Invasi Mongol
A. Latar Belakang Bangsa Mongol
Bangsa Mongol berada di wilayah pegunungan Mongolia,
berbatasan dengan Cina di Selatan, Turkestan di Barat, Manchuria di Timur, dan
Siberia di sebelah Utara. Asal
mula bangsa mongol adalah dari masyatakat hutan yang mendiami Siberia dan
mongol luar di sekitar danau pegunungan altani tepatnya dibagian barat laut
cina. Kebanyakan dari mereka mendiami padang stepa yang membentang di antara
pegunungan Ural sampai pegunungan Altai di Asia Tengah, dan mendiami hutan
Siberia dan Mongol di sekitar Danau Baikal. Mereka sangat patuh dan taat pada pimpinannya dalam satu
bingkai agama Syamaniyah, yaitu kepercayaan yang menyembah bintang-bintang dan
matahari terbit.
Dalam
rentang waktu yang relatif panjang, kehidupan bangsa Mongol tetap sederhana. Mereka
mendirikan perkemahan dan berpindah dari satu tempat ketempat lain, menggembala
kambing, dan berburu. Mereka hidup dari hasil perdagangan tradisional.
Kesehariannya, sebagaimana dipredikatkan pada sifat nomad, mereka mempunyai
sifat kasar, suka berperang, dan berani mati dalam mewujudkan keinginan dan
ambisi politiknya. Namun, mereka sangat patuh dan taat pada pimpinannya dalam
satu bingkai agama Syamaniyah.
Namun demikian, ada satu pendapat yang mengatakan bahwa
bangsa Mongol bukanlah suku nomad sebagamana dimaksud, tetapi satu bangsa yang
memiliki ketangkasan berkuda yang mampu menaklukkan stepa ke stepa, akibatnya
kehidupan. mereka berpindah-pindah mengikuti wilayah taklukannya dibawah
kepemimpinan seorang Khan. Khan yang pertama dari bangsa Mongol itu adalah
Yesugey, ayah Chinggis atau Jengis. Jengis aslinya bernama temujin, seorang
pandai besi yang mencuat namanya karena perselisihan yang dimenangkannya
melawan orang khan atau togril, seorang kepala suku kereyt. Jengis adalah gelar
bagi temujin yang diberikan kepadanya oleh sidang kepala-kepala suku mongol
yang mengangkatnya sebagai pemimpin tertinggi bangsa itu pada tahun 1206 M,
yang artinya penguasa alam semesta. Perlu diketahui juga bahwa bangsa mongol
adalah bangsa pemberani dan tegar dalam berperang.
Runtut etniknya berasal dari nenek moyang yang bernama
Alanja Khan yang dikaruniai dua orang putera kembar yaitu Tartar dan Mongol.
Dari kedua putera ini melahirkan dua keturunan bangsa, yaitu Mongol dan Tartar.
B. Serangan-Serangan
Mongol
Sesungguhnya invasi pasukan mongol terhadap wilayah-wilayah
Islam adalah tragedi besar yang tidak ada tandinggannya sebelum ini dan
sesudahnya. Kendati sebelumnya didahului perang dunia, sesungguhnya perang
salib tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan invasi pasukan mongol.
Betapapun banyaknya jumlah korban perang dari kaum muslimin pada keseluruhan
perang salib, sesungguhnya itu masih relative kecil jika dibandingkan dengan
jumlah korban perang dari kalangan kaum muslimin pada satu perang diantara
sekian banyaknya perang yang dilancarkan pasukan mongol secara brutal dan sadis
tersebut. Kaum muslimin mengalami kerugian yang tidak terhitung akibat
kolonialisme modern, namun penghancuran oleh pasukan mongol terhadap satu kota
saja, bagdad misalnya.
Barangkali manusia tidak pernah melihat pembantaian,
pembunuhan dan penghancuran yang sadis dan kejam dalam sejarahnya. Bangsa
mongol tersebut tidak menyisakan seorang pun. Tidak ada pengecualian antara
laki-laki, wanita dan anak-anak. Mereka belah perut wanita-wanita hamil kemudian
membunuh bayi-bayinya.
Invasi pasukan mongol berimbas pada perubahan sosial,
moralitas dan politik terhadap negeri-negeri Islam. Sebagaimana invasi pasukan
mongol mengakibatkan dampak negatif dalam masyarakat Islam, disamping itu juga
mengakibatkan dampak positif bagi umat Islam, yaitu membangun perasaan kaum
muslimin terhadap pentingnya persatuan dan membuang jauh-jauh perpecahan.
Jikalau ditelusuri historisnya,
umat Islam pada waktu itu tersebar dimana-mana dari Jazirah Arab sampai Eropa
dibawah naungan negara-negara Islamiyah, yang sudah barang tentu sistem
pemerintahannya sudah mulai mendekati ideal, disamping itu pula, peradaban dan
ilmu pengetahuan mulai berkembang pesat, ini menandakan bahwa pada waktu itu
ilmuan dan cendikiawan muslim mulai banyak, seperti Ibnu Taimiah. Akan teetapi ironis
sekali bila mana Negara Islam tatkala itu dikikis habis oleh Negara Mongol,
bagaikan debu yang ada diatas debu yang licin dan diterpa angin yang kencang.
C. Invasi-Invasi
Mongol
Wilayah kultur Arab menjadi jajahan Mongol setelah Bagdad
ditaklukkan oleh Hulagu Khan, 1258 M. Ia membentuk kerajaan II Khaniyah yang berpusat
di Tabris dan Maragha. Ia dipercaya oleh saudaranya, Mongke Khan untuk
mengembalikan wilayah-wilayah mongol di Asia Barat yang telah lepas dari kekuasaan
mongol setelah kematian Jengis. Ia berangkat dengan disertai pasukan yang besar
untuk manunaikan tugas itu tahun 1253 M dari Mongolia. Atas kepercayaan
saudaranya itu Hulagu Khan dapat menguasai wilayah yang luas seperti Persia,
Irak, Caucasus dan Asia Kecil sebelum menundukkan Bagdad, ia telah menguasai
pusat gerakan Syi'ah Isma'iliyah di Persia utara, tahun 1256 M. Jatuhnya ibu
kota abbasiyah yang didirikan oleh khalifah kedua, al-Mansyur.
Pada awal tahun 656 H/ 1258 M, Hulagu Khan mengirimkan
pasukan ke Bagdad, kemudian pada tanggal 12 Muharram pada tahun yang sama,
pasukan yang berkekuatan dua ratus ribu personel dan dipimpin langsung oleh Hulagu
Khan tiba di Bagdad. Mereka mengepung Bagdad dari dua arah, barat dan timur,
pada akhirnya diadakan perjanjian antara Hulagu dan Mu'tashim. Mu'tashim
dikawal tujuh ratus dari kalangan hakim dan fuqoha', orang-orang sufi dan
pejabat Negara. Pada akhirnya mereka semua di bunuh oleh Hulagu Khan tidak
tersisa sama sekali, hal ini atas permintaan Ibnu al-Qami' dan Nashiruddin at-Thutsi.
Demikian juga membunuh sebagian besar keluarga khalifah dan penduduk yang tak
bedosa. Akibat pembunuhan dan perusakan kota itu timbullah wabah penyakit
lantaran mayat-mayat yang bergelimpangan belum sempat di kebumikan. Hulagu
menguasai wilayah lebih luas lagi hingga ke Syiria utara seperti kota Aleppo ,
Hama dan Harim.
Selanjutnya ia ingin merebut mesir, tetapi malang, pasukan
mamluk rupanya lebih kuat dan lebih cerdik sehingga pasukan mongol dapat
dipukul di ‘Ain Jalut, Palestina, tahun 1260 M sehingga mengurungkan niatnya
melangkahi mesir. Ia sangat tertarik pada bangunan dan arsitektur yang indah
dan filsafat.
Hulagu yang memerintah hingga tahun 1265 M digantikan oleh
anaknya, Abaqa, 1265-1282 M. Ia sangat menaruh perhatian kepada umat Kristen
karena pengaruh janda ayahnya yang beragama Kristen Neustorian, yakni Doqus
Khatun. Orang-orang Mongol II Khaniyah ini bersekutu dengan orang-orang salib,
penguasa Kristen Eropa, Armenia Cilicia untuk melawan mamluk dan
keturunan-keturunan saudaranya sendiri dari dinasti horde keemasan (golden
horde) yang telah bersekutu dengan mamluk, penguasa muslim yang berpusat di
mesir. Dinasti II-Khaniyah lama kelamaan renggang hubungannya dengan
saudara-saudaranya di timur, terutama setelah meninggalnya Qubulay Khan tahun
1294 M. Bahkan mereka yang menguasai barat sampai Bagdad itu karena tekanan
kultur Persia yang Islam, berbondong-bondong memeluk agama Islam seperti Ghazan
Khan dan keturunannya.
Penguasa II-Khaniyah terakhir ialah abu sa'id. Ia berdamai
dengan mamluk tahun 1323 M, yang mengakhiri permusuhan kedua kekuasaan itu
untuk merebut Syiria. Perselisihan dalam tubuh II khaniyah sendiri menyebabkan
terpecahnya kerajaan menjadi dinasti-dinasti kecil yang bersifat lokal. Mereka
hanya dapat dipersatukan kembali pada masa Timur Lenk yang berbentuk Dinasti
Timurriyah yang berpusat di Samarkand. Sebagian wilayah II-Khaniyah yang berada
di kawasan kebudayaan Arab seperti Iraq, Kurdistan dan Azerbaijan, diwarisi
oleh Dinasti Jalayiriyah. Jalayiriyah adalah suku mongol yang mengikuti Hulagu
ketika menaklukkan negeri-negeri Islam. Dinasti ini didirikan oleh Hasan Kuchuk
dari Dinasti Chupaniya, musuh bebuyutannya yang memerintah sebagai gubernur di
Anatolia di bawah Sultan Abu Sa'id, penguasa terakhir dinasti II Khaniyah, dan
memusatkan kekuatannya di Bagdad. Dimasa Uways, pengganti Hasan Agung, Jalaliriyyah
baru memiliki kedaulatan secara penuh. Ia dapat menundukkan Azerbaizan, namun
mendapat perlawanan dari Dinasti Muzaffariyah dan Khan-Khan Horde Keemasan.
Mereka akhirnya dikalahkan oleh Qara Qoyunlu.
Dari sini dapat dilihat, bahwa kultur Islam yang ada dikawasan
budaya arab seperti iraq dan syiria serta sebagian Persia sebelah barat,
walaupun secara politis dapat ditaklukkan oleh mongol, tetapi akhirnya mongol
sendiri terserap kedalam budaya islam. Dapatkah kiranya disimpulkan bahwa akar
budaya islam dikawasan budaya arab di pemerintahan bukan hanya dynasti
berbangsa arab saja tetapi siapa yang kuat akan memerintah wilayah tersebut.
Dinasti-dinasti silih berganti menguasai wilayah itu dan yang langgeng ialah
kekuasaan dari bangsa arab sendiri, baik pada masa klasik maupun masa modern
ini.
D. Cirri-Ciri
Masa Mongol
a.
Berpindahnya
Pusat Ilmu
Kegiatan ilmu pada masa Abasiyah berpusat di kota-kota
Baghdad, Bukhara, Naisabur, Ray, Cordova, sevilla, Ketika kota-kota tersebut
hancur maka kegiatan ilmu berpindah ke kota-kota Kairo, Iskandar, Usyuth,
faiyun, damaskus, Hims, Halab, dan lain-lain kota di kota Mesir dan di Syam.
b.
Tumbuhnya
Ilmu-Ilmu Baru
Dalam masa ini mulai datang ilmu Umron (Sosiologi) dan
filsafat Tarikh (Philosophy of history) dengan munculnya Muqaddimah Ibn
Khaldun sebagai kitab pertama dalam bidang ini. Juga mulai di sempurnakan
penyusunan ilmu politik, ilmu tata usaha, ilmu peperangan, ilmu kritik sejarah.
c.
Kurangnya
Kutubul khanah
Dalam zaman ini banyak perpustakaan besar yang musnah
bersama segala kitabnya karena terbakar atau tenggelam di tengah-tengah suasana
yang kacau waktu penaklukan Mongol di Timur dan penyerangan Spanyol di Barat.
Atau pemusnahan kitab-kitab dan perpustakaan sebagai akibat terjadinya
pertentangan sengit antara Firqah-firqah agama. Atau karena menjadi rusaknya
dan mengaburnya tinta akibat lapuk dimakan usia.
d.
Banyaknya
Sekolah dan Mausu’at
Dalam masa ini sekolah-sekolah yang teratur tumbuh subur,
terutama Mesir dan Syam, dan yang menjadi pusatnya adalah Kairo dan Damaskus. Pembangun
sekolah pertama adalah Sultan Nurudin Zanky yang kemudian diikuti oleh para
raja dan sultan sesudahnya. Berdirilah berbagai corak sekolah baik karena perbedaan
madzhab atau pun karena kekhususan ilmu. Ada sekolah untuk ilmu Tafsir dan
Hadits, dan sekolah untuk Fiqh berbagai madzhab, ada sekolah untuk ilmu Thib
dan Filsafat, ada sekolah untuk ilmu Riyad-Hiya’at ( ilmu pasti, ilmu
musik dan ilmu eksakta lainnya). Dari sekolah ini keluarlah para ulama dan
sarjana yang jumlahnya cukup banyak. Keadaan di Mesir pun demikian juga, bahkan
Jami’ah Al-Azhar Kairo menjadi bintangnya segala sekolah, tidak saja yang
usianya yang lebih tua tetapi yang terutama karena mutu ilmu yang tinggi.
Kecuali banyaknya sekolah, zaman ini istimewa dengan lahirnya Mausu’at dan
Majmu’at (buku kumpulan berbagai ilmu dan masalah, kira-kira seperti Encyclopedia).
e.
Penyelewengan
Ilmu
Dalam zaman ini umat Islam dan kaum terpelajar banyak yang
melarikan diri kedunia pembahasan agama, apalagi ketika persatuan politik tidak
ada lagi dan sultan-sultannya tidak memperhatikan perkembangan dan kemurnian
agama, umat islam makin tenggelam kepada pembahasan bidang agama saja, bahkan
lama-kelamaan jatuh ke lembah mistik dan khurofat. Hal ini mungkin karena
kebanyakan manusia telah di hinggapi rasa takut sehingga mereka mengungsi ke
dunia agama dan mistik untuk menghibur diri. Dalam masa ini berbagai ilmu
mereka pergunakan untuk mengkhidmati agama saja atau mistik dan khurofat.
Misalnya ilmu Falak hanya untuk menetapkan waktu sholat, sementara ilmu Bintang
untuk meramal.
f.
Kondisi
Keagamaan
Penguasa Mongol atas daulah Islam hampir memusnahkan unsur
Arab dan bahasanya, selama peperangan maka ratalah kota dan daerah yang
dikuasai. Mereka bunuh penduduknya, mereka rampas hartanya, mereka runtuhkan
gedung-gedungnya mereka bakar Kutubul Khanahnya, maka musnahlah
perbendaharaan kebudayaannya. Namun suatu hal yang luar biasa bahwa Jenghis
Khan yang meruntuhkan semua itu, diantara keturunannya ada yang bangun menjadi
pemelihara dan pembangun kembali agama dan kebudayaan Islam.
Timur lenk, salah satu keturunan Jenghis Khan misalnya, pada
akhir hayatnya memeluk Islam, berkat usaha sultan Faraj, seorang dari raja
Mamluk yang mengutus delegasi dengan pimpinan Ibn Khaldun Bapak Sosiologi Islam
yang termashur saat itu. Sementara itu kekejaman Timur Lenk mereda dan ia
mengamalkan agama Islam secara tekun serta membelanya dengan semangat sampai
wafatnya tahun 1404 M. tidak berbeda keadaannya dengan keturunan Jenghis Khan
yang lain Islam menyusupi diri mereka, seperti:
a.
Juchi
Khan keturunan dari Jenghis Khan yang menguasai lembah Wolga, Eropa Timur dan
Eropa Tengah, menurunkan seorang anak namanya Barka Khan (1256-1266). Barka
Khan inilah menurut Arnold dalam The Preaching of Islam, merupakan
keturunan Jenghis Khan yang perama-tama masuk Islam. Ia banyak membangun
rumah-rumah ibadah dan perguruan-perguruan tinggi Islam pada kota belahan Utara
itu. Ia banyak berhubungan surat-menyurat dengan sultan Baibars, seorang raja
Mamluk Mesir. Sementara itu, misi Islam dari Mesir banyak berdatangan dan Islam
makin tersiar di belahan Utara.
b.
Chagatai
Khan putra Jenghis Khan yang menguasai lembah Tarim Turkisan Timur, Sin-hiang,
Asia Tengah (Turkistan Barat, Tran-soxiana) menurunkan seorang anak bernama
Tagluk Timur Khan (1347-1363 M) yang menjadi sultan Islam pertama dari keturunan
Chagatai Khan. Ditangannya kerajaan yang di bentuk moyangnya itu menjadi
kesultanan Islam.
c.
Demikian
juga keturunannya yang lain yang masuk menguasai India, Akhirnya mendirikan
Kerajaan Moghal (1526-1962 ) di India, suatu kesultanan Islam yang banyak berjasa
dalam meninggikan Islam.
Kenyataan
menunjukkan bahwa bangsa yang ketika masih biadab menghancurkan segala yang
dimiliki Islam, ketika ia telah bergaul dan meresapi ketinggian Islam bukannya
masyarakat Islam yang musnah tapi mereka yang lambat laun terpengaruh, bahkan
menjadi pembela dan penjunjung tinggi Islam.
E.
Sebab-sebab Kemunduran Bangsa Mongol
Kekalahan
bangsa Mongol di bawah panglima Kitbugha atas pasukan Mamalik di bawah panglima
Qutuz. Panglima tentara Mongol, Kitbugha, mengirim utusan ke Mesir meminta
supaya sultan Qutuz yang menjadi raja kerajaan Mamalik untuk menyerah.
Permintaan itu di tolak oleh Qutus dan utusan Kitbugha tersebut dibunuhnya.
Tindakan Qutuz itu tidak menimbulkan kemarahan oleh di kalangan Mongol.
Kitbugha kemudian melintas Jordania menuju Galilei. Pasukan ini bertemu dengan
pasukan Mamalik yang di pimpin langsung oleh Qutuz. Pertempuran dahsyat terjadi
sehingga pasukan Mamalik berhasil menghancurkan tentara Mongol pada tanggal 3
september 1260 M. Hal inilah yang menyebabkan runtuhnya kerajaan Mongol di
Cina.
Pada
saat Mongol diperintah oleh Abu Sa’id (1317-1335 M), terjadi bencana kelaparan
yang sangat menyedihkan dan angin topan dengan hujan es yang mendatangkan
malapetaka. Kerajaan Ilkhan yang didirikan Hulagu Khan akhirnya terpecah belah
sepeninggalan abu Sa’id dan masing-masing pecahan saling memerangi. Akhirnya
mereka semua ditaklukkan oleh Timur Lenk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar