Senin, 29 Mei 2017

Conversation With 4 Tenses (Present Continuous Tense, Simple Present Tense, Simple Past Tense And The Last Simple Future Tense).



Set in Library.
Dini     : Assalamualaikum,
Devita : Waalaikumsalam.
Dini     : How are you?
Devita : I am fine thank you, and you?
Dini     : I am fine too, by the way what are you reading now?
Devita : I am reading an education book.
Dini     : Did you study about competence of teacher?
Devita : No, I did not. I studied about obligation of teacher.
Dini     : Do you study about education everyweek?
Devita : Yes, I do. I study education everyweek.
Dini     : Oh yes, same with me. By the way will you join with me after reading
the book?
Devita : Wait, where you go?
Dini     : I will go to the mall.
Devita : Ok, I will join you.

Kamis, 27 April 2017

kompetensi Guru PAI: etika keguruan



PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pada hakikatnya guru merupakan pendidik yang nantinya akan ditiru oleh anak didiknya dengan kata lain guru, digugu dan ditiru. Apapun yang dilakukan atau yang diperlihatkan oleh guru kepada siswanya baik dari segi ucapan, perbuatan maupun penampilan merupakan hal penting yang nantinya akan dapat dinilai bahkan ditiru oleh anak didiknya. Oleh karena itu guru dituntut untuk memiliki etika ketika berhadapan dengan anak didik.
Dalam sebuah proses pendidikan baik formal maupun non formal, kehadiran seorang guru merupakan hal yang sangat utama. Peranan guru itu belum dapat digantikan oleh apapun, karena masih banyak unsur-unsur manusiawi seperti sikap, sistem nilai, perasaan dan lain-lain yang sangat diharapkan dihasilkan dari suatu proses pengajaran tidak akan dapat dicapai tanpa adanya guru.
Saat ini peran guru masih sangat penting, walaupun ditengah arus kemajuan ilmu dan teknologi yang kian meningkat seperti laju informasi yang bisa langsung diterima bukan dari guru, namun dari alat-alat canggih seperti TV, Radio dan lain-lain. Dalam menyikapi hal ini guru dituntut dapat memerankan perannya sesuai dengan kebutuhan ataupun tuntutan masyarakat.
Proses pengajaran tidak akan tercapai tanpa adanya sosok guru. Tidak mustahil ketika seorang guru mendidik anak didiknya dengan sikap dan etika yang kurang baik, akan berdampak buruk atau bahkan tidak tercapainya tujuan pendidikan itu sendiri. Oleh karena itu suksesnya suatu pendidikan tergantung kepada guru.
Etika sebagai ilmu menjadi sangat luas jangkauannya, karena etiap segi kehidupan manusia selalu memuat kandungan etika. Kandungan etika itu terjalin satu dengan yang lain yang cukup erat karena memiliki dasar-dasar pemikiran yang pada hakikatnya serupa.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa itu etika, guru dan etika keguruan?
2.      Bagaimana tugas dan tanggung jawab guru terhadap peserta didik?
3.      Apa peranan guru dalam dunia pendidikan?


PEMBAHASAN
A.    Pengertian Etika Keguruan
Etika secara etimologi berasal dari bahasa Yunani “ethos” yang berarti watak kesusilaan atau adat. Identik dengan perkataan moral yang berasal dari bahasa Latin “mos” yang dalam bentuk jamaknya “mores” yang berarti juga adat atau cara hidup.[1]
Etika secara terminology, menurut Hamzah Ya’qub yang dikutip Akmal Hawi pengertia etika teologis ialah yang menjadi ukuran baik buruknya perbuatan manusia, didasarkan atas ajaran Tuhan. Segala perbuatan manusia yang diperintahkan Tuhan itulah yang baik dan segala perbuatan yang dilarang oleh Tuhan itulah perbuatan buruk.[2]
Banyak pengertian dari kata guru. Ahli Bahasa Belanda J.E.C Gericke dan T Roorda menerangkan bahwa guru berasal dari bahasa Sansekerta, yang artinya berat, besar, penting, baik sekali, terhormat dan juga berarti pengajar. Organisasi Guru Amerika Serikat (NEA) mengartikan, “Guru adalah semua petugas yang langsung terlibat dalam membimbing tugas-tugas kependidikan”.[3]
Guru adalah Pendidik yang merupakan orang dewasa yang bertanggungjawab memberikan bimbingan atau bantuan kepada siswa dalam perkembangan jasmani dan rohani agar mencapai kedewasaan, mampu melaksanakan tugas sebagai makhluk Tuhan, Khalifah di bumi dan sebagai individu yang sanggup berdiri sendiri.
Sedangkan pengertian guru bila dilihat dari sudut pandang sosial, budaya dan agama adalah:
Ø  Pengertian guru dari sudut pandang sosial adalah orang yang dapat berinteraksi dengan peserta didik dalam hubungan timbal balik antara pendidik dan peserta didik, dapat mengetahui karaketeristik peserta didik dan tidak membedakan antara golongan menengah dan atas, dapat memanfatkan harapan-harapan orang tua dan menerapkannya dalam kelas dalam bentuk norma-norma, bersikap demokratis
Ø  Pengertian guru dilihat dari sudut pandang budaya adalah orang yang membimbing kepada peserta didik, mampu menilai kemampuan peserta didik dengan baik, dapat mendidik peserta didiknya dengan menyampaikan sejumlah pengetahuan yang sesuai dengan kurikulum metode dan teknik kontrol tertentu yang berlaku di sekolah, dapat mentransfer ilmu pengetahuannya dengan baik
Ø  Pengertian guru dilihat dari sudut pandang agama adalah orang yang berilmu dan mengamalkannya, yang memiliki kepribadian muslim yang kaffah, yang melaksanakan tindakan mendidik secara Islami, yang mempunyai kedudukan utama dan sangat penting.
Jadi dari pengertian etika keguruan diatas dapat kami simpulkan bahwasannya etika keguruan adalah tingkah laku yang baik dan mana yang kurang baik yang diperlihatkan secara keseluruhan daripada kaidah-kaidah moral yang nampak dalam perbuatan manusia yang diperlihatkan kepada guru kepada anak didiknya agar anak didik tersebut terangsang untuk mengikutinya.
Etika yang pada dasarnya menganalisa tingkah laku, moral, adat, kebiasaan, cara berpikir, yang kemudian mendorong seseorang bersikap dan bertindak etis, adalah merupakan hal yang terpenting untuk dipelajari dan diinternalisasikan. Diketahui bahwa etika itu menyelidiki segala perbuatan manusia kemudian menetapkan hukumnya baik atau buruk, akan tetapi bukanlah semua perbuatan itu dapat diberi hukum seperti ini, karena perbuatan manusia itu ada yang timbul tiada dengan kehendak, seperti bernapas, detak jantung dan memicingkan mata dengan tiba-tiba waktu berpindah dari gelap ke cahaya, maka inilah inilah bukan persoalan pokok etika, dan tidak dapat memberi hukum “baik atau buruk”, dan bagi yang menjalankan tiada dapat kita sebut orang yang baik atau orang yang buruk, dan tidak dapat dituntut. Dan ada pula perbuatan yang timbul karena kehendak dan setelah dipikir masak-masak akan hasil dan akibatnya, sebagaimana orang yang melihat pendirian rumah sakit yang dapat memberi manfaat kepada penduduknya dan meringankan penderitaan sesama, kemudian ia lalu bertindak mendirikan rumah sakit itu.

B.     Tugas dan Tanggung Jawab Guru
Dalam melaksanakan tugasnya, seorang guru mempunyai tanggung jawab yang utama. Mengajar merupakan suatu perbuatan yang memerlukan tanggung jawab moril yang cukup berat. Behasilnya pendidikan pada siswa sangat tergantung pada pertanggungjawaban guru dalam melaksanakan tugasnya. Masalah utama pekerjaan profesi adalah implikasi dan konsekuensi pekerjaan tersebut terhadap tugas dan tanggungjawabnya.
Dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari baik sebagai pengajar (instructional function) maupun sebagai pendidik (educational function), ia akan selalu menghadapi problema-problema. Misalnya saja problema dalam mengajar, secara proses problema tersebut akan selalu muncul pada tiga periode, yaitu periode sebelum aktivitas mengajar (preinstructional activities), periode aktivitas mengajar (instructional activities), dan periode setelah aktivitas mengajar (postinstructional).[4]
Tugas guru bukan saja menyangkut kegiatannya di dalam kelas atau sekolah, melainkan harus pula melakukan hal-hal atau melaksanakan seperangkat tingkah laku sehubungan dengan kedudukannya sebagai guru. Menurut Peters[5] yang dikutip Akmal Hawi, tugas dan tanggung jawab guru adalah: 1) sebagai pengajar; 2) sebagai pembimbing; 3) sebagai administrasi kelas.
Sedangkan menurut Armstrong, tugas dan tanggung jawab guru ada 5, yaitu: 1) tanggung jawab pengajaran; 2) tanggung jawab memberikan bimbingan; 3) tanggung jawab mengembangkan kurikulum; 4) tanggung jawab mengembangkan profesi; 5) tanggung jawab dalam membina hubungan dengan masyarakat.
Sedangkan menurut Moh. Uzer Isman, guru memiliki banyak tugas baik yang terikat oleh dinas (bentuk pengabdian). Ada 3 jenis tugas guru, yaitu:
1.      Tugas dalam bidang profesi meliputi mendidik, mengajar dan melatih.
2.      Tugas guru dalam bidang kemanusiaan, guru harus dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua.
3.      Tugas guru dalam bidang kemasyarakatan, dimana guru berkewajiban mendidik dan mengajar masyarakat untuk menjadi warga Negara Indonesia yang bermoral Pancasila serta menceradaskan bangsa Indonesia.
Sedangkan menurut Piet. A . Sahertian dkk, tugas guru dapat dibedakan menjadi 3, yaitu:
1.      Tugas professional
Tugas professional menjadikan guru memiliki peranan profesi. Diantara yang termasuk peranan professional adalah: a) gruu menguasai pengetahuan; b) guru menguasai psikologi anak; c) guru sebagai penanggungjawab disiplin anak, penilai dan konselor terhadap kegiatan siswa; d) guru sebagai penghubung sekolah dengan masyarakat.
2.      Tugas Personal
Tugas guru sebagai pemberi contoh dan mampu menampakkan sosok seorang guru yang baik yang memiliki konsep dan pribadi yang baik.
3.      Tugas sosial
Seorang guru harus punya komitmen terhadap masyarakat dalam peranannya sebagai agen pembaharuan.
Tugas dan peran guru tidaklah terbatas di dalam masyarakat, bahkan pada hakikatnya tugas guru merupakan komponen strategis yang memiliki peran yang penting dalam menentukan gerak maju kehidupan bangsa. Keberadaan guru merupakan faktor yang penting dalam suatu bangsa yang tidak mungkin digantikan oleh yang lain. Masyarakat mendudukkan guru pada tempat yang terhormat dalam mesyarakat yakni ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani (di depan memberi suri tauladan, ditengah-tengah membangun dan dibelakang memberi dorongan dan motivasi).
Menurut Cece Wijaya tanggung jawab guru meliputi bidang moral, pendidikan di sekolah, bidang kemasyarakatan dan bidang keilmuan.
Sedangkan menurut Oemar Hamalik tanggung jawab guru meliputi:
1.      Menuntut murid belajar
2.      Turut serta membina kurikulum di sekolah
3.      Melakukan pembinaan terhadap diri siswa
4.      Memberikan bimbingan
5.      Melakukan diagnosa kesulitan belajar dan kemajuan belajar
6.      Menyelenggarakan penelitian
7.      Mengenal masyarakat dan ikut serta aktif menyukseskan pembangunan
8.      Membangun terciptanya kesatuan dan persatuan bangsa dan perdamaian dunia
9.      Menghayati, mengamalkan dan mengamankan Pancasila
10.  Meninggikan professional guru
Disamping itu ilmuwan muslim juga mengemukakan beberapa tugas guru. Menurut Abdullah Uhran tugas guru ialah melaksanakan pendidikan ilmiah, karena ilmu mempunyai pengaruh terhadap pembentukan kepribadian dan emansipasi harkat manusia. Tugas guru merupakan kelanjutan dan kesamaan dengan tugas orang tua. Tugas pendidik muslim umumnya yaitu memberi pendidikan yang berwawasan manusia seutuhnya.
Menurut Abdurrahman Al-Nahlawi, guru hendaknya mencontoh peranan yang dilakukan Nabi. Tugas mereka yang pertama ialah mengkaji dan mengajarkan ilmu Ilahi sesuai dengan ayat Alquran surat Ali-Imran ayat 79.
Artinya:
“Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia Berkata kepada manusia: "Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah." akan tetapi (Dia berkata): "Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, Karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya.” (QS. Ali-Imran: 79).

Secara umum menurut Abdurrahman al-Nahlawi tugas guru adalah:
a.       Tugas pensucian, yaitu mengembangkan dan membersihkan jiwa peserta didik agar dapat mendekatkan dirikepada Allah, menjauhkannya dari keburukan dan menjaga agar tetap dalam fitrahnya
b.      Tugas pengajaran, yaitu menyampaikan berbagai pengetahuan terhadap peserta didik untuk diterjemahkan dalam tingkah laku dan kehidupannya.
Menurut Piet. A. Sahertian, tanggung jawab guru tidak hanya menekankan pada aspek kognitif tetapi juga pada aspek kepribadian anak misalnya mendidik anak disiplin, tanggung jawab dan kemandirian.
Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa tugas dan tanggung jawab guru meliputi tugas disekolah dan diluar sekolah. Tugas disekolah berkaitan dengan peran dan posisi guru di tengah masyarakat. Sedangkan tanggung jawab guru selain memberikan pengetahuan juga menanamkan aspek kepribadian pada diri peserta didik.
C.    Peran Guru
Adanya perkembangan baru dalam proses belajar mengajar membawa konsekuensi guru untuk meningkatkan peranannya dan kompetensinya. Guru yang kompeten akan lebih mampu mencitakan lingkungan belajar yang efekif dan mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat optimal. Kunci pokok pelajaran itu ada pada seorang guru (pengajar). Tetapi ini bukan berarti dalam proses pengajaran hanya guru yang aktif, sedang peserta didik pasif.
Pengajaran menuntut keaktifan kedua pihak yang sama-sama menjadi subjek pengajaran. Agar lalu lintas pengajaran bisa berjalan lancar, teratur dan terhindar dari beberapa hambatan yang berakibat pada stagnasi pengajaran, pengajaran yang tidak lancar dan teratur, serta kemungkinan-kemungkinan lain, seperti fasilitas peserta didik, ketidaksesuian penerapan metode, ketidakpahaman terhadap materi keterasingan peserta didik dalam suatu kelas pengajaran, dan lain-lainnya, maka seorang guru harus mengerti, memahami dan menghayati berbagai prinsip pengajaran sekaligus mengaplikasikannya pada waktu dia melaksnakan tugas mengajar.
Prinsip-prinsip tersebut sangat berkaitan dengan segala komponen pengajaran, baik yang menyangkut apa dan begaimana peran guru dalam pengajaran, kea rah mana sebenarnya pengajaran harus dilaksanakan, menyangkut apa, mengapa dan bagaimana supaya peserta didik dapat terlibat aktif dalam pengajaran. Adapun prinsip-prinsip pengajaran itu meliputi:[6]
a.       Prinsip aktivitas.
Belajar yang berhasil mesti melalui berbagai macam aktivitas, baik aktivitas fisik maupun psikis.
b.      Prinsip motivasi.
Suatu aktivitas belajar sangat lekat dengan motivasi perubahan suatu motivasi akan mengubah pola wujud, bentuk dan hasil belajar.
c.       Prinsip individualitas
Perkembangan individualitas merupakan suatu proses yang kreatif. Dalam proses individu harus memainkan peranan yang aktif, selalu mengadakan aksi dan reaksi yang bertujuan terhadap lingkungannya.
d.      Prinsip lingkungan
Ada dua macam cara menggunakan lingkungan sebagai sumber pengajaran atau belajar: 1) membawa peserta didik dalam lingkungan dan masyarakat untuk keperluan pelajaran (karya wisata, servis projek, school camping, interview, survey). 2) membawa sumber-sumber dari masyarakat ke dalam kelas pelajaran untuk kepentingan pelajaran (resort respon, benda-benda, seperti pameran atau koleksi).
e.       Prinsip konsentrasi
Upaya untuk mendorong peserta didik agar konsentrasi (memusatkan perhatiannya) dan melakukan suatu penyelidikan serta menentukan sesuatu yang dapat digunakan kelak untuk kehidupan di dalam masyarakat, maka pada setiap pengajaran, guru dituntut untuk dapat mengatur atau mengelola pelajaran sedemikian rupa.
f.       Prinsip kebebasan
Setiap peserta didi harus dapat mengembangkan diri dengan bebas. Untuk itu mereka harus dibimbing sedemikian rupa sehingga mereka akan sanggup mandiri. Guru yang telah menguasai peserta didik dan memaksakan kehendaknya pada mereka, akan berdampak terhadap peserta didik menjadi individu yang selalu dependen pada orang lain dan inisiatifnya menjadi beku.
g.      Prinsip peragaan
Ada dua macam peragaan: 1) peragaan langsung, misalnya guru membawa alat-alat atau benda-benda ke dalam kelas pengajaran dan di tunjukkan kepada peserta didik atau membawa mereka ke laboratorium, pabrik-pabrik, kebub binatang, dsb. ; 2) peragaan tidak langsung, misalnya gambar-gambar, foto-foto, film, dsb.
h.      Prinsip kerja sama
Kerja sama atau kooperatif merupakan lawan dari persaingan. Dalam kehidupan sehari-hari kerja sama dan persaingan sering terlihat di dalam kelas. Untuk membentuk individu peserta didik menjadi manusia yang demokratis, guru harus menekankan pelaksanaan prinsip kerja sama atau kerja kelompok. Ada dua jenis kerja kelompok menurut william burton. 1) kerja kelompok untuk memecahkan suatu proyek atau masalah. 2) diskusi kelompok, untuk memecahkan suatu masalah yang menimbulkan berbagai pendapat.
i.        Prinsip apersepsi
Seriing disebut “batu loncatan”, maksudnya sebelum pengajaran dimulai untuk menyajikan bahan pelajaran baru, guru diharapkan dapat menghubungkan lebih dahulu bahan pelajaran (pengajaran) sebelumnya/kemarin yang menurut guru telah dikuasai peserta didik. Apersepsi ini dapat disajikan melalui pertanyaan untuk mengetahui apa peserta didik masih ingat/lupa, sudah dikuasai/belum, hasilnya untuk menjadi titik tolak dalam memulai pelajaran yang baru.
j.        Prinsip korelasi
Korelasi (saling berkaitan) akan melahirkan asosiasi dan apersepsi sehingga akan tumbuh dan bangkit minat peserta didik terhadap pengajaran. Pengajaran yang dihubungkan dengan masalah-masalah kehidupan keseharian individu maupun dihubungkan dengan bidang-bidang lain yang bisa dikaitkan akan menjadikan sesuatu yang baru dan berguna bagi peserta didik.
k.      Prinsip efisiensi dan efektifitas
Suatu pengajaran yang baik adalah apabila proses pengajarn itu menggunakan waktu yang cukup sekaligus dapat membuahkan hasil (pencapaian tujuan instruksional) secara lebih tepat dan cermat serta optimal. Waktu pengajaran yang sudah ditentukan sesuai dengan bobot materi pelajaran maupun capaian tujuan instruksionalnya diharapkan dapat memberika sesuatu yang berharga dan berhasil guna bagi peserta didik. Disini pernanan metode sangat menentukan.
l.        Prinsip globalitas
Menurut prinsip globalitas/integralitas bahwa keseluruhan adalah menjadi titik awal pengajaran. Peserta didik selalu mengamati keseluruhan lebih dahulu baru kemudian bagian-bagiannya. Disini pendekatan deduktif lah yang ditekankan yaitu mengenalkan pengajaran kepada peserta didik yang dari pengertian/penjelasan yang umum kepada yang khusus, dari kaidah-kaidah umum kepada kaidah-kaidah yang khusus, dari yang global kepada yang spesifik, dari pengenalan sistem kepada elemen-elemen sistem.
m.    Prinsip permainan dan hiburan
Para sarjana pendidikan berpandangan bahwa, pada dasarnya setiap individu didik atau peserta didik itu sangat membutuhkan permainan dan hiburan setelah selesai belajar. Kelas pengajaran yang diliputi oleh suasana hening, sepi, serius dan penuh konsentrasi terhadap pelajaran, maka akibat yang tidak disadari menjadikan induvidu merasa kelelahan, bosan, capek, butuh refresing, istirahat, rekreasi, dan semacamnya.
Sedangkan menurut Ahmad Rohani[7] yang dikutip oleh Akmal Hawi peran guru adalah ganda yakni sebagai pengajar dan pendidik. Sedangkan menurut Sudirman AM, peranan guru adalah:
1.      Karakter, guru harus dapat membedakan nilai yang baik dan man nilai yang buruk.Semua nilai yang baik harus guru pertahankan dan nilai yang buruk harus disingkirkan dari watak dan jiwa anak didik.
2.      Inspirator, guru harus dapat memberikan ilham yang baik bagi kemajuan anak didik. Guru harus dapat memberi petunjuk (ilham) bagaimana cara belajar yang baik.
3.      Informator, pelaksana cara mengajar infomatif
4.      Organisator, pengelola kegiatan akademik
5.      Motivator, meningkatkan kegiatan dan pengembangan kegiatan belajar siswa
6.      Pengasuh/director, membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan
7.      Inisiator, pencetus ide dalam proses belajar mengajar
8.      Transmitter, penyebar kebijaksanaan pendidikan dan pengetahuan
9.      Fasilitator, memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar mengajar
10.  Mediator, penengah dalam kegiatan belajar mengajar
11.  Evaluator, menilai prestasi anak didik dalam bidang akademis maupun tingkah laku.
12.  Pengelola kelas, agar anak didik betah tinggal di kelas dengan motivasi yang tinggi untuk senantiasa belajar di dalamnya.
13.  Supervisor, guru dapat membantu, memperbaiki, dan menilai secara kritis terhadap proses pengajaran.



a.       Guru Sebagai Pengajar
Salah satu tugas guru adalah sebagai pengajar. Secara umum tugas mengajar dijelaskan sebagai tugas membantu siswa agar mereka dapat belajar dan akhirnya dapat mengerti bahan yang sedang dipelajari secara benar. Dengan demikian maka siswa semakin bertambah pengetahuan mereka.[8]
b.      Guru Sebagai Pendidik
Peran seorang guru selanjutnya adalah sebagai seorang pendidik. Sebagai pendidik, guru diharapkan dapat membantu siswa berkembang menjadi pribadi yang baik benar. Bila dengan mengajar, guru membantu siswa menjadi orang cerdas atau pandai; dengan mendidik guru membantu siswa menjadi orang yang baik.
c.       Guru Sebagai Teladan Hidup
Guru dapat menjadi teladan dalam semua nilai kebaikan yang diajarkan mereka. Tetapi dalam situasi pendidikan Indonesia sekarang ini, yang sedang membangun nilai budaya demokrasi dan penghargaan terhadap manusia, ada beberapa nilai yang kiranya perlu ditekankan dalam keteladanan guru. Beberapa nilai itu antara lain sebagai berikut:
1.      Nilai demokrasi, guru diharapkan menjadi teladan dalam bersikap demokrasi seperti sikap tidak diskriminatif, sikap menerima usulan dari siswa, terbuka terhadap gagasan siswa, sikap menerima perbedaan pendapat dengan siswa ataupun orang lain.
2.      Nilai kejujuran, guru diharapkan berlaku jujur dalam mengajar, dalam mengoreksi pekerjaan siswa, dalam memberikan nilai kepada siswa.
3.      Nilai disiplin, diharapkan berlaku disiplin sendiri yang terlihat dalm ketepatan waktu mengajar, koreksi, menaati peraturan sekolah, perencanaan kurikulum dan bahan.
4.      Penghargaan hak asasi orang, guru diharapkan dapat menjadi teladan dalam menghargai hak orang lain baik dalam bicara maupun dalam tingkah lakunya. Hak anak dihargai, hak masyarakat dihargai. Hak anak didik untuk mendapatkan penjelasan dipenuhi, kebebasan anak didik dalam berpendapat dihargai.
5.      Teladanan dalam keterbukaan dan kerjasama, guru diharapkan juga menjadi teladan dalam sikap keterbukaan terhadap siswa, terhadap gagasan orang lain, terhadap nilai yang baru.
6.      Rasionalitas, guru diharapkan menjadi teladan dalam penilaian nasional dan pemikiran rasional. Tidak mudah emosi dalam penilaian banyak kasus, tetapi tetap tenang dan rasional dengan segala alasan yang dapat diungkapkan.
7.      Hidup bermoral dan beriman, hal yang juga ingin dilihat siswa adalah apakah gurunya sungguh bermoral baik dan beriman akan Allah. Tindakan sepeti pelecehan seksual, korupsi, penipuan jelas tidak diharapkan terjadi pada guru.
8.      Nilai sosial, guru yang asocial, egois dan hanya mencari senang dan enak serta keinginan sendiri, jelas merupakan teladan yang tidak baik bagi siswa. Kepekaan guru terhadap siswa yang sakit, teman guru yang sakit, peristiwa buruk yang dihadapi masyarakat, menjadi teladan kepekaan siswa juga.
9.      Nilai tanggung jawab, siswa akan sangat dibantu bila melihat gurunya sungguh bertanggungjawab terhadap tugasnya sebagai pendidik dan pengajar. Bila siswa dapat merasakan bahwa gurunya menyiapkan dengan baik bahan, memperlakukan siswa secara baik, ikut prihatin terhadap apa yang dialami siswa, mereka akan sangat terbantu. Bila guru lari dari tanggung jawab, siswa akan merasakan akibatnya.
10.  Nilai daya juang, banyak siswa sekarang ini kurang daya juang. Mereka mudah menjadi putus asa bila menghadapi kesulitan dalam belajar atau dalam berteman. Guru yang punya daya juang besar, yang dapat dilihat dan dirasakan anak didik, akan membantu anak didik memperteguh daya juang mereka.
11.  Semangat terus belajar. Guru perlu memberikan teladan dalam semangat untuk terus belajar dan mengembangkan diri. Dengan terus belajar maka pengetahuannya akan bertambah dan ini kentara dalam proses pembelajaran membantu anak didik. Guru yang selalu mengajar sama terus akan dinilai anak didik sebagai tidak pernah belajar lagi.[9]

d.      Guru Sebagai Pemotivasi Belajar
Tantangan yang dihadapi seorang guru dalam memotivasi murid adalah kurangnya kerja sama murid di dalam kelas. Jika murid-murid di motivasi dengan nilai-nilai, imbalan-imbalan atau hukuman-hukuman, mereka hanya akan berkonsentrasi dalam pertemuan-pertemuan di dalam kelas yang sangat minim. Mereka akan melakukan hal-hal yang diperlukan untuk tes, tetapi mereka akan segera melupakan sebagian besar pelajaran yang telah mereka pelajari.
Ada beberapa strategi guru dalam memotivasi belajar muridnya, yaitu:
1.      Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik.
Pada permulaan belajar mengajar terlebih dahulu seorang guru menjelaskan mengenai tujuan instruksional khusus yang akan dicapainya kepada siswa. Makin jelas tujuan maka makin besar pula motivasi dalam belajar.
2.      Berikan hadiah untuk murid yang berprestasi
Hal ini akan memacu semangat mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Disamping itu, murid yang belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar murid yang berprestasi.
3.      Saingan/kompetisi
Guru berusaha mengadakan persaingan di antara muridnya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya.
4.      Pujian
Sudah sepantasnya murid yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau pujian. Tentunya pujian yang bersifat membangun.
5.      Hukuman
Hukuman yang diberikan kepada murid yang berbuat kesalahan saat proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar murid tersebut mau mengubah diri dan berusaha memacu motivasi belajar.
6.      Membangkitkan dorongan kepada anak didik utnuk belajar
Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta didik.
7.      Membentuk kebiasaan belajar yang baik
8.      Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok
9.      Menggunakan metode yang bervariasi
10.  Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran.[10]

PENUTUP
A.    Kesimpulan
Saat ini peran guru masih sangat penting, walaupun di tengah arus kemajuan ilmu dan teknologi yang kian pesat seperti laju informasi yang bisa langsung diterima bukan dari guru, namun dari alat-alat canggih seperti televise, radio, dan lain-lain. Dalam menyikapi hal ini guru dituntut dapat memerankan perannya sesuai dengan kebutuhan ataupun tuntutan masyarakat.

Dalam melaksanakan tugasnya, seorang guru memunyai tanggung jawab yang utama. Mengajar merupakan suatu perbuatan yang memerlukan tanggung jawab moral yang cukup berat.  Berhasilnya pendidikan pada siswa-siswa sangat tergantung pada pertanggungjawaban guru dalam melaksanakan tugasnya. Masalah utama pekerjaan profesi adalah implikasi dan konskuensi pekeerjaan tersebut terhadap tugas dan tanggung jawabnya.

Tugas dan peran guru tidaklah terbatas di dalam masyarakat, bahkan pada hakikatnya tugas guru merupakan komponen strategis yang memiliki peran yang penting dalam menentukan gerak maju kehidupan bangsa. Keberadaan guru merupakan faktor yang penting dalam suatu bangsa yang tidak mungkin digantikan oleh yang lain.

B.     Saran
Dari penjelasan di atas mengenai etika keguruan, penulis dapat memberi masukan sekaligus saran yang Insya Allah dapat membangun lembaga pendidikan,  terutama seorang guru agar lebih mampu mengemban tugas-tugasnya sebagai seorang pendidik. Untuk menjadi seorang pendidik/guru yang baik haruslah memiliki kemampuan sekaligus etika agar dalam proses belajar mengajar terlaksana sesuai dengan tujuan daripada pendidikan itu sendiri. Selain itu juga tugas guru adalah menjadi penyalur pengetahuan atau isi pelajaran kepada peserta didik. Seperti yang kita ketahui bahwa seorang guru itu mempunyai kewajiban yang harus dilakukan, yaitu mendidik peserta didik kejalan yang benar agar tidak terjadi penyimpangan dalam kehidupan kesehariannya. Kita sering mendengar istilah guru “digugu dan ditiru”. Disini sudah jelas apabila guru menyampaikan pelajaran dan pengajaran dengan baik, otomatis hasilnya pun akan baik juga dan harus di mulai dari diri seorang guru itu terlebih dahulu. Terlebih kita sebagai calon guru Pendidikan Agama Islam harus mampu berperan sebagai pendidik, pengajar, motivator, informator sekaligus penunjuk jalan yang lurus untuk peserta didik kita nantinya.

DAFTAR PUSTAKA

Hawi, Akmal. 2008. Kompetensi Guru PAI. Cet. 7. Palembang: Tim IAIN Raden Fatah Press.
Bafadal, Ibrahim. 2006. Peningkatan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar. Cet. 3. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Rifa’I, Veithzal dan Sylviana Murni. 2009. Education Management. Jakarta: Rajawali Pers.
Rohani, Ahmad. 2010. Pengelolaan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Suparno, Paul. 2003. Guru Demokratis Di Era Reformasi. Jakarta: PT Grasindo.
Supeno, hadi. 1995. Potret guru. Cet. 1. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.


[1] Akmal Hawi, Kompetensi Guru PAI, (Palembang: Tim IAIN Raden Fatah Press, 2008), hal. 61.
[2] Ibid,.
[3] Hadi Supeno, Potret Guru, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1995), hal. 26.
[4] Ibrahim Bafadal, Peningkatan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar, cet. 7 (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), hal. 88.
[5] Akmal Hawi, Op. Cit, hal. 52.
[6] Ahmad Rohani, Pengelolaan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hal. 7.
[7] Akmal Hawi, Op. Cit, hal. 57.
[8] Paul Suparno, Guru Demokratis Di Era Reformasi, (Jakarta:PT Grasindo, 2003), hal. 27.
[9] Paul Suparno, Ibid, hal. 66-69.
[10] Veithzal Rifa’I dan Sylviana Murni, Education Management, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hal. 731.