Jumat, 27 Mei 2016

kisah 25 Nabi dan Rasul: Nabi Musa as



1.      Lahirnya Nabi Musa a.s
Nabi musa a.s dilahirkan pada zaman yang sangat gawat kerena pada waktu itu ada undang-undang raja fir’aun yang melarang bayi laki-laki dai Bani Israil hidup. Jika ada bayi dari Bani Israil yang lahir pada waktu itu harus di bunuh (disembelih).
Rajanya adalah Fir’aun yang sangat zhalim sudah terkenal dalam sejarah kezhalimann-ya sehingga tak ada bandingnya. Fir’aun mengaku dirinya menjadi Tuhan dan barangsiapa yang tidak mau menyembah kepadanya, orang itu akan dibunuh.
Kala itulah Musa dilahirkan. Di tengah kegalauan hati akibat takut dibunuh oleh pengusa keji, akhirnya ibu Musa mendapatkan ilham menghayutkan putra ke kali.
Setelah Musa dihanyutkan, peti bayi Musa tersangkut di antara pepohonan di lokasi pemandian kelurga kerajaan. Peti akhirnya diambil permaisuri, dan ketika dilihatnya berisi bocah mungil lucu tak terperi, permaisuri bernama Asiah langsung jatuh hati. Ia membawa bayi itu kerumah, membujuk suami agar tak membunuhnya, kalau perlu dijadikan anak angkat saja. Fir’aun terpedaya oleh bujuk rayu istrinya, lantas mengabulkannya. Inilah bayi Musa, Mu dalam bahasa Mesir kuno artinya air dan sya maknanya syajarah alias pohon.sebab Musa ditemukan Asiah diantara pepohonan di atas air. Namun, Mus dalam bahasa Mesir kuno berarti pula anak kecil alias bocah cilik.[1]
Pada saat Musa telah meranjak remaja. Suatu hari Musa jalan berleha-leha menikmati suasana kota (Memphis) sendiri saja. Saat itulah Musa melihat seorang Israel dipukuli seorang Qibti, kelurga fir’aun. Dia minta perlindungan Musa, lantas Musa memukul orang Qibti ini.
2.      Nabi Musa a.s Diambil Oleh Nabi Syu’aib a.s
Para pemimpin keluarga Fir’aun yang tak terima, berencana ganti membunuh Musa sebagai balasannya. Akhirnya, atas informasi dan nasihat dari temannya, Musa melarikan diri dari kota sambil mohon perlindungan Tuhannnya. Setelah berhari-hari, berminggu-minggu Musa berjalan tak jelas arah tujuan, ia sampai di negeri Madyan. Musa hendak mengambil air minum. Kala itu para pengembala antri berdesakan mencari-cari ternaknya, Apa pasal? Ternyata gadis itu merasa tak mampu bersaing, sementara mereka hanya mempunyai ayah yang tua renta. Alhasil, Musa tergerak hati untuk menolong dua gadis tadi.
Selang beberapa saat, salah seorang gadis tadi menghampiri, menyatakan bahwa bapaknya mengundang Musa agar datang ke rumahnya. Dengan senang hati Musa mengabulkan. Setelah bertemu muka, Musa menceritakan segala latar belakang dirinya, segala hal yang menimpa pribadinya. Lelaki tua yang tak lain adalah Nabi Syu’aib A.S menenangkan hati Musa atas keselamatannya.
3.      Nabi Musa a.s Menerima Wahyu Mu’jizat
Setelah berkeluarga, Musa pamit kepada mertua, membawa istri tercinta merantau ke luar kota. Musa dan keluarga berjalan kearah selatan, sehingga sampailah mereka di Bukit Sinai dalam keadaan malam kelam. Tanpa lentera mereka tak bisa apa-apa dalam malam gulita. Nun jauh di sana, Musa melihat secercah api, lantas bermaksud hendak mencari. “Diamlah  kalian di sini, biar aku mengambil api untuk menerangi kita pada malam ini,” pesan Musa kepada keluarga.[2]
Ketika Musa telah dekat pada api, ia kaget tak terperi. Ia mendengar panggilan Tuhan yang langsung berucap kepadanya, “Musa aku ini Tuhan mu. Tiada Tuhan kecuali Aku. Aku memilihmu menjadi rasul-Ku, maka dengarkan apa yang Ku-wahyukan kepadamu.” Lantas , Tuhan memerintahkan Musa melemparkan tongkat di tangannya, memberikan mukizat kepadanya. Tiba-tiba tongkat berubah jadi ular, sehingga Musa takut gemetar. Pun, genggaman tangan yang dimasukkan dalam sakunya, ketika dikeluarkannya, tampak tangannya seolah memegang telur berkilauan. Setelah Musa ditenangkan, mengembalikan tokat dalam genggaman tangan yang dimasukkan dalam sakunya, ketika dikeluarkannya, tampak tangannya seolah memegang telur berkilauan.[3]
Untuk melaksakan perintah Tuhan ini, sebenarnya sebernya Musa merasa grogi mengingat fir”aun memang sangat keji. Namun, Tuhan membesarkan hati Musa dengan dijanjikan keselamatan kepadanya. Musa pu bergegas menemui Fir;aun mantan ayah angkatnya, diajak untuk bertaubat pada Tuhannya, diajak untuk tak berbuat aniaya, kejam kepada sesama.
Fir’aun menuduh Musa gila, karena mengucapkan sesuatu yang oleh masyarakat kala itu terdengal ganjil, aneh dan mengada-ada. Namun, Musa melajutkan perkataannya, “Tuhanku adalah yang mengusai Barat Timur dan segala yang terdapat di dalamnya, di antara. Itulah Tuhan yang sebenar-benarnya kalian mengunakan akal pikiran kalian.”
Akibat kesesatan dan kekejaman Fir”aun yang berkelanjutan, akhirnya Musa tak sabar untuk memberi pasotan, berdo’a kepada Tuhan, “Wahai Tuhan, Engkau telah melimpahkan kepada Fir’aun dan pengikutnya dengan kekayaan dan kekuasaan, yang dengan nya mereka telah menaburkan kesesatan. Oleh karena itu duhai Tuhan, rampaslah segala harta dan kekuasaan lantas kunci mati hati-hati mereka dengan kesesatan kemudian timpakan kepada , mereka siksaan.” (Q.S. Yunus: 88-89)[4]
Do’a Musa pun di kabulkan. Tetapi masih dalam taraf mengingatkan, belum untuk memusnahkan. Mesir ditimpah kemarau yang panjang, sehingga berbagai pohon daunnya berguguran sehingga mengalami kekeringan. Namun, dengan cara ini Fir’aun dan pengikutnya menyadari kelemahan dan keterbatasan Fir’aun. Tetapi hati mereka tetap membatu, ketika mendapat limpahan kesuburan mereka arogan dengan mengatakan bahwa semua itu adalah akibat kelebihan dan keutaman pada diri mereka.
Allah menimpakan hukuman yang lebih besar lagi berupa angin taufan, lesus, menggiling dan menggerus perumahan dan ladang, perkebunan dan persawahan. Berbagai penyakit tanaman dan hewan didatangkan, sehingga perkebunan dan perternakan tertimpa kebangkrutan. Tak cukup itu saja, wabah penyakit juga ditebarkan, sehingga terserang muntah darah dan mimisan (keluar darah dari lubang hidung). Dengan kondisi seperti itu mereka berjanji, namun ketika hukuman Tuhan dilenyapkan, mereka mengikari janji, tak pernah beriman bahkan kembali berbuat keji kepada para penganut agama suci.

4.      Nabi Musa a.s Oleh Fir’aun Dihadapkan Dengan Tukang-Tukang Sihir
Setibanya di Mesir, Nabi Musa a.s telah berhadapan lagi dengan raja Fir’aun. Bukan main terkejut dan marahnya fir’aun atas kedatangan Nabi Musa a.s yang sejak lama dicari-carinya, kini telah datang dengan sendirinya untuk melawan. Ketika ditujukkan Nabi Musa a.s mukjizat yang ditangannya, fir’aun  mengatakan bahwa Nabi Musa a.s adalah tukang sihir dan jika sihir itu yang dibanggakan, maka iapun juga mempunyai tukang-tukang sihir.
Firman Allah dalam surah Thoha: 57-59. 
Artinya:  “berkata Fir'aun: "Adakah kamu datang kepada Kami untuk mengusir Kami dari negeri Kami (ini) dengan sihirmu, Hai Musa?. dan Kamipun pasti akan mendatangkan (pula) kepadamu sihir semacam itu, Maka buatlah suatu waktu untuk Pertemuan antara Kami dan kamu, yang Kami tidak akan menyalahinya dan tidak (pula) kamu di suatu tempat yang pertengahan (letaknya).  berkata Musa: "Waktu untuk Pertemuan (kami dengan) kamu itu ialah di hari raya dan hendaklah dikumpulkan manusia pada waktu matahari sepenggalahan naik".
Setelah itu, berangkatlah fir’aun mengumpulkan tukang-tukang sihirnya dan dia mempertandingkan tukang-tukang sihir itu dengan Nabi Musa a.s pada suatu arena yang ditentukan waktu dan tempatnya dengan diperlihatkan halayak ramai.[5]
Hal ini difirmankan Allah dalam surah Thoha: 60-69.  
Artinya: “ Maka Fir'aun meninggalkan (tempat itu), lalu mengatur tipu dayanya, kemudian Dia datang. berkata Musa kepada mereka: "Celakalah kamu, janganlah kamu mengada-adakan kedustaan terhadap Allah, Maka Dia membinasakan kamu dengan siksa". dan Sesungguhnya telah merugi orang yang mengada-adakan kedustaan. Maka mereka berbantah-bantahan tentang urusan mereka di antara mereka dan mereka merahasiakan percakapan (mereka).  mereka berkata: "Sesungguhnya dua orang ini adalah benar-benar ahli sihir yang hendak mengusir kamu dari negeri kamu dengan sihirnya dan hendak melenyapkan kedudukan kamu yang utama. . Maka himpunkanlah segala daya (sihir) kamu sekalian, kemudian datanglah dengan berbaris. dan Sesungguhnya beruntunglah oran yang menang pada hari ini. (setelah mereka berkumpul) mereka berkata: "Hai Musa (pilihlah), Apakah kamu yang melemparkan (dahulu) atau kamikah orang yang mula-mula melemparkan?".  berkata Musa: "Silahkan kamu sekalian melemparkan". Maka tiba-tiba tali-tali dan tongkat-tongkat mereka, terbayang kepada Musa seakan-akan ia merayap cepat, lantaran sihir mereka. Maka Musa merasa takut dalam hatinya. Kami berkata: "Janganlah kamu takut, Sesungguhnya kamulah yang paling unggul (menang). dan lemparkanlah apa yang ada ditangan kananmu, niscaya ia akan menelan apa yang mereka perbuat. "Sesungguhnya apa yang mereka perbuat itu adalah tipu daya tukang sihir (belaka). dan tidak akan menang tukang sihir itu, dari mana saja ia datang".
Mula-mula Nabi Musa a.s merasa takut melihat ular-ular jadian dari tukang-tukang sihir tersebut, setelah mendapat wahyu, maka hilanglah rasa takut dan gentarnya itu. Kemudian Nabi Musa a.s melemparkan tongkatnya, dan menjadilah ular yang sangat besar sekali, sehingga menelan semua ular jadian tukang-tukang sihir tadi sampai habis. Melihat kenyataan ini, maka tukang-tukang sihir tadi menyadari dan menjadi iman serta bersujud kepada Allah swt. Sedangkan fir’aun menyaksikan semua kejadian ini menjadi bengong keheranan, sehingga timbul rasa amarahnya yang sangat memuncak.
Hal ini diterangkan oleh Allah dalam firmanNya surah Thoha: 70-73.
  
Artinya: “lalu tukang-tukang sihir itu tersungkur dengan bersujud, seraya berkata: "Kami telah percaya kepada Tuhan Harun dan Musa". berkata Fir'aun: "Apakah kamu telah beriman kepadanya (Musa) sebelum aku memberi izin kepadamu sekalian. Sesungguhnya ia adalah pemimpinmu yang mengajarkan sihir kepadamu sekalian. Maka Sesungguhnya aku akan memotong tangan dan kaki kamu sekalian dengan bersilang secara bertimbal balik, dan Sesungguhnya aku akan menyalib kamu sekalian pada pangkal pohon kurma dan Sesungguhnya kamu akan mengetahui siapa di antara kita yang lebih pedih dan lebih kekal siksanya".  mereka berkata: "Kami sekali-kali tidak akan mengutamakan kamu daripada bukti-bukti yang nyata (mukjizat), yang telah datang kepada Kami dan daripada Tuhan yang telah menciptakan kami; Maka putuskanlah apa yang hendak kamu putuskan. Sesungguhnya kamu hanya akan dapat memutuskan pada kehidupan di dunia ini saja. Sesungguhnya Kami telah beriman kepada Tuhan Kami, agar Dia mengampuni kesalahan-kesalahan Kami dan sihir yang telah kamu paksakan kepada Kami melakukannya. dan Allah lebih baik (pahala-Nya) dan lebih kekal (azab-Nya)".

Demikianlah, fir’aun semakin bertambah memuncak kemarahannya dan keganasannya, melihat tingkah tukang-tukang sihirnya, lebih-lebih istrinya sendiri yaitu Siti Asiah menyatakan iman kepada Musa, sehingga istrinya di siksa sampai mati bersama-sama dengan orang-orang yang beriman. Adapun Nabi Musa a.s beserta orang-orang yang beriman, melarikan diri dari kota Mesir. Setelah diketahui bahwa orang-orang yang beriman dan Nabi Musa a.s tidak ada lagi disitu, maka mereka pun mengejarnya sampai pantai lautan merah.[6]

5.      Tengggelamnya Fir’aun dan Tentaranya dilautan Merah
Di dekat lautan merah Nabi Musa a.s beserta pengikut-pengikutnya telah di kepung oleh fir’aun dengan bala tentaranya. Nabi Musa a.s yang semakin terdesak merasa kebingungan, karena dikanan kiri dan belakang penuh dengan musuh, sedang dihadapannya lautan merah yang terbentang luas telah menantangnya. Dalam keadaan demikian, maka Allah memberi wahyu kepada Nabi Musa a.s agar memukulkan tongkatnya kepermukaan laut. Kemudian Nabi Musa a,s melakukan apa yang diperintahkan oleh Allah, tiba-tiba air laut terbelah menjadi dua bagian, sehingga jalan yang memanjang telah terentang pula diseberang, maka Nabi Musa a.s beserta orang-orang yang beriman dapat meneruskan perjalanannya dengan selamat. Sedangkan fir’aun dengan bala tentaranya yang terus menerus mengejar, oleh Allah ditenggelamkan dilautan itu.
Firman Allah dalam surah al-Baqarah:50. 
Artinya: “dan (ingatlah), ketika Kami belah laut untukmu, lalu Kami selamatkan kamu dan Kami tenggelamkan (Fir'aun) dan pengikut-pengikutnya sedang kamu sendiri menyaksikan.”

Allah juga menjelaskan lagi dalam surah Thoha: 77-79.
Artinya: “dan Sesungguhnya telah Kami wahyukan kepada Musa: "Pergilah kamu dengan hamba-hamba-Ku (Bani Israil) di malam hari, Maka buatlah untuk mereka jalan yang kering dilaut itu[933], kamu tak usah khawatir akan tersusul dan tidak usah takut (akan tenggelam)". Maka Fir'aun dengan bala tentaranya mengejar mereka, lalu mereka ditutup oleh laut yang menenggelamkan mereka. dan Fir'aun telah menyesatkan kaumnya dan tidak memberi petunjuk.

Demikian keterangan dari Allah swt. Yang menyatakan bahwa akhir dari riwayat fir’aun bersama bala tentaranya dilautan merah. Menurut riwayat, ketika kuda fir’aun yang mengetahui bahayanya laut, maka kuda-kuda itu tidak mau diajak menyeberang. Dengan kekuasaan dan kehendak Allah swt. Diutusnya Malaikat Jibril mengendarai kuda betina masuk laut, maka kuda-kuda jantan dari belakang, sehingga sampailah kuda fir’aun tenggelam di tengah lautan.

6.      Umat Nabi Musa a.s Ingin Melihat Rupa Tuhan
Adalah kekufuran yang ditanamkan oleh fir’aun selama itu, benar-benar telah berakar kuat dihati rakyatnya, sehingga mereka menjadi umat yang keras kepala. Karena demikian, sehingga sifat kekufurannya sangat sulit untuk dikikis dari hati mereka, sehingga pula apa yang diperintahkan, dari kebanyakan mereka enggan untuk melaksanakannyan, tetapi segala larangan agama, itulah yang menjadi kegemarannya. Apabila mereka diseru agar beriman kepada Allah swt. Mereka mengatakan, bahwa tidak akan beriman, sebelum Nabi Musa a.s memperlihatkan kepada mereka bagaimana rupa dan bentuk Tuhan itu, bila mereka sudah menyaksikan sendiri, barulah mereka mau beriman kepadaNya. Nabi Musa a.s merasa kesal menghadapi kaumnya yang keras kepala itu, maka mereka diajaknya kesatu tempat dan Nabi Musa a.s mengatakan kepada mereka, kalau benar-benar ingin menyaksikan Tuhan, agar mengarahkan pandangannya kesebuah gunung. Merekapun mengikuti saja apa perintah Nabi Musa a.s mula-mula dikiranya bahwa mereka akan benar-benar dapat melihat Tuhan. Padahal tiadalah dari mereka ketahui apa yang akan terjadi pada dirinya. Ketika mereka berangan-angan akan optimisnya, tiba-tiba halilintar telah menyambarnya, sehingga mereka tak sadarkan diri.
Hal ini diterangkan oleh Allah dalam surah al-Baqarah:55-56.  
Artinya: “dan (ingatlah), ketika kamu berkata: "Hai Musa, Kami tidak akan beriman kepadamu sebelum Kami melihat Allah dengan terang, karena itu kamu disambar halilintar, sedang kamu menyaksikannya. setelah itu Kami bangkitkan kamu sesudah kamu mati, supaya kamu bersyukur.
Demikianlah akibat terlampaunya kekurang ajaran mereka itu. Juga pula sebelumnya, karena tidak adanya percaya kepada Allah, sehingga banyak usul-usul mereka tentang adanya Tuhan yang mereka serupakan Allah itu dengan suatu makhluk yang hidup, padahal tidak ada satu apapun yang menyerupai Allah. Dzatnya Allah tidak dapat dilihat oleh mata manusia, tetapi Allahlah yang Maha Melihat atas segala makhluknya dimana saja berada dan tiada sedikitpun yang tersembunyi, bagi Allah swt. Ternyata melihat sesama makhluknya saja yakni halilintar, mereka sudah tidak sanggup, apalagi melihat Dzatnya Allah Sang Maha Pencipta.

7.      Umatnya Nabi Musa a.s Dijadikan Kera
Kalau masa Rasulullah saw. Sampai hari kiamat adalah hari jum’at yang ditentukan Allah untuk menjadi hari besar bagi umat Muhammad saw. Dimana pada hari itu telah diwajibkan shalat jum’at dengan berjama’ah di masjid. Besar dosanya disisi Allah, apabila sebagai seorang muslim meninggalkan shalat jum’at tanpa udzur yang diperbolehkan syara’, bahkan dicatat sebagai munafiq, jika meninggalkannya tiga kali berturut-turut. Demikian juga hari sabtu bagi umatnya Nabi Musa a.s. Dari kebanyakan mereka yang pekerjaannya menangkap ikan itu, diuji oleh Allah dengan ikan besar-besaryang banyak. Pada hari-hari yang lain tiada sebagaimana  hari sabtu, tiap-tiap dari sabtu keluarlah ikan yang besar-besar ketepian laut. Rupa-rupanya umatnya Nabi Musa a.s tidak tahan menerima ujian itu, sehingga mereka tidak rela hati membiarkan rezeki yang banyak itu terlepas dengan begitu saja. Tetapi di zaman itu syari’at telah menetapkan bagi umat Nabi Musa a.s dilarang menangkap ikan di hari sabtu. Maka itu mereka membuat siasat, yaitu membuat dan memasang perangkap pada hari yang lain. Dengan demikian, bila datang hari sabtu dimana ikan besar-besar telah Nampak ditepi pantai dan masuk kedalam perangkap mereka masing-masing dan melihat hal ini bukan main girang hati mereka. Dari sangat senang dan girangnya melihat ikan-ikan yang masuk ke dalam perangkapnya, sehinggar mereka berat untuk meninggalkan pantai itu. Dan akhirnya ibadat kepada Allah dikalahkan begitu saja. Karena demikian secara tidak langsung mereka itu adalah melanggar hukum dan akhirnya oleh Allah mereka dikutuk menjadi kera, maka jadi keralah mereka itu.
Hal ini diterangkan di dalam al-Qur’an pada surah al-Baqarah: 65-66. Allah swt. Berfirman:
Artinya: “dan Sesungguhnya telah kamu ketahui orang-orang yang melanggar diantaramu pada hari Sabtu, lalu Kami berfirman kepada mereka: "Jadilah kamu kera yang hina". Maka Kami jadikan yang demikian itu peringatan bagi orang-orang dimasa itu, dan bagi mereka yang datang Kemudian, serta menjadi pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.”        

8.      Pembunuhan terhadap orang-orang tua sendiri
Adalah sifat rakus dan tamak harta akan membuat seseorang lupa diri dan lupa daratan, sehingga juga akan menumbuhkan rasa keberanian untuk menghalalkan segala cara. Demikianlah dizaman Nabi Musa a.s ada seorang anak yang sangat mengharapkan harta pusaka orang tuanya, sedang orang tuanya usianya agak panjang. Keadaan yang demikian, si anak yang rakus dan tamak tadi, tidak sabar dan mengharap agar orang tuanya lekas-lekas mati, dan harta kekayaan orang tuanya akan dimilikinya semua. Setiap siang dan malam ia selalu merenung dengan renungan yang dikendalikan nafsu syaithaniyah, maka timbullah pekerti yang tak beperi kemanusiaan dan pada akhirnya ia sampai hati membunuh orang tuanya disebabkan karena supaya lekas mewarisi harta yang banyak itu. Setelah orang tuanya dibunuh, maka jenazahnya diletakkan diperbatasan kampung satu dengan lainnya dan iapun berpura-pura menangis mencari siapakah orang yang membunuh orang tuanya. Seketika itu juga masyarakat menjadi ribut, kampung sebelah menuduh kampung sebelahnya, demikian juga sebaliknya, sehingga terjadilah saling tuduh menuduh antara penduduk kedua kampung itu, akhirnya sampai terjadi pula pertengkaran  yang hamper saja membawa pertarungan. Dalam situasi yang demikian, ada beberapa orang diantara mereka yang berpikiran bijaksana memberikan keputusan, bahwa pertengkaran tidak akan dapat memutuskan suatu permasalahan. Maka itu mereka datang kepada Nabi Musa a.s agar menunjukkan siapa pembunuhnya, seandainya tidak dapat menunjukkan tentulah keRasulan Musa a.s akan didustakannya. Nabi Musa a.s menyuruh mereka menyembelih sapi dan ekornya supaya dipukulkan kepada si mayat, Insya Allah dengan izin Allah pula orang yang mati itu akan hidup kembali dan dapat memberi keterangan siapa sebenarnya yang membunuh. Mendengar keterangan Nabi Musa a.s, mereka kembali rebut karena tidak mempercayai dan dianggapnya bahwa Nabi Musa a.s hanya mempermainkan mereka.
Hal ini diterangkan Allah dalam surah al-Baqarah:67.
Artinya: “dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih seekor sapi betina." mereka berkata: "Apakah kamu hendak menjadikan Kami buah ejekan?”  Musa menjawab: "Aku berlindung kepada Allah agar tidak menjadi salah seorang dari orang-orang yang jahil".
Setelah mendapat keterangan dari dari Nabi Musa a.s yang sedemikian, masih juga mereka mengajukan macam-macam pertanyaan yang mendetail sampai kepada ciri-ciri lembunya besar kecilnya, umur dan warna bulunya.
Hal ini difirmankan Allah dalam surah al-Baqarah: 68-71.
Artinya: “ mereka menjawab: " mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk Kami, agar Dia menerangkan kepada kami; sapi betina Apakah itu." Musa menjawab: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang tidak tua dan tidak muda; pertengahan antara itu; Maka kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu".  mereka berkata: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk Kami agar Dia menerangkan kepada Kami apa warnanya". Musa menjawab: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang kuning, yang kuning tua warnanya, lagi menyenangkan orang-orang yang memandangnya."  mereka berkata: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk Kami agar Dia menerangkan kepada Kami bagaimana hakikat sapi betina itu, karena Sesungguhnya sapi itu (masih) samar bagi Kami dan Sesungguhnya Kami insya Allah akan mendapat petunjuk (untuk memperoleh sapi itu)."  Musa berkata: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang belum pernah dipakai untuk membajak tanah dan tidak pula untuk mengairi tanaman, tidak bercacat, tidak ada belangnya." mereka berkata: "Sekarang barulah kamu menerangkan hakikat sapi betina yang sebenarnya". kemudian mereka menyembelihnya dan hampir saja mereka tidak melaksanakan perintah itu.”

Demikianlah umat Nabi Musa a.s ketika disuruh menyembelih sapi, mereka banyak bertanya yang maksudnya jika terlalu sukar mengerjakan, semoga pekerjaan itu tidak jadi. Ternyata pertanyaan yang banyak dari mereka itu hanya menambah beban mereka saja, sehingga mereka hampir tidak dapat mengerjakan. Setelah sapi itu dapat mereka temukan dengan syarat-syarat yang telah ditentukan Tuhan, maka sapi itu mereka beli dari kepunyaan anak yatim yang harganya harus dibayar dengan emas seberat sapi itu. Oleh karena mereka sangat membutuhkan akan sapi itu, walaupun semahal itu harganya, terpaksa mereka tetap harus membelinya dan kemudian disembelihnya. Dan ekornya dipukulkan kepada orang yang mati itu, maka dengan izin Allah orang yang mati tadi hidup kembali.
Hal ini diterangkan oleh Allah dalam surah al-Baqarah:72-73.
Artinya: “dan (ingatlah), ketika kamu membunuh seorang manusia lalu kamu saling tuduh menuduh tentang itu. dan Allah hendak menyingkapkan apa yang selama ini kamu sembunyikan. lalu Kami berfirman: "Pukullah mayat itu dengan sebahagian anggota sapi betina itu !" Demikianlah Allah menghidupkan kembali orang-orang yang telah mati, dam memperlihatkan padamu tanda-tanda kekuasaanNya agar kamu mengerti.”

Setelah orang yang mati dihidupkan oleh Allah supaya mengatakan bahwa yang membunuh dirinya adalah anaknya sendiri, dan kemudian orang itu mati kembali. Setelah yang diketahui yang demikian, maka harta waris si mayat itu tidak jadi jatuh di tangan anaknya, karena telah digunakan untuk membeli sapi tersebut. Memang demikianlah didalam Islam ahli waris yang berbuat aniaya hukumnya tidak diperbolehkan untuk mendapat bagian harta waris. Maka jadilah anak tersebut dari golongan orang-orang yang merugi dunia dan akhirat. Na’uudzu billahi min syarri dzaalika.
  
9.      Qorun Seorang Yang Durhaka
Adalah Qorun hidup di zaman Nabi Musa a.s, dia seorang hartawan yang durhaka kepada Allah dan kekikirannya dua puluh tujuh keturunan kata orang. Rumah dan segala peralatannya serba mewah dengan harga yang paling mahal di masa itu, sehingga banyak orang kagum, dan tergiur. Kekayaan Qorun ini melebihi batas, sehingga apabila kunci gudang kekayaannya itu dipikulkan orang banyak, niscaya akan merasa berat memikulnya. Cuma sayangnya dia seorang yang sombong, angkuh kepada sesamanya dan mempunyai budi pekerti yang kasar. Dan apabila disuruh mengeluarkan zakat harta, sedekah dan sebagainya, ia menolaknya bahkan mengatakan, bahwa seolah-olah harta kekayaannya itu akan langgeng bersamanya, sehingga terlahirlah dari padanya ucapan: saya memperoleh harta benda ini adalah dengan ilmu pengetahuan saya sendiri.
Hal ini diterangkan oleh Allah dalam al-Qur’an surah al-Qoshosh: 76-80.
Artinya: Sesungguhnya Karun adalah Termasuk kaum Musa[1138], Maka ia Berlaku aniaya terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya: "Janganlah kamu terlalu bangga; Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri". dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. Karun berkata: "Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku". dan Apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka. Maka keluarlah Karun kepada kaumnya dalam kemegahannya. berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia: "Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Karun; Sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar". berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: "Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu, kecuali oleh orang- orang yang sabar".
Demikianlah diceritakan oleh Allah Qorun yang dikaruniai kekayaan tetapi tidak mau bersyukur kepada Allah atas karuniaNya, bahkan dia lupa diri sehingga membangga-banggakan dan menyombongkan kekayaanya, maka dengan kedurhakaannya, maka dengan kedurhakaannya oleh Allah dia dibenamkan bersama semua kekayaannya kedalam tanah.
Hal ini difirmankan Allah dalam surah al-Qoshosh: 81-82.
Artinya: “ Maka Kami benamkanlah Karun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang menolongnya terhadap azab Allah. dan Tiadalah ia Termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya). dan jadilah orang-orang yang kemarin mencita-citakan kedudukan Karun itu, berkata: "Aduhai, benarlah Allah melapangkan rezki bagi siapa yang Dia kehendaki dari hamba-hambanya dan menyempitkannya; kalau Allah tidak melimpahkan karunia-Nya atas kita benar-benar Dia telah membenamkan kita (pula). Aduhai benarlah, tidak beruntung orang- orang yang mengingkari (nikmat Allah)".

10.   Nabi Musa a.s Berguru Kepada Nabi Khidlir a.s
pada suatu ketika, seorang pemuda dari muridnya yang bernama Yusya’ bin Nun bertanya kepada beliau, siapakah yang paling alim diantara manusia? Nabi Musa a.s menjawab: Saya. Maka Allah telah mengingatkan kepadanya kekeliruan jawabannya itu, yang semestinya dijawab: Allahu a’lamu (Allah yang lebih tahu). Maka Allah memberi tahu kepadanya bahwa ada seseorang dari hambaNya yang lebih alim, yaitu Khidlir. Lalu Nabi Musa a.s bertanya kepada Allah: Dimanakah sekarang beliau tinggal? Allah menjawab: diantara bertemunya dua lautan yaitu laut Ruma dan Persi, disana ada batu besar, itulah tempat Khidlir. Nabi Musa a.s bertanya lagi: bagaimanakah kami akan dapat menjumpainya? Jawab Allah SWT: bawalah seekor ikan dalam tempatnya, maka pergilah dengan membawa ikan itu, maka dimana ikan itu akan hilang, disitulah dapat kamu temui Khidlir itu. Maka pergilah Nabi Musa a.s bersama Yusya’. Sesampainya disana, Nabi Musa a.s dan Yusya’ tidur dan ketika beliau dalam keadaan tidur ikan itu hilang dari tempatnya. Sebangun dari tidur, tanpa memeriksa ikannya terlebih dahulu, beliau berdua meneruskan perjalanannya. Setelah sampai disuatu tempat dimana keduanya hendak makan, tiba-tiba teringat akan ikan yang dibawanya. Barulah beliau tahu kalau ikan itu telah hilang, setelahnya beliau memeriksa tempat ikan itu. Ditanyakan kepada Yusya’, iapun menjawab: hilangnya ikan itu ketika berada ditempat pertemuan dua laut dimana kita tidur tadi.maka keduanya kembali mencari dimana tempat itu berada. Dan disitulah Nabi Musa a.s dapat berjumpa dengan Nabi Khidlir a.s.
hal ini difirmankan Allah dalam surah al-Kahfi: 60-65.
Artinya: “dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada muridnya: "Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke Pertemuan dua buah lautan; atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun" Maka tatkala mereka sampai ke Pertemuan dua buah laut itu, mereka lalai akan ikannya, lalu ikan itu melompat mengambil jalannya ke laut itu.  Maka tatkala mereka berjalan lebih jauh, berkatalah Musa kepada muridnya: "Bawalah kemari makanan kita; Sesungguhnya kita telah merasa letih karena perjalanan kita ini".  Muridnya menjawab: "Tahukah kamu tatkala kita mecari tempat berlindung di batu tadi, Maka Sesungguhnya aku lupa (menceritakan tentang) ikan itu dan tidak adalah yang melupakan aku untuk menceritakannya kecuali syaitan dan ikan itu mengambil jalannya ke laut dengan cara yang aneh sekali". Musa berkata: "Itulah (tempat) yang kita cari". lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula. lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.

Setelah Nabi Musa a.s bertemu dengan Nabi Khidlir a.s dan saling berkenalan, maka Nabi Musa a.s menyampaikan maksudnya, yaitu hendak berguru kepada Nabi Khidlir a.s. sebenarnyalah sudah dikatakan oleh Nabi Khidlir a.s bahwa Nabi Musa a.s tidak akan bisa sabar kalau mengikuti dirinya. Oleh karena Nabi Musa a.s rupanya memaksa, maka diajaknya dan keduanya berjalan menyusuri pantai laut.
Hal ini telah diceritakan oleh Allah dalam firmanNya dalam surah al-Kahfi: 66-78.
Artinya: “ Musa berkata kepada Khidhr: "Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?" Dia menjawab: "Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersama aku. dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?"  Musa berkata: "Insya Allah kamu akan mendapati aku sebagai orang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusanpun".  Dia berkata: "Jika kamu mengikutiku, Maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu apapun, sampai aku sendiri menerangkannya kepadamu".  Maka berjalanlah keduanya, hingga tatkala keduanya menaiki perahu lalu Khidhr melobanginya. Musa berkata: "Mengapa kamu melobangi perahu itu akibatnya kamu menenggelamkan penumpangnya?" Sesungguhnya kamu telah berbuat sesuatu kesalahan yang besar. Dia (Khidhr) berkata: "Bukankah aku telah berkata: "Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sabar bersama dengan aku".  Musa berkata: "Janganlah kamu menghukum aku karena kelupaanku dan janganlah kamu membebani aku dengan sesuatu kesulitan dalam urusanku".  Maka berjalanlah keduanya; hingga tatkala keduanya berjumpa dengan seorang anak, Maka Khidhr membunuhnya. Musa berkata: "Mengapa kamu membunuh jiwa yang bersih, bukan karena Dia membunuh orang lain? Sesungguhnya kamu telah melakukan suatu yang mungkar". Khidhr berkata: "Bukankah sudah kukatakan kepadamu, bahwa Sesungguhnya kamu tidak akan dapat sabar bersamaku?" Musa berkata: "Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu sesudah (kali) ini, Maka janganlah kamu memperbolehkan aku menyertaimu, Sesungguhnya kamu sudah cukup memberikan uzur padaku".  Maka keduanya berjalan; hingga tatkala keduanya sampai kepada penduduk suatu negeri, mereka minta dijamu kepada penduduk negeri itu, tetapi penduduk negeri itu tidak mau menjamu mereka, kemudian keduanya mendapatkan dalam negeri itu dinding rumah yang hampir roboh, Maka Khidhr menegakkan dinding itu. Musa berkata: "Jikalau kamu mau, niscaya kamu mengambil upah untuk itu".  Khidhr berkata: "Inilah perpisahan antara aku dengan kamu; kelak akan kuberitahukan kepadamu tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya.”

Setelah ternyata bagi Nabi Musa a.s bahwa dirinya benar-benar tidak sanggup mengikuti Nabi Khidlir a.s, maka terpaksa mereka tidak bersama-sama lagi. Sebelum mereka berpisah, Nabi Musa a.s sempat menanyakan arti dari semua yang dilakukan Nabi Khidlir a.s itu.
Maka Nabi Khidlir pun menerangkan itu semua, sebagaimana yang telah difirmankan Allah dalam surah al-Kahfi: 79-82.
Artinya: “Adapun bahtera itu adalah kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja di laut, dan aku bertujuan merusakkan bahtera itu, karena di hadapan mereka ada seorang raja yang merampas tiap-tiap bahtera.dan Adapun anak muda itu, Maka keduanya adalah orang-orang mukmin, dan Kami khawatir bahwa Dia akan mendorong kedua orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran. dan Kami menghendaki, supaya Tuhan mereka mengganti bagi mereka dengan anak lain yang lebih baik kesuciannya dari anaknya itu dan lebih dalam kasih sayangnya (kepada ibu bapaknya). Adapun dinding rumah adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang Ayahnya adalah seorang yang saleh, Maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya".[7]

11.  Hikmah
1.      Allah Maha berkuasa atas segala sesuatu. Nabi Musa a.s kecil selamat dari ancaman pembunuhan ketika lahir adalah karena kuasa Allah
2.      Nabi Musa a.s adalah orang yang sangat bersahaja, sehat jasmani dan rohani, cerdas serta tanggap terhadap fenomena masyarakatnya
3.      Nabi Musa a.s memahami keterbatasan pada dirinya, bahwa ia tidak fasih berbicara, maka ia mengangkat temannya Nabi Harun a.s yang lebih fasih bicaranya sebagai partnernya dalam menegakkan risalah Allah. Satu sifat yang harus diteladani bahwa setiap diri mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Berani mengakui kelemahan diri dan mengagumi kelebihan orang lain adalah kunci memperoleh kebahagiaan hidup.
4.      Allah mengekalkan jasad fir’aun sampai saat ini sebagai pelajaran bagi umat manusia akan kesombongan seorang dengan mengaku sebagai Tuhan yang akhirnya binasa dan tidak berkutik di hadapan Allah swt.[8]


PENUTUP

Kesimpulan
Dari keterangan di atas dapat di simpulkan bahwa, Nabi Musa a.s adalah golongan Bani Israil, lahir di Negeri Mesir dalam kekuasaan raja yang lalim Fir’aun nama nya. Pada waktu itu banyak sekali bayi-bayi yang menjadi korban dari keganasan raja Kafir yang lalim itu, sedangkan bayi-bayi Perempuan dia biarkan hidup, karena bayi laki-laki sangat menghawatirkan kelak akan meruntuhkan dan menggantikan Fir’aun sebagai Raja Mesir. Maka itu Allah tetap akan memberi karuniya pada golongan bani Israil yang tertindas itu. Dari golongan mereka (Israil) di jadikan seorang pemimpin dan mewarisi bumi Mesir. Nabi Musa mendapat mujizat dari Allah swt. berupa tongkat yang bisa berubah menjadi ular Besar dan dapat membelah Laut Merah yang menenggelamkan Fir’aun dan para pengikutnya.
 
DAFTAR PUSTAKA

Salim, Hadiyah. 1987. Qishasul Anbiya. PT Al-Ma’rifa: Bandung
Syamsuri, Baidlowi. 2005. 25 Rasul. Apollo: Surabaya
Mahfan. 2005. Kisah 25 Nabi Dan Rasul. Sandro Jaya: Jakarta
Mashad, Dhurorudin. 2002. Kisah 25 Rasul. Erlangga: Jakarta

[1] Dhurorudin Mashad, Kisah 25 Rasul, (Jakarta: Erlangga, 2002), hlm. 146.

[2] Ibid,  hlm. 148.
[3] Loc cit, hlm. 149.
[4] Hadiah Salim, Qishashul Anbiya’, (Bandung: Al-Ma’rif, 1987), hlm. 163.
[5] Ibid, hlm. 165.
[6] Baidlowi Syamsuri, 25 Rasul, (Surabaya: Apollo, 2005), hlm. 174.
[7] Ibid, hlm. 198.
[8] Mahfan, Kisah 25 Nabi Dan Rasul. (Jakarta: Sandro Jaya, 2005), hlm. 102.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar