Jumat, 27 Mei 2016

Invasi Mongol



Invasi Mongol
A.    Latar Belakang Bangsa Mongol
Bangsa Mongol berada di wilayah pegunungan Mongolia, berbatasan dengan Cina di Selatan, Turkestan di Barat, Manchuria di Timur, dan Siberia di sebelah Utara. Asal mula bangsa mongol adalah dari masyatakat hutan yang mendiami Siberia dan mongol luar di sekitar danau pegunungan altani tepatnya dibagian barat laut cina. Kebanyakan dari mereka mendiami padang stepa yang membentang di antara pegunungan Ural sampai pegunungan Altai di Asia Tengah, dan mendiami hutan Siberia dan Mongol di sekitar Danau Baikal. Mereka sangat patuh dan taat pada pimpinannya dalam satu bingkai agama Syamaniyah, yaitu kepercayaan yang menyembah bintang-bintang dan matahari terbit.
Dalam rentang waktu yang relatif panjang, kehidupan bangsa Mongol tetap sederhana. Mereka mendirikan perkemahan dan berpindah dari satu tempat ketempat lain, menggembala kambing, dan berburu. Mereka hidup dari hasil perdagangan tradisional. Kesehariannya, sebagaimana dipredikatkan pada sifat nomad, mereka mempunyai sifat kasar, suka berperang, dan berani mati dalam mewujudkan keinginan dan ambisi politiknya. Namun, mereka sangat patuh dan taat pada pimpinannya dalam satu bingkai agama Syamaniyah.
Namun demikian, ada satu pendapat yang mengatakan bahwa bangsa Mongol bukanlah suku nomad sebagamana dimaksud, tetapi satu bangsa yang memiliki ketangkasan berkuda yang mampu menaklukkan stepa ke stepa, akibatnya kehidupan. mereka berpindah-pindah mengikuti wilayah taklukannya dibawah kepemimpinan seorang Khan. Khan yang pertama dari bangsa Mongol itu adalah Yesugey, ayah Chinggis atau Jengis. Jengis aslinya bernama temujin, seorang pandai besi yang mencuat namanya karena perselisihan yang dimenangkannya melawan orang khan atau togril, seorang kepala suku kereyt. Jengis adalah gelar bagi temujin yang diberikan kepadanya oleh sidang kepala-kepala suku mongol yang mengangkatnya sebagai pemimpin tertinggi bangsa itu pada tahun 1206 M, yang artinya penguasa alam semesta. Perlu diketahui juga bahwa bangsa mongol adalah bangsa pemberani dan tegar dalam berperang.
Runtut etniknya berasal dari nenek moyang yang bernama Alanja Khan yang dikaruniai dua orang putera kembar yaitu Tartar dan Mongol. Dari kedua putera ini melahirkan dua keturunan bangsa, yaitu Mongol dan Tartar.

B.     Serangan-Serangan Mongol
Sesungguhnya invasi pasukan mongol terhadap wilayah-wilayah Islam adalah tragedi besar yang tidak ada tandinggannya sebelum ini dan sesudahnya. Kendati sebelumnya didahului perang dunia, sesungguhnya perang salib tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan invasi pasukan mongol. Betapapun banyaknya jumlah korban perang dari kaum muslimin pada keseluruhan perang salib, sesungguhnya itu masih relative kecil jika dibandingkan dengan jumlah korban perang dari kalangan kaum muslimin pada satu perang diantara sekian banyaknya perang yang dilancarkan pasukan mongol secara brutal dan sadis tersebut. Kaum muslimin mengalami kerugian yang tidak terhitung akibat kolonialisme modern, namun penghancuran oleh pasukan mongol terhadap satu kota saja, bagdad misalnya.
Barangkali manusia tidak pernah melihat pembantaian, pembunuhan dan penghancuran yang sadis dan kejam dalam sejarahnya. Bangsa mongol tersebut tidak menyisakan seorang pun. Tidak ada pengecualian antara laki-laki, wanita dan anak-anak. Mereka belah perut wanita-wanita hamil kemudian membunuh bayi-bayinya.
Invasi pasukan mongol berimbas pada perubahan sosial, moralitas dan politik terhadap negeri-negeri Islam. Sebagaimana invasi pasukan mongol mengakibatkan dampak negatif dalam masyarakat Islam, disamping itu juga mengakibatkan dampak positif bagi umat Islam, yaitu membangun perasaan kaum muslimin terhadap pentingnya persatuan dan membuang jauh-jauh perpecahan.
Jikalau ditelusuri historisnya, umat Islam pada waktu itu tersebar dimana-mana dari Jazirah Arab sampai Eropa dibawah naungan negara-negara Islamiyah, yang sudah barang tentu sistem pemerintahannya sudah mulai mendekati ideal, disamping itu pula, peradaban dan ilmu pengetahuan mulai berkembang pesat, ini menandakan bahwa pada waktu itu ilmuan dan cendikiawan muslim mulai banyak, seperti Ibnu Taimiah. Akan teetapi ironis sekali bila mana Negara Islam tatkala itu dikikis habis oleh Negara Mongol, bagaikan debu yang ada diatas debu yang licin dan diterpa angin yang kencang.

C.    Invasi-Invasi Mongol
Wilayah kultur Arab menjadi jajahan Mongol setelah Bagdad ditaklukkan oleh Hulagu Khan, 1258 M. Ia membentuk kerajaan II Khaniyah yang berpusat di Tabris dan Maragha. Ia dipercaya oleh saudaranya, Mongke Khan untuk mengembalikan wilayah-wilayah mongol di Asia Barat yang telah lepas dari kekuasaan mongol setelah kematian Jengis. Ia berangkat dengan disertai pasukan yang besar untuk manunaikan tugas itu tahun 1253 M dari Mongolia. Atas kepercayaan saudaranya itu Hulagu Khan dapat menguasai wilayah yang luas seperti Persia, Irak, Caucasus dan Asia Kecil sebelum menundukkan Bagdad, ia telah menguasai pusat gerakan Syi'ah Isma'iliyah di Persia utara, tahun 1256 M. Jatuhnya ibu kota abbasiyah yang didirikan oleh khalifah kedua, al-Mansyur.
Pada awal tahun 656 H/ 1258 M, Hulagu Khan mengirimkan pasukan ke Bagdad, kemudian pada tanggal 12 Muharram pada tahun yang sama, pasukan yang berkekuatan dua ratus ribu personel dan dipimpin langsung oleh Hulagu Khan tiba di Bagdad. Mereka mengepung Bagdad dari dua arah, barat dan timur, pada akhirnya diadakan perjanjian antara Hulagu dan Mu'tashim. Mu'tashim dikawal tujuh ratus dari kalangan hakim dan fuqoha', orang-orang sufi dan pejabat Negara. Pada akhirnya mereka semua di bunuh oleh Hulagu Khan tidak tersisa sama sekali, hal ini atas permintaan Ibnu al-Qami' dan Nashiruddin at-Thutsi. Demikian juga membunuh sebagian besar keluarga khalifah dan penduduk yang tak bedosa. Akibat pembunuhan dan perusakan kota itu timbullah wabah penyakit lantaran mayat-mayat yang bergelimpangan belum sempat di kebumikan. Hulagu menguasai wilayah lebih luas lagi hingga ke Syiria utara seperti kota Aleppo , Hama dan Harim.
Selanjutnya ia ingin merebut mesir, tetapi malang, pasukan mamluk rupanya lebih kuat dan lebih cerdik sehingga pasukan mongol dapat dipukul di ‘Ain Jalut, Palestina, tahun 1260 M sehingga mengurungkan niatnya melangkahi mesir. Ia sangat tertarik pada bangunan dan arsitektur yang indah dan filsafat.
Hulagu yang memerintah hingga tahun 1265 M digantikan oleh anaknya, Abaqa, 1265-1282 M. Ia sangat menaruh perhatian kepada umat Kristen karena pengaruh janda ayahnya yang beragama Kristen Neustorian, yakni Doqus Khatun. Orang-orang Mongol II Khaniyah ini bersekutu dengan orang-orang salib, penguasa Kristen Eropa, Armenia Cilicia untuk melawan mamluk dan keturunan-keturunan saudaranya sendiri dari dinasti horde keemasan (golden horde) yang telah bersekutu dengan mamluk, penguasa muslim yang berpusat di mesir. Dinasti II-Khaniyah lama kelamaan renggang hubungannya dengan saudara-saudaranya di timur, terutama setelah meninggalnya Qubulay Khan tahun 1294 M. Bahkan mereka yang menguasai barat sampai Bagdad itu karena tekanan kultur Persia yang Islam, berbondong-bondong memeluk agama Islam seperti Ghazan Khan dan keturunannya.
Penguasa II-Khaniyah terakhir ialah abu sa'id. Ia berdamai dengan mamluk tahun 1323 M, yang mengakhiri permusuhan kedua kekuasaan itu untuk merebut Syiria. Perselisihan dalam tubuh II khaniyah sendiri menyebabkan terpecahnya kerajaan menjadi dinasti-dinasti kecil yang bersifat lokal. Mereka hanya dapat dipersatukan kembali pada masa Timur Lenk yang berbentuk Dinasti Timurriyah yang berpusat di Samarkand. Sebagian wilayah II-Khaniyah yang berada di kawasan kebudayaan Arab seperti Iraq, Kurdistan dan Azerbaijan, diwarisi oleh Dinasti Jalayiriyah. Jalayiriyah adalah suku mongol yang mengikuti Hulagu ketika menaklukkan negeri-negeri Islam. Dinasti ini didirikan oleh Hasan Kuchuk dari Dinasti Chupaniya, musuh bebuyutannya yang memerintah sebagai gubernur di Anatolia di bawah Sultan Abu Sa'id, penguasa terakhir dinasti II Khaniyah, dan memusatkan kekuatannya di Bagdad. Dimasa Uways, pengganti Hasan Agung, Jalaliriyyah baru memiliki kedaulatan secara penuh. Ia dapat menundukkan Azerbaizan, namun mendapat perlawanan dari Dinasti Muzaffariyah dan Khan-Khan Horde Keemasan. Mereka akhirnya dikalahkan oleh Qara Qoyunlu.
Dari sini dapat dilihat, bahwa kultur Islam yang ada dikawasan budaya arab seperti iraq dan syiria serta sebagian Persia sebelah barat, walaupun secara politis dapat ditaklukkan oleh mongol, tetapi akhirnya mongol sendiri terserap kedalam budaya islam. Dapatkah kiranya disimpulkan bahwa akar budaya islam dikawasan budaya arab di pemerintahan bukan hanya dynasti berbangsa arab saja tetapi siapa yang kuat akan memerintah wilayah tersebut. Dinasti-dinasti silih berganti menguasai wilayah itu dan yang langgeng ialah kekuasaan dari bangsa arab sendiri, baik pada masa klasik maupun masa modern ini.

D.    Cirri-Ciri Masa Mongol
a.       Berpindahnya Pusat Ilmu
Kegiatan ilmu pada masa Abasiyah berpusat di kota-kota Baghdad, Bukhara, Naisabur, Ray, Cordova, sevilla, Ketika kota-kota tersebut hancur maka kegiatan ilmu berpindah ke kota-kota Kairo, Iskandar, Usyuth, faiyun, damaskus, Hims, Halab, dan lain-lain kota di kota Mesir dan di Syam.

b.      Tumbuhnya Ilmu-Ilmu Baru
Dalam masa ini mulai datang ilmu Umron (Sosiologi) dan filsafat Tarikh (Philosophy of history) dengan munculnya Muqaddimah Ibn Khaldun sebagai kitab pertama dalam bidang ini. Juga mulai di sempurnakan penyusunan ilmu politik, ilmu tata usaha, ilmu peperangan, ilmu kritik sejarah.

c.       Kurangnya Kutubul khanah
Dalam zaman ini banyak perpustakaan besar yang musnah bersama segala kitabnya karena terbakar atau tenggelam di tengah-tengah suasana yang kacau waktu penaklukan Mongol di Timur dan penyerangan Spanyol di Barat. Atau pemusnahan kitab-kitab dan perpustakaan sebagai akibat terjadinya pertentangan sengit antara Firqah-firqah agama. Atau karena menjadi rusaknya dan mengaburnya tinta akibat lapuk dimakan usia.

d.      Banyaknya Sekolah dan Mausu’at
Dalam masa ini sekolah-sekolah yang teratur tumbuh subur, terutama Mesir dan Syam, dan yang menjadi pusatnya adalah Kairo dan Damaskus. Pembangun sekolah pertama adalah Sultan Nurudin Zanky yang kemudian diikuti oleh para raja dan sultan sesudahnya. Berdirilah berbagai corak sekolah baik karena perbedaan madzhab atau pun karena kekhususan ilmu. Ada sekolah untuk ilmu Tafsir dan Hadits, dan sekolah untuk Fiqh berbagai madzhab, ada sekolah untuk ilmu Thib dan Filsafat, ada sekolah untuk ilmu Riyad-Hiya’at ( ilmu pasti, ilmu musik dan ilmu eksakta lainnya). Dari sekolah ini keluarlah para ulama dan sarjana yang jumlahnya cukup banyak. Keadaan di Mesir pun demikian juga, bahkan Jami’ah Al-Azhar Kairo menjadi bintangnya segala sekolah, tidak saja yang usianya yang lebih tua tetapi yang terutama karena mutu ilmu yang tinggi. Kecuali banyaknya sekolah, zaman ini istimewa dengan lahirnya Mausu’at dan Majmu’at (buku kumpulan berbagai ilmu dan masalah, kira-kira seperti Encyclopedia).

e.       Penyelewengan Ilmu
Dalam zaman ini umat Islam dan kaum terpelajar banyak yang melarikan diri kedunia pembahasan agama, apalagi ketika persatuan politik tidak ada lagi dan sultan-sultannya tidak memperhatikan perkembangan dan kemurnian agama, umat islam makin tenggelam kepada pembahasan bidang agama saja, bahkan lama-kelamaan jatuh ke lembah mistik dan khurofat. Hal ini mungkin karena kebanyakan manusia telah di hinggapi rasa takut sehingga mereka mengungsi ke dunia agama dan mistik untuk menghibur diri. Dalam masa ini berbagai ilmu mereka pergunakan untuk mengkhidmati agama saja atau mistik dan khurofat. Misalnya ilmu Falak hanya untuk menetapkan waktu sholat, sementara ilmu Bintang untuk meramal.

f.       Kondisi Keagamaan
Penguasa Mongol atas daulah Islam hampir memusnahkan unsur Arab dan bahasanya, selama peperangan maka ratalah kota dan daerah yang dikuasai. Mereka bunuh penduduknya, mereka rampas hartanya, mereka runtuhkan gedung-gedungnya mereka bakar Kutubul Khanahnya, maka musnahlah perbendaharaan kebudayaannya. Namun suatu hal yang luar biasa bahwa Jenghis Khan yang meruntuhkan semua itu, diantara keturunannya ada yang bangun menjadi pemelihara dan pembangun kembali agama dan kebudayaan Islam.
Timur lenk, salah satu keturunan Jenghis Khan misalnya, pada akhir hayatnya memeluk Islam, berkat usaha sultan Faraj, seorang dari raja Mamluk yang mengutus delegasi dengan pimpinan Ibn Khaldun Bapak Sosiologi Islam yang termashur saat itu. Sementara itu kekejaman Timur Lenk mereda dan ia mengamalkan agama Islam secara tekun serta membelanya dengan semangat sampai wafatnya tahun 1404 M. tidak berbeda keadaannya dengan keturunan Jenghis Khan yang lain Islam menyusupi diri mereka, seperti:
a.       Juchi Khan keturunan dari Jenghis Khan yang menguasai lembah Wolga, Eropa Timur dan Eropa Tengah, menurunkan seorang anak namanya Barka Khan (1256-1266). Barka Khan inilah menurut Arnold dalam The Preaching of Islam, merupakan keturunan Jenghis Khan yang perama-tama masuk Islam. Ia banyak membangun rumah-rumah ibadah dan perguruan-perguruan tinggi Islam pada kota belahan Utara itu. Ia banyak berhubungan surat-menyurat dengan sultan Baibars, seorang raja Mamluk Mesir. Sementara itu, misi Islam dari Mesir banyak berdatangan dan Islam makin tersiar di belahan Utara.
b.      Chagatai Khan putra Jenghis Khan yang menguasai lembah Tarim Turkisan Timur, Sin-hiang, Asia Tengah (Turkistan Barat, Tran-soxiana) menurunkan seorang anak bernama Tagluk Timur Khan (1347-1363 M) yang menjadi sultan Islam pertama dari keturunan Chagatai Khan. Ditangannya kerajaan yang di bentuk moyangnya itu menjadi kesultanan Islam.
c.       Demikian juga keturunannya yang lain yang masuk menguasai India, Akhirnya mendirikan Kerajaan Moghal (1526-1962 ) di India, suatu kesultanan Islam yang banyak berjasa dalam meninggikan Islam.
Kenyataan menunjukkan bahwa bangsa yang ketika masih biadab menghancurkan segala yang dimiliki Islam, ketika ia telah bergaul dan meresapi ketinggian Islam bukannya masyarakat Islam yang musnah tapi mereka yang lambat laun terpengaruh, bahkan menjadi pembela dan penjunjung tinggi Islam.

E.     Sebab-sebab Kemunduran Bangsa Mongol
Kekalahan bangsa Mongol di bawah panglima Kitbugha atas pasukan Mamalik di bawah panglima Qutuz. Panglima tentara Mongol, Kitbugha, mengirim utusan ke Mesir meminta supaya sultan Qutuz yang menjadi raja kerajaan Mamalik untuk menyerah. Permintaan itu di tolak oleh Qutus dan utusan Kitbugha tersebut dibunuhnya. Tindakan Qutuz itu tidak menimbulkan kemarahan oleh di kalangan Mongol. Kitbugha kemudian melintas Jordania menuju Galilei. Pasukan ini bertemu dengan pasukan Mamalik yang di pimpin langsung oleh Qutuz. Pertempuran dahsyat terjadi sehingga pasukan Mamalik berhasil menghancurkan tentara Mongol pada tanggal 3 september 1260 M. Hal inilah yang menyebabkan runtuhnya kerajaan Mongol di Cina.
Pada saat Mongol diperintah oleh Abu Sa’id (1317-1335 M), terjadi bencana kelaparan yang sangat menyedihkan dan angin topan dengan hujan es yang mendatangkan malapetaka. Kerajaan Ilkhan yang didirikan Hulagu Khan akhirnya terpecah belah sepeninggalan abu Sa’id dan masing-masing pecahan saling memerangi. Akhirnya mereka semua ditaklukkan oleh Timur Lenk.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar