BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam sebuah proses pembelajaran metode dan pendekatan tidak bisa
dipisahkan, karena kedua unsur ini merupakan alat dan cara yang digunakan untuk
menunjang kelancaran suatu pendidikan.
Metode Pembelajaran merupakan cara atau tekhnik pengkajian bahan pelajaran
yang akan digunakan guna saat pengkajian bahan pelajaran, baik secara
individual maupun kelompok. Dalam proses pembelajaran yang berlangsung pasti
akan didukung oleh metode dan pendekatan pembelajaran, karena dalam
pembelajaran, apabila sudah menggunakan kedua sistem diatas maka
komponen-komponen pendidikan akan berjalan dengan baik.
Dalam keseluruhan proses belajar mengajar, tujuan, pendekatan dan metode
belajar-mengajar memilki peran yang sangat strategis dan fungsional. Dikatakan
strategis karena merupakan “siasat” yang penuh makna untuk mencapai tujuan.
Fungsional berarti
memberikan dampak langsung terhadap pencapaian tujuan.
Oleh karena itu, kegiatan belajar
mengajar bukanlah sekedar aktivitas yang dilakukan oleh dua orang atau lebih
yang berada dalam suatu ruangan atau lingkungan, melainkan merupakan suatu
interaksi orientasi sosial, target dan bertujuan yang jelas. Interaksi yang
bertujuan itu diciptakan dan dimaknai guru dalam membentuk lingkungan yang
bernilai religius, edukatif, dan produktif dengan sepenuhnya diabadikan demi
kepentingan peserta didik dalam belajar. Oleh karena itu, sudah menjadi
kewajiban bersama bagi pendidik dan peserta didik agar terbentuk pembelajaran yang
nyaman, menyenangkan dan mencerdaskan, sehingga tercipta lingkungan
pembelajaran benar-benar edukatif dan efektif.
1.
Apa saja faktor-faktor yang
menjadi penyebab masalah kesulitan belajar?
2.
Dari beberapa faktor
tersebut, bagaimana pendekatan-pendekatan yang harus dilakukan?
3.
Metode-metode apa saja yang
harus digunakan untuk memecahkan masalah kesulitan belajar tersebut?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Masalah Kesulitan
Belajar
1.
Pengertian Kesulitan Belajar
Aktivitas belajar bagi setiap individu, tidak selamanya
dapat berlangsung secara wajar. Kadang-kadang lancar, kadang-kadang tidak,
kadang-kadang dapat cepat menangkap apa yang dipelajari, kadang-kadang terasa
amat sulit. Dalam hal semangat terkadang semangatnya tinggi, tapi terkadang
juga sulit untuk mengadakan konsentrasi.
Setiap individu memang tidak ada yang sama. Perbedaan
individual yang ada ini pulalah yang menyebabkan perbedaan tingkah laku belajar
di kalangan anak didik. “Dalam keadaan dimana anak didik/siswa tidak dapat
belajar sebagaimana mestinya, itulah yang disebut dengan “kesulitan belajar”.
Kesulitan belajar ini tidak selalu disebabkan karena factor
intelegensi yang rendah (kelainan mental), akan tetapi dapat juga disebabkan
oleh factor-faktor non-intelegensi”. Dengan demikian, IQ yang tinggi belum
tentu menjamin keberhasilan belajar.
.
2.
Factor-faktor Yang Mempengaruhi
Belajar
Factor-faktor penyebab kesulitan belajar dapat digolongkan
ke dalam 2 golongan, yaitu berikut ini.
1.
Factor intern (factor dari dalam
diri manusia itu sendiri)
a.
Factor fisiologi
b.
Factor psikologi
2.
Factor ekstern (factor dari luar
manusia)
a.
Factor-faktor social
b.
Factor-faktor non-sosial
Dalam kamus pendidikann Smith[1]
menambahkan factor metode mengajar dan belajar, masalah social dan emosional,
intelek, dan mental.
1.
Faktor intern
a.
Sebab yang bersifat fisik
Ø Karena sakit
Ø Karena kurang sehat
Ø Sebab karena cacat
tubuh
b.
Sebab-sebab kesulitan belajar
karena rohani
Ø Inteligensi
Anak yang IQ-nya
tinggi dapat menyelesaikan segala persoalan yang dihadapai. Anak yang normal
(90-110) dapat menamatkan SD tepat pada waktunya. Mereka yang memiliki IQ
110-140 dapat digolongkan cerdas, 140 ke atas tergolong genius.
Ø Bakat
Bakat adalah
potensi/kecakapan dasar yang dibawa sejak lahir. Setiap individu mempunyai
bakat yang berbeda-beda. Seseorang yang berbakat musik mungkin di bidang lain
akan ketinggalan
Ø Minat
Ada tidaknya minat
terhadap sesuatu pelajaran dapat dilihat dari cara anak mengikuti pelajaran.
Dari tanda-tanda itu seorang petugas diagnosis dapat menemukan apakah sebab kesulitan belajarnya.
Ø Motivasi
Motivasi menurut Sumardi Suryabrata[2] adalah
keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan
aktivitas tertentu guna pencapaian suatu tujuan.
2.
Factor Ekstern
a.
Factor keluarga
Keluarga merupakan pusat
pendidikan yang utama dan pertama. Tetapi dapat juga sebagai factor penyebab
kesulitan belajar.
b.
Factor sekolah
Yang dimaksud sekolah, antara
lain adalah:
§ Guru
§ Factor alat
§ Kondisi gedung
§ Kurikulum
§ Waktu sekolah dan
disiplin kurang
c.
Kondisi ekonomi
Anak yang lahir dari keluarga
yang kondisi ekonominya baik, tentu saja terpenuhi segala kebutuhannya.[3]
d.
Keadaan waktu[4]
e.
Factor mass media dan lingkungan
social
§ Factor mass media
meliputi: bioskop, TV, surat kabar, majalah, buku-buku komik yang ada
disekeliling kita.
§ Lingkungan social
meliputi: teman bergaul, lingkungan tetangga, aktivitas dalam masyarakat.
Menurut analisa pemakalah, banyak factor yang menjadi masalah kesulitan
belajar seperti yang disebutkan di atas. Masalah kesulitan belajar tersebut
tergantung individu yang menjalani proses belajar tersebut. Bagaimana cara dia
memahami dan mengaplikasikan apa yang telah di dapat dari gurunya.
B.
Pendekatan Belajar
Ragam Pendekatan Belajar:
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik
tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada
pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di
dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran
dengan cakupan teoretis tertentu.
Dari
pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam
strategi pembelajaran. Newman dan Logan[5]
mengemukakan empat unsur strategi dari setiap usaha, yaitu:
- Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang memerlukannya.
- Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling efektif untuk mencapai sasaran.
- Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan dtempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran.
- Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran (standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha.
Jika kita
terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah:
- Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan profil perilaku dan pribadi peserta didik.
- Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang dipandang paling efektif.
- Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode dan teknik pembelajaran.
- Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria dan ukuran baku keberhasilan.
Banyak juga ragam pendekatan belajar yang dapat anda ajarkan kepada siswa
untuk mempelajari bidang studi atau materi pelajaran yang sedang mereka tekuni,
salah satunya lagi adalah pendekatan-pendekatan belajar yang dipandang
representative (mewakili) yang klasik dan modern itu ialah: 1) pendekatan hukum
jost; 2) pendekatan Ballard dan Clanchy; dan 3) pendekatan Biggs;
a.
Pendekatan Hukum Jost
Menurut Reber[6] (1988)
salah satu asumsi penting yang mendasari hukum Jost (Jost’s Law) adalah siswa
yang lebih sering memperhatikan material pelajaran akan lebih mudah memanggil
kembali memori lama yang berhubungan dengan material yang sedang ia tekuni.
Selanjutnya, berdasarkan asumsi hukum Jost itu maka belajar misalnya dengan
kiat 4x2 adalah lebih baik daripada 2x4 walaupun hasil perkalian kedua kiat
tersebut sama.
Maksudnya,
mempelajari sebuah material khususnya yang panjang dan kompleks dengan
analokasi waktu 2 jam per hari selama 4 hari akan lebih efektif daripada
mempelajari materi tersebut dengan analokasi waktu 4 jam sehari tetapi hanya
selama 2 hari. Perempuan perlu
pendekatan belajar dengan cara mencicil sperti contoh diatas sehingga kini
dipandang masih cukup berhasil guna terutama untuk materi-materi yang bersifat
hafalan.
b.
Pendekatan Ballard dan Clanchy
Menurut Ballard dan Clanchy[7] (1990),
pendekatan belajar siswa pada umumnya dipengaruhi oleh sikap terhadap ilmu
pengetahuan (attitude to knowledge). Ada 2 macam siswa dalam menyikapi ilmu
pengetahuan, yaitu:
1)
Sikap melestarikan apa yang sudah
ada (concerving)
2)
Sikap memperluaskan (extending)
Siswa yang bersikap
concerving pada umumnya menggunakan pendekatan belajar “reproduksi” (bersifat
menghasilkan kembali fakta dan informasi) bahkan diantara mereka yang bersifat
extending cukup banyak yang menggunakan pendekatan spekulatif (berdasarkan
pemikiran mendalam), yang bukan saja bertujuan menyerap pengetahuan melainkan
juga pengembangannya.
Mengenai bagaimana
tipe, strategi, dan tujuan masing-masing pendekatan belajar tersebut.
c.
Pendekatan Biggs
Menurut hasil
penelitian Biggs[8]
(1991), pendekatan belajar siswa dapat dikelompokkan ke dalam 3 protopie
(bentuk dasar), yakni:
1)
Pendekatan surface (permukaan
atau bersifat lahiriah)
2)
Pendekatan Deep (mendalam)
3)
Pendekatan achieving (pencapaian
prestasi tinggi)
John B. Biggs[9],
seseorang professor kognitif (cognitifi) yang pernah mengetahui jalur ilmu
pendidikan universitas Hongkong selama beberapa tahun ini menyimpulkan bahwa
protopie-protopie pendekatan belajar pada umumnya digunakan para siswa
berdasarkan motifnya, bukan pada sikapnya terhadap pengetahuan.
Siswa yang menggunakan pendekatan surface misalnya, mau nelajar karena
dorongan dari luar, (ekstresik) takut tidak lulus karena takut malu. Untuk itu
gaya belajarnya santai asal hafal dan tidak mementingkan pengalaman yang
mendalam.
Sebaliknya siswa yang menggunakan Deep biasanya mempelajari materi karena
memang tertarik dan merasa membutuhkannya (intrinsic). Gaya belajarnya serius
dan berusaha memahami materi secara mendalam serta memikirkan cara
mengaplikasikannya.
Sementara itu, siswa yang menggunakan
pendekatan achieving pada umumnya dilandasi oleh motif ekstrinsik yang berciri
khusus yang disebut ego-enhancement yaitu ambisi pribadi yang besar dalam
meningkatkan prestasi keakuan dirinya dengan cara meraih indeks prestasi
setinggi-tingginya, gaya belajar siswa ini lebih serius daripada siswa-siswa
yang menggunakan pendekatan lainnya.
Menurut analisa pemakalah, pendekatan belajar seperti yang diterangkan di
atas sangat baik untuk diterapkan kepada anak didik, hal ini membuat mereka akan
lebih mudah memahami apa yang diterangkan oleh para pendidiknya.
Pendekatan-pendekatan ini sangat ekektif dan efisien digunakan, karena akan
mendorong para peserta didik untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran.
C.
Metode Belajar
Ragam Metode Belajar
a.
Metode SQ3R
Metode SQ3R yang dikembangkan oleh Prancis P. Robonson[10] di
universitas negeri Ohio Amerika Serikat. Metode terdebut bersifat praktis dan
dapat diaplikasikan dalam berbagai pendekatan belajar.
SQ3R pada prinsipnya merupakan singkatan-singkatan langkah-langkah teks
yang meliputi:
1.
Survey, maksudnya memeriksa atau
meneliti atau mengidentifikasikan seluruh teks
2.
Question, maksudnya menyusun
daftar pertanyaan yang relevan dengan teks
3.
Read, maksudnya membaca teks
secara aktif untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang telah
tersusun
4.
Recite, maksudnya menghafal
setiap jawaban yang telah ditemukan
5.
Review, maksudnya meninjau ulang
seluruh jawaban atau pertanyaan yang tersusun pada langkah kedua dan ketiga
Langkah pertama, dalam melakukan aktifitas survey, anda perlu membantu dan
mendorong siswa untuk meneliti secara singkat seluruh struk teks.
Langkah kedua, anda sekiranya memberikan petunjuk atau contoh kepada para
siswa untuk menyusun pertanyaan dengan singkat, jelas dan relevan.
Langkah ketiga, anda sekiranya menyuruh siswa secara aktif dalam rangka
mencari jawaban atas pertanyaan yang telah tersusun.
Langkah keempat, sekiranya anda menyuruh menyebutkan lagi jawaban-jawaban
atas pertanyaan yang telah tersusun, latihlah siswa untuk tidak membaca catatan
jawaban.
Langkah kelima pada langkah terakhir (review) anda sebaiknya menyuruh siswa
untuk ulang seluruh pertanyaan dan jawab secara singkat.
b.
Metode PQ4R
Metode belajar lain yang dipandang dapat meningkatkan kinerja memori dalam
memahami substansi teks adalah metode ciptaan Thomas dan Robinson (1972) yang
disebut PQ4R singkatan dari Preview, Question, Read, Reflect, Recite, Review.
Teknik menurut Anderson pada hakikatnya merupakan penimbulan pertanyaan
pertanyaan dan Tanya jawab yang dapat mendorong pembaca teks melakukan
pengelolahan secara mendalam dan lebih luas.
Menurut kami pemakalah, metode yang disebutkan diatas baik untuk digunakan,
karena metode tersebut mencakup keseluruhan dari model pembelajaran para
peserta didik. Seperti contohnya kita ambil satu metode, yaitu metode SQ3R yang
merupakan Survey, Question, Read, Recite, Review yang berarti dumulai dari
meneliti atau mengidentifikasi sampai terakhir menyuruh siswa untuk mengulang
kembali apa yang sudah diterangkan di awal pembelajaran. Metode ini sangat
efektif untuk digunakan, karena akan membuat para peserta didik menjadi lebih
aktif.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dalam belajar banyak pendekatan dan metode yang harus digunakan agar
terjadi proses pembelajaran yang baik. Sebaiknya memahami dulu pendekatan dan
metode yang harus digunakan dalam menuntut siswa itu menjadi lebih baik dari
sebelumnya.
Beragam pendekatan dan
metode belajar yang dapat diterapkan seseorang untuk mencapai suatu
pembelajaran yang lebih baik, diantaranya:
Ragam pendekatan
belajar:
1.
Pendekatan Hukum Jost
2.
Pendekatan Ballard dan Clanchy
3.
Pendekatan Biggs
Ragam metode
belajar:
1.
Metode SQ3R
2.
Metode PQ4R
[1] Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta:
PT Rineka Cipta, 2008), hlm. 79.
[2] Djaali, Psikologi pendidikan,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 101.
[3] Ely Manizar, pengantar
Psikologi pendidikan, (Palembang: IAIN Raden Fatah Press, 2008), hlm. 79.
[4] Ibid., hlm. 79.
[5]Abin Syamsuddin Makmun,
Psikologi Pendidikan, (Bandung: Rosda Karya Remaja, 2003), hlm. 108.
[6] Nyayu Khodijah, psikologi
belajar, (Palembang: IAIN Raden Fatah, 2006), hlm. 136.
[7] Ibid, hlm. 137.
[8] Ibid, hlm. 139.
[9] Ibid.,
[10] Nyayu Khodijah, psikologi
belajar, (Palembang: IAIN Raden Fatah, 2006), hlm. 145.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar