaitu terlepas dari ketergantungan kepada manusia lain.
c.
Pembagian ilmu pengetahuan
Istilah “ilmu” atau “ilmu pengetahuan” dalam bahasa asingnya kita kenal
dengan istilah “science”, sedang “pengetahuan” dalam bahasa asingnya kita kenal
dengan istilah “knowledge”.
Adapun pembagian ilmu pengetahuan dapat ditinjau dari beberapa segi, antara
lain:
1.
Ditinjau dari segi essensialnya
a.
Pure science/teoritical science
b.
Applied science/practical science
2.
Ditinjau dari segi obyeknya
a.
Natural science
b.
Social science
3.
Ditinjau dari segi prosesnya
a.
Historical science
b.
Experimental science
4.
Ditinjau dari segi pengalaman
a.
Empirical science
b.
Pure science
5.
Ditunjau dari segi agama
a.
Duniawy
b.
Ukhrowy
Pembagian-pembagian limu pengetahuan tidak terbatas pada
pembagian-pembagian tersebut, karena bisa terjadi orang membagi dari segi lain,
umpamanya dari segi eksak atau bukan, dari segi jahat tidaknya (ilmu hitam dan
ilmu putih) dan sebagainya.
c)
Kedudukan ilmu pendidikan pada ilmu pengetahuan
Dari masa ke masa, ilmu pengetahuan selalu berkembang dan banyak ilmu
pengetahuan baru yang muncul memisahkan diri dari indukny. Munculnya ilmu
pengetahuan baru itu karena memenuhi syarat maka ia berhak berdiri sendiri.
Dengan demikian semakin banyak bermacam-macamnya ilmu pengetahuan di
tengah-tengah kita. Ilmu pengetahuan yang telah memisahkan diri dari induknya
itu juga bermunculan ilmu pengetahuan yang memenuhi syarat sebagai ilmu
pegetahuan yang berhak berdiri sendiri.
d)
Hubungan teoritis dengan praktis
Ilmu pendidikan teoritis umpamanya tidak lepas dri norma-norma yang
disusun berdasarkan pengalaman-pengalaman yang telah dipraktekan di masa
lampau, sehingga berdaya guna untuk pedoman dalam praktek pendidikan.
Teori pendidikan meliputi pengetahuan dan pengalaman yang disusun dengan
logis sistematis mengenai kegiatan-kegiatan dan usaha-usaha yang dijalankan
dengan tujuan mengubah tingkah laku manusia ke arah yang diinginkan.
Hubungan teori dan praktek sangat erat, sebab teori pendidikan
sebenarnya berasal dari realitet sehari-hari. Realitet pendidikan sehari0hari
diselidiki, dikumpulkan, dibandingkan, dianalisa dan disimpulkan, sehingga terbentuklah
teori pendidikan .
Teori dan praktek pendidikan pengaruh mempengaruhi dan saling membantu.
Artinya, teori pendidikan dapat digunakan untuk mengontrol praktek pendidikan
dan praktek pendidikan dapat menggunakan teori pendidikan. Bahkan Mangkunegoro
IV dalam bukunya Wedatama menyatakan:
“Ngelmu iku lakone kanti laku”
yang maksudnya teori itu harus dipraktekkan dalam perbuatan.
Prof. Gurning menyatakan, teori tanpa praktek itu hanya bagi orang yang
luar biasa (genius) dan praktek tanpa teori itu hanya bagi orang yang gila.
- Lembaga-Lembaga Dalam Pendidikan
Lembaga-lembaga
pendidikan ini dapat di bagi menjadi beberapa lembaga, yakni:
1.
Lembaga pendidikan formal, non-formal dan informal
a.
Lembaga pendidikan formal
Pada umumnya
pendidikan formal adalah tempat yang paling memungkinkan seseorang meningkatkan
pengetahuan, dan paling mudah untuk membina generasi muda yang dilaksanakan
oleh pemerintah dan masyarakat. Contohnya, sekolah.
b.
Lembaga pendidikan non-formal
Pada umumnya
pendidikan non-formal adalah semua bentuk pendidikan yang diselenggarakan
dengan sengaja, tertib, dan berencana, diluar kegiatan persekolahan. Komponen
yang diperlukan harus disesuaikan dengan keadaan anak/peserta didik agar
memperoleh hasil yang memuskan.
Menurut surat
keputusan menteri Dep. Dik. Bud nomor: 079/O/1975 tanggal 17 April 1975, bidang
pendidikan non-formal meliputi:
1)
Pendidikan masyarakat
2)
Keolahragaan
3)
Pembinaan generasi muda
c.
Lembaga pendidikan in formal
Pendidikan in formal
ini terutama berlangsung di tengah keluarga. Namun mungkin juga berlangsung di
lingkungan sekitar keluarga tertentu, perusahaan, pasar, terminal, dan
lain-lain yang berlangsung setiap hari tanpa ada batas waktu.
Pendidikan ini
berlangsung diluar sekolah, misalnya di dalam keluarga atau masyarakat, tetapi
juga dapat pada saat di dalam suasana pendidikan formal/sekolah, misalnya saja
waktu istirahat sekolah, waktu jajan di kantin, atau pada waktu saat pemberian
pelajaran tentang keadaan sikap guru mengajar, atau saat guru memberi tindakan
tertentu kepada anak.
Pendidikan in
formal ini mempunyai tujuan tertentu, khususnya untuk lingkungan keluarga/rumah
tangga, lingkungan desa dan lingkungan adat.
TABEL
I
PERBANDINGAN
DARI KETIGA LEMBAGA PENDIDIKAN
No.
|
Ketentuan
|
Pend. Formal
|
Non formal
|
In formal
|
1
|
Tempat langsung
|
Gedung sekolah
|
Luar sekolah
|
Utama dalam keluarga
inti
|
2
|
Syaratnya
|
Usia, sesuai dengan
jenjang pendidikan
|
Kadang-kadang ada tetapi
tidak penting
|
-
|
3
|
Jenjang
|
Ada dan ketat
|
Biasanya tidak ada
|
-
|
4
|
Program
|
Kurikulum
|
Ada
|
-
|
5
|
Bahan pelajaran
|
Akademis
|
Praktis dan khusus
|
-
|
6
|
Lama pendidikan
|
Panjang
|
Singkat
|
Terus menerus
|
7
|
Usia peserta
|
Relatif sama
|
Tidak sama
|
Terus menerus
|
8
|
Penilaian
|
Ada/STTB
|
Ada/sertifikat
|
-
|
9
|
Penyelenggaraan
|
Pemerintah dan swasta
|
Pemerintah dan swasta
|
-
|
10
|
Metoda
|
Tertentu
|
Tak selalu
|
-
|
11
|
Tenaga
|
Ada SIM
|
Tak selalu
|
-
|
12
|
Administrasi
|
Sistematis
|
Tak selalu
|
-
|
13
|
Sejarahnya
|
-
|
Agak tua
|
Tertua, sejak manusia ada di dunia
|
2.
Keluarga sebagai pendidikan pertama dan utama
Kata keluarga secara etimologi menurut K.H. Dewantara adalah sebagai
berikut:
“bagi bangsa kita perkataan “keluarga” tadi kita kenal sebagai rangkaian
perkataan-perkataan “kawula” dan “warga”. Sebagai kita ketahui, maka “kawula”
itu tidak lain artinya daripada “abadi” yakni “hamba” sedangkan “warga” bararti
“anggota”. Sebagai “abadi” di dalam “keluarga” wajiblah sesorang disitu
menyerahkan segala kepentingan-kepentingannya kepada keluarganya. Sebaliknya
sebagai “warga” atau “anggota” ia berhak sepenuhnya pula untuk ikut mengurus
segala kepentingan didalam keluarganya tadi”.
Kalau kita tinjau dari ilmu sosiologie, keluarga adalah bentuk
masyarakat kecil yang terjadi dari beberapa individu yang terikat oleh suatu
keturunan, yakni kesatuan antara ayah ibu dan anak yang merupakan kesatuan
kecil dari bentuk-bentuk kesatuan masyarakat.
Keluarga sebagai alam pendidikan pertama
(dasar)
Menurut Imam Ghozali. “anak adalah suatu amanat Tuhan kepada ibu
bapaknya”!
Anak adalah anggota keluarga, dimana orang tua adalah pemimpin keluarga,
sebagai penanggung jawab atas keselamatan warganya di dunia dan khususnya di
akhirat.
Maka orang tua wajib mendidik anak-anaknya. Allah berfirman yang
artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, lindungilah dirimu dan keluarga, akan api
neraka”. (Q.S At-Tahrim:6).
Karena keluarga adalah merupakan ajang dimana sifat-sifat kepribadian
anak terbentuk mula pertama, maka dapatlah dengan tegas kami katakan, bahwa
keluarga adalah sebagai alam pendidikan pertama.
Di antara anggota keluarga, maka pengaruh ibu lah yang paling banyak.
Hal ini bisa kita maklumi, karena sejak anak itu lahir sampai akan menginjak
dewasa, anak dalam kehidupan sehari-harinya lebih berdekatan dengan ibu di
banding dengan lainnya. Jadi peranan ibu nampak lebih berfungsi dalam
pendidikan anak-anaknya. Oleh sebab itulah maka agama Islam menganjurkan kepada
para pemuda khususnya, untuk mencari calon ibu (istri) seorang yang baik agar
kelak baik pula dalam mendidik anaknya.
Allah menganjurkan dalam firmannya yang artinya:
“Maka, kawinilah wanita-wanita yang baik bagimu”.
(Q.S An-Nisa’: 3)
Jelaslah bahwa nukilan-nukilan tersebut di atas memperkuat dari apa yang
kami tegaskan bahwa keluarga adalah sebagai alam pendidikan pertama(dasar).
3.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan kedua
Sekolah memegang peranan penting dalam pendidikan karena pengaruhn ya
besar sekali pada jiwa anak. Maka di samping keluarga sebagai pusat pendidikan,
pendidikan sekolah pun mempunyai fungsi sebagai pusat pendidikan untuk
pembentuk pribadi anak.
Dengan sekolah, pemerintah bangsanya untuk menjadi seorang ahli yang
sesuai dengan bidang dan bakatnya si anak didik, yang berguna bagi dirinya, dan
berguna bagi nusa dan bangsanya.
Lamanya pendidikan juga ikut menentukan berhasilnya pembentukan pribadi,
yaitu:
1.
Sejak anak umur 4 atau 5 tahun ada yang sudah
dimasukkan ke sekolah, yaitu sekolah taman kanak-kanak atau Bustanul athfal.
2.
Kemudian umur 6 tahun anak disekolahkan ke sekolah
dasar atau Ibtidaiyah. Mulailah anak diberi ilmu pengetahuan dasar di samping
pendidikan selama 6 tahun, yaitu sampai dengan umur 12 tahun, anak terus
menerus diberi pendidikan dan pengajaran.
3.
Sekitar umur 13 tahun anak meneruskan ke sekolah
tingkat menengah pertama atau Tsanawiyah.
4.
Sekitar umur 16 tahun anak melanjutkan ke sekolah
menengah atas atau Aliyah selama 3 tahun lagi.
Jadi, selama
14 tahun anak hidup di dalam pendidikan sekolah. Waktu 14 tahunadalah cukup
lama untuk bisa ikut menentuka pribadi anak. Ada pula sekolah yang merangkaikan
antara waktu sekolah menengah dengan sekolah menengah atas, seperti PGA 6 tahun
(pendidikan guru agama), Muallimin dan muallimat.
5.
Bagi anak yang masih besar minatnya untuk melanjutkan
kuat fikirannya serta mampu biayanya, masih bisa melanjutkan studinya ke
perguruan tinggi atau Al-Jami’ah selama 3 tahun sarjana muda atau 5 tahun
sarjana lengkap.
Mengingat cukupnya waktu dan pentingnya fungsi sekolah dalam ikut serta
pembentukan pribadi anak, maka pendidikan yang hanya bersifat intellectualistic
saja adalah kurang affectief, mengkhianati amanat orang tua si kecil,
menyia-nyiakan kesempatan yang baik nagi si anak yang sedang dalam pertumbuhan
jasmani dan rohani dan sebagai suatu kesalahan yang besar, yang harus kita
perhatikan dan selanjutnya tidak boleh kita biarkan, melainkan harus kita
kembalikan ke fungsi yang sebenarnya.
4.
Masyarakat sebagai lembaga pendidikan ketiga
1)
Norma-norma sosial budayanya
Masyarakat
sebagai lambang pendidikan ketiga sesudah keluarga dan sekolah, mempunyai sifat
dan fungsi yan g berbeda dengan ruang lingkungan dengan batasannya yang tidak
jelas dan keanekaragaman bentuk kehidupan sosial serta berjenis-jenis budayanya.
Masalahnya
pendidikan di keluarga dan sekolah tidak bisa melepaskan dari nilai-nilai
sosial budaya yang di junjung tinggi oleh semua lapisan masyarakat.
2)
Aktivitas kelompok sosial
Kelompok-kelompok
masyarakat yang terdiri dari 2 orang atau lebih dan bekerja sama di bidang
tertentu untuk mencapai tujuan tertentu adalah merupakan sumber pendidikan bagi
warga masyarakat, seperti lembaga-lembaga sosial budaya, yayasan-yayasan,
organisasi-orginisasi, perkumpulan-perkumpulan, yang kesemuanya itu merupakan
unsur-unsur pelaksanaan atas pendidikan masyarakat.
BAB III
PENUTUP
- Kesimpulan
Pendidikan
sangatlah penting dalam kehidupan manusia. semenjak manusia saling bergaul,
telah ada usaha-usaha dari orang-orang yang lebih mampu dalam hal-hal tertentu
untuk mempengaruhi orang-orang lain teman bergaul mereka, untuk kepentingan
kemajuan orang-orang bersangkutan itu. Dari uraian ini jelaslah kiranya, bahwa
masalah pendidikan adalah masalahnya setiap orang dari dulu hingga sekarang,
dan di waktu-waktu yang akan datang.
Seperti
menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan itu dimulai sejak anak dilahirkan dan
berakhir setelah ia meninggal dunia. Jadi, pendidikan itu sangatlah penting dan
berlangsung seumur hidup.
DAFTAR PUSTAKA
Rusmaini. 2011. Ilmu Pendidikan. Palembang: Grafika Telindo Press
Ahmadi, Abu. 2003. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Haryanta, Agus. 2007. Panduan Belajar Bahasa Dan Sastra Indonesia.
Tangerang: Erlangga
Mulyati, Yeti, dkk. 2009. Keterampilan Berbahasa Indonesia.
Jakarta: Universitas Terbuka
Suryabrata, Sumadi. 2010. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali
Pers
Wardani, dkk. 2009. Perspektif Pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka
Suryanto, Alex. 2007. Panduan Belajar Bahasa Dan Sastra Indonesia.
Tangerang: Erlangga
Danim, Sudarwan. 2010. Pengantar Kependidikan. Bandung:
Alfabeta
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa. 1990. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Anwar, Desi. 2001. Kamus
Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Karya Abditama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar