1.
Lahirnya Nabi Musa a.s
Nabi musa a.s dilahirkan pada zaman yang sangat gawat kerena
pada waktu itu ada undang-undang raja fir’aun yang melarang bayi laki-laki dai
Bani Israil hidup. Jika ada bayi dari Bani Israil yang lahir pada waktu itu
harus di bunuh (disembelih).
Rajanya adalah Fir’aun yang sangat zhalim sudah terkenal dalam sejarah kezhalimann-ya
sehingga tak ada bandingnya. Fir’aun mengaku dirinya menjadi Tuhan dan
barangsiapa yang tidak mau menyembah kepadanya, orang itu akan dibunuh.
Kala itulah Musa dilahirkan. Di tengah kegalauan hati
akibat takut dibunuh oleh pengusa keji, akhirnya ibu Musa mendapatkan ilham
menghayutkan putra ke kali.
Setelah Musa dihanyutkan, peti bayi Musa tersangkut di antara
pepohonan di lokasi pemandian kelurga kerajaan. Peti akhirnya diambil permaisuri,
dan ketika dilihatnya berisi bocah mungil lucu tak terperi, permaisuri bernama
Asiah langsung jatuh hati. Ia membawa bayi itu kerumah, membujuk suami agar tak
membunuhnya, kalau perlu dijadikan anak angkat saja. Fir’aun terpedaya oleh
bujuk rayu istrinya, lantas mengabulkannya. Inilah bayi Musa, Mu dalam
bahasa Mesir kuno artinya air dan sya maknanya syajarah alias pohon.sebab
Musa ditemukan Asiah diantara pepohonan di atas air. Namun, Mus dalam
bahasa Mesir kuno berarti pula anak kecil alias bocah cilik.[1]
Pada saat Musa telah meranjak remaja. Suatu hari Musa jalan
berleha-leha menikmati suasana kota (Memphis) sendiri saja. Saat itulah Musa melihat seorang Israel dipukuli
seorang Qibti, kelurga fir’aun. Dia
minta perlindungan Musa, lantas Musa memukul orang Qibti ini.
2.
Nabi Musa a.s Diambil Oleh Nabi Syu’aib
a.s
Para pemimpin keluarga Fir’aun yang tak terima, berencana ganti
membunuh Musa sebagai balasannya. Akhirnya, atas informasi dan nasihat dari
temannya, Musa melarikan diri dari kota sambil mohon perlindungan Tuhannnya.
Setelah berhari-hari, berminggu-minggu Musa berjalan tak jelas arah tujuan, ia
sampai di negeri Madyan. Musa hendak
mengambil air minum. Kala itu para pengembala antri berdesakan mencari-cari
ternaknya, Apa pasal? Ternyata gadis itu merasa tak mampu bersaing, sementara
mereka hanya mempunyai ayah yang tua renta. Alhasil, Musa tergerak hati untuk
menolong dua gadis tadi.
Selang beberapa saat, salah seorang gadis tadi menghampiri, menyatakan
bahwa bapaknya mengundang Musa agar datang ke rumahnya. Dengan senang hati Musa
mengabulkan. Setelah bertemu muka, Musa menceritakan segala latar belakang
dirinya, segala hal yang menimpa pribadinya. Lelaki tua yang tak lain adalah
Nabi Syu’aib A.S menenangkan hati Musa atas keselamatannya.
3.
Nabi Musa a.s Menerima Wahyu Mu’jizat
Setelah berkeluarga, Musa pamit kepada mertua, membawa istri
tercinta merantau ke luar kota. Musa dan keluarga berjalan kearah selatan,
sehingga sampailah mereka di Bukit Sinai
dalam keadaan malam kelam. Tanpa lentera mereka tak bisa apa-apa dalam
malam gulita. Nun jauh di sana, Musa melihat secercah api, lantas bermaksud
hendak mencari. “Diamlah kalian di sini, biar aku mengambil api untuk
menerangi kita pada malam ini,” pesan Musa kepada keluarga.[2]
Ketika Musa telah dekat pada api, ia kaget tak terperi. Ia mendengar
panggilan Tuhan yang langsung berucap kepadanya, “Musa aku ini Tuhan mu. Tiada Tuhan kecuali Aku. Aku memilihmu menjadi
rasul-Ku, maka dengarkan apa yang Ku-wahyukan kepadamu.” Lantas , Tuhan memerintahkan
Musa melemparkan tongkat di tangannya, memberikan mukizat kepadanya. Tiba-tiba
tongkat berubah jadi ular, sehingga Musa takut gemetar. Pun, genggaman tangan
yang dimasukkan dalam sakunya, ketika dikeluarkannya, tampak tangannya seolah
memegang telur berkilauan. Setelah Musa ditenangkan, mengembalikan tokat dalam
genggaman tangan yang dimasukkan dalam sakunya, ketika dikeluarkannya, tampak
tangannya seolah memegang telur berkilauan.[3]
Untuk melaksakan perintah Tuhan ini, sebenarnya sebernya Musa
merasa grogi mengingat fir”aun memang
sangat keji. Namun, Tuhan membesarkan hati Musa dengan dijanjikan keselamatan
kepadanya. Musa pu bergegas menemui Fir;aun mantan ayah angkatnya, diajak untuk
bertaubat pada Tuhannya, diajak untuk tak berbuat aniaya, kejam kepada sesama.
Fir’aun menuduh Musa gila, karena mengucapkan sesuatu yang oleh
masyarakat kala itu terdengal ganjil, aneh dan mengada-ada. Namun, Musa
melajutkan perkataannya, “Tuhanku adalah
yang mengusai Barat Timur dan segala yang terdapat di dalamnya, di antara.
Itulah Tuhan yang sebenar-benarnya kalian mengunakan akal pikiran kalian.”
Akibat kesesatan dan kekejaman Fir”aun yang berkelanjutan,
akhirnya Musa tak sabar untuk memberi pasotan,
berdo’a kepada Tuhan, “Wahai Tuhan,
Engkau telah melimpahkan kepada Fir’aun dan pengikutnya dengan kekayaan dan
kekuasaan, yang dengan nya mereka telah menaburkan kesesatan. Oleh karena itu
duhai Tuhan, rampaslah segala harta dan kekuasaan lantas kunci mati hati-hati
mereka dengan kesesatan kemudian timpakan kepada , mereka siksaan.” (Q.S.
Yunus: 88-89)[4]
Do’a Musa pun di kabulkan. Tetapi masih dalam taraf
mengingatkan, belum untuk memusnahkan. Mesir ditimpah kemarau yang panjang,
sehingga berbagai pohon daunnya berguguran sehingga mengalami kekeringan.
Namun, dengan cara ini Fir’aun dan pengikutnya menyadari kelemahan dan
keterbatasan Fir’aun. Tetapi hati mereka tetap membatu, ketika mendapat
limpahan kesuburan mereka arogan dengan mengatakan bahwa semua itu adalah
akibat kelebihan dan keutaman pada diri mereka.
Allah menimpakan hukuman yang lebih besar lagi berupa angin
taufan, lesus, menggiling dan
menggerus perumahan dan ladang, perkebunan dan persawahan. Berbagai penyakit
tanaman dan hewan didatangkan, sehingga perkebunan dan perternakan tertimpa kebangkrutan.
Tak cukup itu saja, wabah penyakit juga ditebarkan, sehingga terserang muntah
darah dan mimisan (keluar darah dari lubang hidung). Dengan kondisi seperti itu
mereka berjanji, namun ketika hukuman Tuhan dilenyapkan, mereka mengikari
janji, tak pernah beriman bahkan kembali berbuat keji kepada para penganut
agama suci.
4.
Nabi Musa a.s Oleh Fir’aun Dihadapkan Dengan Tukang-Tukang Sihir
Setibanya di Mesir, Nabi Musa a.s telah berhadapan lagi dengan
raja Fir’aun. Bukan main terkejut dan marahnya fir’aun atas kedatangan Nabi
Musa a.s yang sejak lama dicari-carinya, kini telah datang dengan sendirinya
untuk melawan. Ketika ditujukkan Nabi Musa a.s mukjizat yang ditangannya,
fir’aun mengatakan bahwa Nabi Musa a.s
adalah tukang sihir dan jika sihir itu yang dibanggakan, maka iapun juga
mempunyai tukang-tukang sihir.
Firman Allah dalam surah Thoha: 57-59.
Artinya: “berkata Fir'aun: "Adakah kamu datang
kepada Kami untuk mengusir Kami dari negeri Kami (ini) dengan sihirmu, Hai
Musa?. dan Kamipun pasti akan mendatangkan (pula) kepadamu sihir semacam itu,
Maka buatlah suatu waktu untuk Pertemuan antara Kami dan kamu, yang Kami tidak
akan menyalahinya dan tidak (pula) kamu di suatu tempat yang pertengahan
(letaknya). berkata Musa: "Waktu untuk
Pertemuan (kami dengan) kamu itu ialah di hari raya dan hendaklah dikumpulkan
manusia pada waktu matahari sepenggalahan naik".
Setelah itu, berangkatlah fir’aun mengumpulkan tukang-tukang
sihirnya dan dia mempertandingkan tukang-tukang sihir itu dengan Nabi Musa a.s
pada suatu arena yang ditentukan waktu dan tempatnya dengan diperlihatkan
halayak ramai.[5]
Hal ini difirmankan Allah dalam surah Thoha: 60-69.
Artinya:
“ Maka Fir'aun meninggalkan (tempat itu), lalu mengatur tipu dayanya, kemudian
Dia datang. berkata Musa kepada mereka: "Celakalah kamu, janganlah kamu
mengada-adakan kedustaan terhadap Allah, Maka Dia membinasakan kamu dengan
siksa". dan Sesungguhnya telah merugi orang yang mengada-adakan kedustaan.
Maka mereka berbantah-bantahan tentang urusan mereka di antara mereka dan
mereka merahasiakan percakapan (mereka).
mereka berkata: "Sesungguhnya dua orang ini adalah benar-benar ahli
sihir yang hendak mengusir kamu dari negeri kamu dengan sihirnya dan hendak
melenyapkan kedudukan kamu yang utama. . Maka himpunkanlah segala daya (sihir)
kamu sekalian, kemudian datanglah dengan berbaris. dan Sesungguhnya
beruntunglah oran yang menang pada hari ini. (setelah mereka berkumpul) mereka
berkata: "Hai Musa (pilihlah), Apakah kamu yang melemparkan (dahulu) atau
kamikah orang yang mula-mula melemparkan?". berkata Musa: "Silahkan kamu sekalian
melemparkan". Maka tiba-tiba tali-tali dan tongkat-tongkat mereka,
terbayang kepada Musa seakan-akan ia merayap cepat, lantaran sihir mereka. Maka
Musa merasa takut dalam hatinya. Kami berkata: "Janganlah kamu takut,
Sesungguhnya kamulah yang paling unggul (menang). dan lemparkanlah apa yang ada
ditangan kananmu, niscaya ia akan menelan apa yang mereka perbuat.
"Sesungguhnya apa yang mereka perbuat itu adalah tipu daya tukang sihir
(belaka). dan tidak akan menang tukang sihir itu, dari mana saja ia datang".
Mula-mula Nabi Musa a.s merasa takut melihat ular-ular jadian
dari tukang-tukang sihir tersebut, setelah mendapat wahyu, maka hilanglah rasa
takut dan gentarnya itu. Kemudian Nabi Musa a.s melemparkan tongkatnya, dan
menjadilah ular yang sangat besar sekali, sehingga menelan semua ular jadian
tukang-tukang sihir tadi sampai habis. Melihat kenyataan ini, maka
tukang-tukang sihir tadi menyadari dan menjadi iman serta bersujud kepada Allah
swt. Sedangkan fir’aun menyaksikan semua kejadian ini menjadi bengong keheranan,
sehingga timbul rasa amarahnya yang sangat memuncak.
Hal ini diterangkan oleh Allah dalam firmanNya surah Thoha:
70-73.
Artinya: “lalu
tukang-tukang sihir itu tersungkur dengan bersujud, seraya berkata: "Kami
telah percaya kepada Tuhan Harun dan Musa". berkata Fir'aun: "Apakah
kamu telah beriman kepadanya (Musa) sebelum aku memberi izin kepadamu sekalian.
Sesungguhnya ia adalah pemimpinmu yang mengajarkan sihir kepadamu sekalian.
Maka Sesungguhnya aku akan memotong tangan dan kaki kamu sekalian dengan
bersilang secara bertimbal balik, dan Sesungguhnya aku akan menyalib kamu
sekalian pada pangkal pohon kurma dan Sesungguhnya kamu akan mengetahui siapa
di antara kita yang lebih pedih dan lebih kekal siksanya". mereka berkata: "Kami sekali-kali tidak
akan mengutamakan kamu daripada bukti-bukti yang nyata (mukjizat), yang telah
datang kepada Kami dan daripada Tuhan yang telah menciptakan kami; Maka
putuskanlah apa yang hendak kamu putuskan. Sesungguhnya kamu hanya akan dapat
memutuskan pada kehidupan di dunia ini saja. Sesungguhnya Kami telah beriman
kepada Tuhan Kami, agar Dia mengampuni kesalahan-kesalahan Kami dan sihir yang
telah kamu paksakan kepada Kami melakukannya. dan Allah lebih baik (pahala-Nya)
dan lebih kekal (azab-Nya)".
Demikianlah, fir’aun semakin bertambah memuncak kemarahannya dan
keganasannya, melihat tingkah tukang-tukang sihirnya, lebih-lebih istrinya
sendiri yaitu Siti Asiah menyatakan iman kepada Musa, sehingga istrinya di
siksa sampai mati bersama-sama dengan orang-orang yang beriman. Adapun Nabi
Musa a.s beserta orang-orang yang beriman, melarikan diri dari kota Mesir.
Setelah diketahui bahwa orang-orang yang beriman dan Nabi Musa a.s tidak ada
lagi disitu, maka mereka pun mengejarnya sampai pantai lautan merah.[6]
5. Tengggelamnya
Fir’aun dan Tentaranya dilautan Merah
Di dekat lautan merah Nabi Musa a.s beserta pengikut-pengikutnya
telah di kepung oleh fir’aun dengan bala tentaranya. Nabi Musa a.s yang semakin
terdesak merasa kebingungan, karena dikanan kiri dan belakang penuh dengan
musuh, sedang dihadapannya lautan merah yang terbentang luas telah
menantangnya. Dalam keadaan demikian, maka Allah memberi wahyu kepada Nabi Musa
a.s agar memukulkan tongkatnya kepermukaan laut. Kemudian Nabi Musa a,s
melakukan apa yang diperintahkan oleh Allah, tiba-tiba air laut terbelah
menjadi dua bagian, sehingga jalan yang memanjang telah terentang pula
diseberang, maka Nabi Musa a.s beserta orang-orang yang beriman dapat
meneruskan perjalanannya dengan selamat. Sedangkan fir’aun dengan bala
tentaranya yang terus menerus mengejar, oleh Allah ditenggelamkan dilautan itu.
Firman Allah dalam surah al-Baqarah:50.
Artinya: “dan
(ingatlah), ketika Kami belah laut untukmu, lalu Kami selamatkan kamu dan Kami
tenggelamkan (Fir'aun) dan pengikut-pengikutnya sedang kamu sendiri
menyaksikan.”
Allah juga menjelaskan lagi dalam surah Thoha: 77-79.
Artinya:
“dan Sesungguhnya telah Kami wahyukan kepada Musa: "Pergilah kamu dengan
hamba-hamba-Ku (Bani Israil) di malam hari, Maka buatlah untuk mereka jalan
yang kering dilaut itu[933], kamu tak usah khawatir akan tersusul dan tidak
usah takut (akan tenggelam)". Maka Fir'aun dengan bala tentaranya mengejar
mereka, lalu mereka ditutup oleh laut yang menenggelamkan mereka. dan Fir'aun
telah menyesatkan kaumnya dan tidak memberi petunjuk.
Demikian keterangan dari Allah swt. Yang menyatakan bahwa akhir
dari riwayat fir’aun bersama bala tentaranya dilautan merah. Menurut riwayat,
ketika kuda fir’aun yang mengetahui bahayanya laut, maka kuda-kuda itu tidak
mau diajak menyeberang. Dengan kekuasaan dan kehendak Allah swt. Diutusnya
Malaikat Jibril mengendarai kuda betina masuk laut, maka kuda-kuda jantan dari
belakang, sehingga sampailah kuda fir’aun tenggelam di tengah lautan.
6. Umat Nabi
Musa a.s Ingin Melihat Rupa Tuhan
Adalah kekufuran yang ditanamkan oleh fir’aun selama itu,
benar-benar telah berakar kuat dihati rakyatnya, sehingga mereka menjadi umat
yang keras kepala. Karena demikian, sehingga sifat kekufurannya sangat sulit
untuk dikikis dari hati mereka, sehingga pula apa yang diperintahkan, dari
kebanyakan mereka enggan untuk melaksanakannyan, tetapi segala larangan agama,
itulah yang menjadi kegemarannya. Apabila mereka diseru agar beriman kepada
Allah swt. Mereka mengatakan, bahwa tidak akan beriman, sebelum Nabi Musa a.s
memperlihatkan kepada mereka bagaimana rupa dan bentuk Tuhan itu, bila mereka
sudah menyaksikan sendiri, barulah mereka mau beriman kepadaNya. Nabi Musa a.s
merasa kesal menghadapi kaumnya yang keras kepala itu, maka mereka diajaknya
kesatu tempat dan Nabi Musa a.s mengatakan kepada mereka, kalau benar-benar
ingin menyaksikan Tuhan, agar mengarahkan pandangannya kesebuah gunung.
Merekapun mengikuti saja apa perintah Nabi Musa a.s mula-mula dikiranya bahwa
mereka akan benar-benar dapat melihat Tuhan. Padahal tiadalah dari mereka
ketahui apa yang akan terjadi pada dirinya. Ketika mereka berangan-angan akan
optimisnya, tiba-tiba halilintar telah menyambarnya, sehingga mereka tak
sadarkan diri.
Hal ini diterangkan oleh Allah dalam surah al-Baqarah:55-56.
Artinya:
“dan (ingatlah), ketika kamu berkata: "Hai Musa, Kami tidak akan beriman
kepadamu sebelum Kami melihat Allah dengan terang, karena itu kamu disambar
halilintar, sedang kamu menyaksikannya. setelah itu Kami bangkitkan kamu
sesudah kamu mati, supaya kamu bersyukur.
Demikianlah akibat terlampaunya kekurang ajaran mereka itu. Juga
pula sebelumnya, karena tidak adanya percaya kepada Allah, sehingga banyak
usul-usul mereka tentang adanya Tuhan yang mereka serupakan Allah itu dengan
suatu makhluk yang hidup, padahal tidak ada satu apapun yang menyerupai Allah.
Dzatnya Allah tidak dapat dilihat oleh mata manusia, tetapi Allahlah yang Maha
Melihat atas segala makhluknya dimana saja berada dan tiada sedikitpun yang
tersembunyi, bagi Allah swt. Ternyata melihat sesama makhluknya saja yakni halilintar,
mereka sudah tidak sanggup, apalagi melihat Dzatnya Allah Sang Maha Pencipta.
7. Umatnya
Nabi Musa a.s Dijadikan Kera
Kalau masa Rasulullah saw. Sampai hari kiamat adalah hari jum’at
yang ditentukan Allah untuk menjadi hari besar bagi umat Muhammad saw. Dimana
pada hari itu telah diwajibkan shalat jum’at dengan berjama’ah di masjid. Besar
dosanya disisi Allah, apabila sebagai seorang muslim meninggalkan shalat jum’at
tanpa udzur yang diperbolehkan syara’, bahkan dicatat sebagai munafiq, jika
meninggalkannya tiga kali berturut-turut. Demikian juga hari sabtu bagi umatnya
Nabi Musa a.s. Dari kebanyakan mereka yang pekerjaannya menangkap ikan itu,
diuji oleh Allah dengan ikan besar-besaryang banyak. Pada hari-hari yang lain
tiada sebagaimana hari sabtu, tiap-tiap
dari sabtu keluarlah ikan yang besar-besar ketepian laut. Rupa-rupanya umatnya
Nabi Musa a.s tidak tahan menerima ujian itu, sehingga mereka tidak rela hati
membiarkan rezeki yang banyak itu terlepas dengan begitu saja. Tetapi di zaman
itu syari’at telah menetapkan bagi umat Nabi Musa a.s dilarang menangkap ikan
di hari sabtu. Maka itu mereka membuat siasat, yaitu membuat dan memasang
perangkap pada hari yang lain. Dengan demikian, bila datang hari sabtu dimana
ikan besar-besar telah Nampak ditepi pantai dan masuk kedalam perangkap mereka
masing-masing dan melihat hal ini bukan main girang hati mereka. Dari sangat
senang dan girangnya melihat ikan-ikan yang masuk ke dalam perangkapnya,
sehinggar mereka berat untuk meninggalkan pantai itu. Dan akhirnya ibadat
kepada Allah dikalahkan begitu saja. Karena demikian secara tidak langsung
mereka itu adalah melanggar hukum dan akhirnya oleh Allah mereka dikutuk
menjadi kera, maka jadi keralah mereka itu.
Hal ini diterangkan di dalam al-Qur’an pada surah al-Baqarah:
65-66. Allah swt. Berfirman:
Artinya:
“dan Sesungguhnya telah kamu ketahui orang-orang yang melanggar diantaramu pada
hari Sabtu, lalu Kami berfirman kepada mereka: "Jadilah kamu kera yang
hina". Maka Kami jadikan yang demikian itu peringatan bagi orang-orang
dimasa itu, dan bagi mereka yang datang Kemudian, serta menjadi pelajaran bagi
orang-orang yang bertakwa.”
8.
Pembunuhan terhadap orang-orang tua sendiri
Adalah sifat rakus dan tamak harta akan membuat seseorang lupa
diri dan lupa daratan, sehingga juga akan menumbuhkan rasa keberanian untuk
menghalalkan segala cara. Demikianlah dizaman Nabi Musa a.s ada seorang anak
yang sangat mengharapkan harta pusaka orang tuanya, sedang orang tuanya usianya
agak panjang. Keadaan yang demikian, si anak yang rakus dan tamak tadi, tidak
sabar dan mengharap agar orang tuanya lekas-lekas mati, dan harta kekayaan
orang tuanya akan dimilikinya semua. Setiap siang dan malam ia selalu merenung
dengan renungan yang dikendalikan nafsu syaithaniyah, maka timbullah pekerti
yang tak beperi kemanusiaan dan pada akhirnya ia sampai hati membunuh orang
tuanya disebabkan karena supaya lekas mewarisi harta yang banyak itu. Setelah
orang tuanya dibunuh, maka jenazahnya diletakkan diperbatasan kampung satu
dengan lainnya dan iapun berpura-pura menangis mencari siapakah orang yang
membunuh orang tuanya. Seketika itu juga masyarakat menjadi ribut, kampung
sebelah menuduh kampung sebelahnya, demikian juga sebaliknya, sehingga
terjadilah saling tuduh menuduh antara penduduk kedua kampung itu, akhirnya
sampai terjadi pula pertengkaran yang
hamper saja membawa pertarungan. Dalam situasi yang demikian, ada beberapa
orang diantara mereka yang berpikiran bijaksana memberikan keputusan, bahwa
pertengkaran tidak akan dapat memutuskan suatu permasalahan. Maka itu mereka
datang kepada Nabi Musa a.s agar menunjukkan siapa pembunuhnya, seandainya
tidak dapat menunjukkan tentulah keRasulan Musa a.s akan didustakannya. Nabi
Musa a.s menyuruh mereka menyembelih sapi dan ekornya supaya dipukulkan kepada
si mayat, Insya Allah dengan izin Allah pula orang yang mati itu akan hidup
kembali dan dapat memberi keterangan siapa sebenarnya yang membunuh. Mendengar
keterangan Nabi Musa a.s, mereka kembali rebut karena tidak mempercayai dan
dianggapnya bahwa Nabi Musa a.s hanya mempermainkan mereka.
Hal ini diterangkan Allah dalam surah al-Baqarah:67.
Artinya:
“dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Sesungguhnya Allah
menyuruh kamu menyembelih seekor sapi betina." mereka berkata:
"Apakah kamu hendak menjadikan Kami buah ejekan?” Musa menjawab: "Aku berlindung kepada
Allah agar tidak menjadi salah seorang dari orang-orang yang jahil".
Setelah mendapat keterangan dari dari Nabi Musa a.s yang
sedemikian, masih juga mereka mengajukan macam-macam pertanyaan yang mendetail
sampai kepada ciri-ciri lembunya besar kecilnya, umur dan warna bulunya.
Hal ini difirmankan Allah dalam surah al-Baqarah: 68-71.
Artinya:
“ mereka menjawab: " mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk Kami, agar Dia
menerangkan kepada kami; sapi betina Apakah itu." Musa menjawab:
"Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina
yang tidak tua dan tidak muda; pertengahan antara itu; Maka kerjakanlah apa
yang diperintahkan kepadamu".
mereka berkata: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk Kami agar Dia
menerangkan kepada Kami apa warnanya". Musa menjawab: "Sesungguhnya
Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang kuning, yang
kuning tua warnanya, lagi menyenangkan orang-orang yang
memandangnya." mereka berkata:
"Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk Kami agar Dia menerangkan kepada Kami
bagaimana hakikat sapi betina itu, karena Sesungguhnya sapi itu (masih) samar
bagi Kami dan Sesungguhnya Kami insya Allah akan mendapat petunjuk (untuk
memperoleh sapi itu)." Musa
berkata: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi
betina yang belum pernah dipakai untuk membajak tanah dan tidak pula untuk
mengairi tanaman, tidak bercacat, tidak ada belangnya." mereka berkata:
"Sekarang barulah kamu menerangkan hakikat sapi betina yang
sebenarnya". kemudian mereka menyembelihnya dan hampir saja mereka tidak
melaksanakan perintah itu.”
Demikianlah umat Nabi Musa a.s ketika disuruh menyembelih sapi,
mereka banyak bertanya yang maksudnya jika terlalu sukar mengerjakan, semoga
pekerjaan itu tidak jadi. Ternyata pertanyaan yang banyak dari mereka itu hanya
menambah beban mereka saja, sehingga mereka hampir tidak dapat mengerjakan.
Setelah sapi itu dapat mereka temukan dengan syarat-syarat yang telah
ditentukan Tuhan, maka sapi itu mereka beli dari kepunyaan anak yatim yang
harganya harus dibayar dengan emas seberat sapi itu. Oleh karena mereka sangat
membutuhkan akan sapi itu, walaupun semahal itu harganya, terpaksa mereka tetap
harus membelinya dan kemudian disembelihnya. Dan ekornya dipukulkan kepada
orang yang mati itu, maka dengan izin Allah orang yang mati tadi hidup kembali.
Hal ini diterangkan oleh Allah dalam surah al-Baqarah:72-73.
Artinya:
“dan (ingatlah), ketika kamu membunuh seorang manusia lalu kamu saling tuduh
menuduh tentang itu. dan Allah hendak menyingkapkan apa yang selama ini kamu
sembunyikan. lalu Kami berfirman: "Pukullah mayat itu dengan sebahagian
anggota sapi betina itu !" Demikianlah Allah menghidupkan kembali orang-orang
yang telah mati, dam memperlihatkan padamu tanda-tanda kekuasaanNya agar kamu
mengerti.”
Setelah orang yang mati dihidupkan oleh Allah supaya mengatakan
bahwa yang membunuh dirinya adalah anaknya sendiri, dan kemudian orang itu mati
kembali. Setelah yang diketahui yang demikian, maka harta waris si mayat itu
tidak jadi jatuh di tangan anaknya, karena telah digunakan untuk membeli sapi
tersebut. Memang demikianlah didalam Islam ahli waris yang berbuat aniaya
hukumnya tidak diperbolehkan untuk mendapat bagian harta waris. Maka jadilah
anak tersebut dari golongan orang-orang yang merugi dunia dan akhirat. Na’uudzu
billahi min syarri dzaalika.
9.
Qorun Seorang Yang Durhaka
Adalah Qorun hidup di zaman Nabi Musa a.s, dia seorang hartawan
yang durhaka kepada Allah dan kekikirannya dua puluh tujuh keturunan kata
orang. Rumah dan segala peralatannya serba mewah dengan harga yang paling mahal
di masa itu, sehingga banyak orang kagum, dan tergiur. Kekayaan Qorun ini
melebihi batas, sehingga apabila kunci gudang kekayaannya itu dipikulkan orang
banyak, niscaya akan merasa berat memikulnya. Cuma sayangnya dia seorang yang
sombong, angkuh kepada sesamanya dan mempunyai budi pekerti yang kasar. Dan
apabila disuruh mengeluarkan zakat harta, sedekah dan sebagainya, ia menolaknya
bahkan mengatakan, bahwa seolah-olah harta kekayaannya itu akan langgeng
bersamanya, sehingga terlahirlah dari padanya ucapan: saya memperoleh harta
benda ini adalah dengan ilmu pengetahuan saya sendiri.
Hal ini diterangkan oleh Allah dalam al-Qur’an surah al-Qoshosh:
76-80.
Artinya: Sesungguhnya Karun adalah Termasuk kaum Musa[1138],
Maka ia Berlaku aniaya terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan
kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh
sejumlah orang yang kuat-kuat. (ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya:
"Janganlah kamu terlalu bangga; Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang terlalu membanggakan diri". dan carilah pada apa yang
telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah
kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada
orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu
berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berbuat kerusakan. Karun berkata: "Sesungguhnya aku hanya diberi
harta itu, karena ilmu yang ada padaku". dan Apakah ia tidak mengetahui,
bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih
kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? dan tidaklah perlu
ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka. Maka
keluarlah Karun kepada kaumnya dalam kemegahannya. berkatalah orang-orang yang
menghendaki kehidupan dunia: "Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa
yang telah diberikan kepada Karun; Sesungguhnya ia benar-benar mempunyai
keberuntungan yang besar". berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu:
"Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi
orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu,
kecuali oleh orang- orang yang sabar".
Demikianlah diceritakan oleh Allah Qorun yang dikaruniai
kekayaan tetapi tidak mau bersyukur kepada Allah atas karuniaNya, bahkan dia
lupa diri sehingga membangga-banggakan dan menyombongkan kekayaanya, maka
dengan kedurhakaannya, maka dengan kedurhakaannya oleh Allah dia dibenamkan
bersama semua kekayaannya kedalam tanah.
Hal ini difirmankan Allah dalam surah al-Qoshosh: 81-82.
Artinya: “ Maka Kami benamkanlah Karun beserta rumahnya ke dalam
bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang menolongnya terhadap azab
Allah. dan Tiadalah ia Termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya). dan
jadilah orang-orang yang kemarin mencita-citakan kedudukan Karun itu, berkata:
"Aduhai, benarlah Allah melapangkan rezki bagi siapa yang Dia kehendaki
dari hamba-hambanya dan menyempitkannya; kalau Allah tidak melimpahkan karunia-Nya
atas kita benar-benar Dia telah membenamkan kita (pula). Aduhai benarlah, tidak
beruntung orang- orang yang mengingkari (nikmat Allah)".
10. Nabi Musa a.s Berguru Kepada Nabi Khidlir a.s
pada suatu ketika, seorang pemuda dari muridnya yang bernama
Yusya’ bin Nun bertanya kepada beliau, siapakah yang paling alim diantara
manusia? Nabi Musa a.s menjawab: Saya. Maka Allah telah mengingatkan kepadanya
kekeliruan jawabannya itu, yang semestinya dijawab: Allahu a’lamu (Allah yang
lebih tahu). Maka Allah memberi tahu kepadanya bahwa ada seseorang dari
hambaNya yang lebih alim, yaitu Khidlir. Lalu Nabi Musa a.s bertanya kepada
Allah: Dimanakah sekarang beliau tinggal? Allah menjawab: diantara bertemunya
dua lautan yaitu laut Ruma dan Persi, disana ada batu besar, itulah tempat
Khidlir. Nabi Musa a.s bertanya lagi: bagaimanakah kami akan dapat
menjumpainya? Jawab Allah SWT: bawalah seekor ikan dalam tempatnya, maka
pergilah dengan membawa ikan itu, maka dimana ikan itu akan hilang, disitulah
dapat kamu temui Khidlir itu. Maka pergilah Nabi Musa a.s bersama Yusya’.
Sesampainya disana, Nabi Musa a.s dan Yusya’ tidur dan ketika beliau dalam
keadaan tidur ikan itu hilang dari tempatnya. Sebangun dari tidur, tanpa
memeriksa ikannya terlebih dahulu, beliau berdua meneruskan perjalanannya.
Setelah sampai disuatu tempat dimana keduanya hendak makan, tiba-tiba teringat
akan ikan yang dibawanya. Barulah beliau tahu kalau ikan itu telah hilang,
setelahnya beliau memeriksa tempat ikan itu. Ditanyakan kepada Yusya’, iapun
menjawab: hilangnya ikan itu ketika berada ditempat pertemuan dua laut dimana
kita tidur tadi.maka keduanya kembali mencari dimana tempat itu berada. Dan
disitulah Nabi Musa a.s dapat berjumpa dengan Nabi Khidlir a.s.
hal ini difirmankan Allah dalam surah al-Kahfi: 60-65.
Artinya:
“dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada muridnya: "Aku tidak akan
berhenti (berjalan) sebelum sampai ke Pertemuan dua buah lautan; atau aku akan
berjalan sampai bertahun-tahun" Maka tatkala mereka sampai ke Pertemuan
dua buah laut itu, mereka lalai akan ikannya, lalu ikan itu melompat mengambil
jalannya ke laut itu. Maka tatkala
mereka berjalan lebih jauh, berkatalah Musa kepada muridnya: "Bawalah
kemari makanan kita; Sesungguhnya kita telah merasa letih karena perjalanan
kita ini". Muridnya menjawab:
"Tahukah kamu tatkala kita mecari tempat berlindung di batu tadi, Maka
Sesungguhnya aku lupa (menceritakan tentang) ikan itu dan tidak adalah yang
melupakan aku untuk menceritakannya kecuali syaitan dan ikan itu mengambil
jalannya ke laut dengan cara yang aneh sekali". Musa berkata: "Itulah
(tempat) yang kita cari". lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka
semula. lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami,
yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami
ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.
Setelah Nabi Musa a.s bertemu dengan Nabi Khidlir a.s dan saling
berkenalan, maka Nabi Musa a.s menyampaikan maksudnya, yaitu hendak berguru
kepada Nabi Khidlir a.s. sebenarnyalah sudah dikatakan oleh Nabi Khidlir a.s
bahwa Nabi Musa a.s tidak akan bisa sabar kalau mengikuti dirinya. Oleh karena
Nabi Musa a.s rupanya memaksa, maka diajaknya dan keduanya berjalan menyusuri
pantai laut.
Hal ini telah diceritakan oleh Allah dalam firmanNya dalam surah
al-Kahfi: 66-78.
Artinya:
“ Musa berkata kepada Khidhr: "Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu
mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan
kepadamu?" Dia menjawab: "Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan
sanggup sabar bersama aku. dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang
kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?" Musa berkata: "Insya Allah kamu akan
mendapati aku sebagai orang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam
sesuatu urusanpun". Dia berkata:
"Jika kamu mengikutiku, Maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang
sesuatu apapun, sampai aku sendiri menerangkannya kepadamu". Maka berjalanlah keduanya, hingga tatkala
keduanya menaiki perahu lalu Khidhr melobanginya. Musa berkata: "Mengapa
kamu melobangi perahu itu akibatnya kamu menenggelamkan penumpangnya?"
Sesungguhnya kamu telah berbuat sesuatu kesalahan yang besar. Dia (Khidhr)
berkata: "Bukankah aku telah berkata: "Sesungguhnya kamu sekali-kali
tidak akan sabar bersama dengan aku".
Musa berkata: "Janganlah kamu menghukum aku karena kelupaanku dan
janganlah kamu membebani aku dengan sesuatu kesulitan dalam
urusanku". Maka berjalanlah
keduanya; hingga tatkala keduanya berjumpa dengan seorang anak, Maka Khidhr
membunuhnya. Musa berkata: "Mengapa kamu membunuh jiwa yang bersih, bukan
karena Dia membunuh orang lain? Sesungguhnya kamu telah melakukan suatu yang
mungkar". Khidhr berkata: "Bukankah sudah kukatakan kepadamu, bahwa
Sesungguhnya kamu tidak akan dapat sabar bersamaku?" Musa berkata:
"Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu sesudah (kali) ini, Maka
janganlah kamu memperbolehkan aku menyertaimu, Sesungguhnya kamu sudah cukup
memberikan uzur padaku". Maka
keduanya berjalan; hingga tatkala keduanya sampai kepada penduduk suatu negeri,
mereka minta dijamu kepada penduduk negeri itu, tetapi penduduk negeri itu
tidak mau menjamu mereka, kemudian keduanya mendapatkan dalam negeri itu
dinding rumah yang hampir roboh, Maka Khidhr menegakkan dinding itu. Musa
berkata: "Jikalau kamu mau, niscaya kamu mengambil upah untuk
itu". Khidhr berkata: "Inilah
perpisahan antara aku dengan kamu; kelak akan kuberitahukan kepadamu tujuan
perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya.”
Setelah ternyata bagi Nabi Musa a.s bahwa dirinya benar-benar tidak
sanggup mengikuti Nabi Khidlir a.s, maka terpaksa mereka tidak bersama-sama
lagi. Sebelum mereka berpisah, Nabi Musa a.s sempat menanyakan arti dari semua
yang dilakukan Nabi Khidlir a.s itu.
Maka Nabi Khidlir pun menerangkan itu semua, sebagaimana yang
telah difirmankan Allah dalam surah al-Kahfi: 79-82.
Artinya:
“Adapun bahtera itu adalah kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja di laut,
dan aku bertujuan merusakkan bahtera itu, karena di hadapan mereka ada seorang
raja yang merampas tiap-tiap bahtera.dan Adapun anak muda itu, Maka keduanya
adalah orang-orang mukmin, dan Kami khawatir bahwa Dia akan mendorong kedua
orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran. dan Kami menghendaki, supaya
Tuhan mereka mengganti bagi mereka dengan anak lain yang lebih baik kesuciannya
dari anaknya itu dan lebih dalam kasih sayangnya (kepada ibu bapaknya). Adapun
dinding rumah adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di
bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang Ayahnya adalah
seorang yang saleh, Maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada
kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu;
dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. demikian itu
adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar
terhadapnya".[7]
11. Hikmah
1.
Allah
Maha berkuasa atas segala sesuatu. Nabi Musa a.s kecil selamat dari ancaman
pembunuhan ketika lahir adalah karena kuasa Allah
2.
Nabi Musa
a.s adalah orang yang sangat bersahaja, sehat jasmani dan rohani, cerdas serta
tanggap terhadap fenomena masyarakatnya
3.
Nabi Musa
a.s memahami keterbatasan pada dirinya, bahwa ia tidak fasih berbicara, maka ia
mengangkat temannya Nabi Harun a.s yang lebih fasih bicaranya sebagai
partnernya dalam menegakkan risalah Allah. Satu sifat yang harus diteladani
bahwa setiap diri mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Berani
mengakui kelemahan diri dan mengagumi kelebihan orang lain adalah kunci
memperoleh kebahagiaan hidup.
4.
Allah
mengekalkan jasad fir’aun sampai saat ini sebagai pelajaran bagi umat manusia
akan kesombongan seorang dengan mengaku sebagai Tuhan yang akhirnya binasa dan
tidak berkutik di hadapan Allah swt.[8]
PENUTUP
Kesimpulan
Dari
keterangan di atas dapat di simpulkan bahwa, Nabi Musa a.s adalah golongan Bani
Israil, lahir di Negeri Mesir dalam kekuasaan raja yang lalim Fir’aun nama nya.
Pada waktu itu banyak sekali bayi-bayi yang menjadi korban dari keganasan raja
Kafir yang lalim itu, sedangkan bayi-bayi Perempuan dia biarkan hidup, karena
bayi laki-laki sangat menghawatirkan kelak akan meruntuhkan dan menggantikan
Fir’aun sebagai Raja Mesir. Maka itu Allah tetap akan memberi karuniya pada
golongan bani Israil yang tertindas itu. Dari golongan mereka (Israil) di
jadikan seorang pemimpin dan mewarisi bumi Mesir. Nabi Musa mendapat mujizat
dari Allah swt. berupa tongkat yang bisa berubah menjadi ular Besar dan dapat
membelah Laut Merah yang menenggelamkan Fir’aun dan para pengikutnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Salim,
Hadiyah. 1987. Qishasul Anbiya. PT
Al-Ma’rifa: Bandung
Syamsuri,
Baidlowi. 2005. 25 Rasul. Apollo:
Surabaya
Mahfan. 2005.
Kisah 25 Nabi Dan Rasul. Sandro Jaya:
Jakarta
Mashad,
Dhurorudin. 2002. Kisah 25 Rasul. Erlangga:
Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar