PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pada
hakikatnya guru merupakan pendidik yang nantinya akan ditiru oleh anak didiknya
dengan kata lain guru, digugu dan ditiru. Apapun yang dilakukan atau
yang diperlihatkan oleh guru kepada siswanya baik dari segi ucapan, perbuatan
maupun penampilan merupakan hal penting yang nantinya akan dapat dinilai bahkan
ditiru oleh anak didiknya. Oleh karena itu guru dituntut untuk memiliki etika
ketika berhadapan dengan anak didik.
Dalam sebuah proses pendidikan baik
formal maupun non formal, kehadiran seorang guru merupakan hal yang sangat
utama. Peranan guru itu belum dapat digantikan oleh apapun, karena masih banyak
unsur-unsur manusiawi seperti sikap, sistem nilai, perasaan dan lain-lain yang
sangat diharapkan dihasilkan dari suatu proses pengajaran tidak akan dapat
dicapai tanpa adanya guru.
Saat ini peran guru masih sangat
penting, walaupun ditengah arus kemajuan ilmu dan teknologi yang kian meningkat
seperti laju informasi yang bisa langsung diterima bukan dari guru, namun dari
alat-alat canggih seperti TV, Radio dan lain-lain. Dalam menyikapi hal ini guru
dituntut dapat memerankan perannya sesuai dengan kebutuhan ataupun tuntutan
masyarakat.
Proses
pengajaran tidak akan tercapai tanpa adanya sosok guru. Tidak mustahil ketika
seorang guru mendidik anak didiknya dengan sikap dan etika yang kurang baik,
akan berdampak buruk atau bahkan tidak tercapainya tujuan pendidikan itu
sendiri. Oleh karena itu suksesnya suatu pendidikan tergantung kepada guru.
Etika
sebagai ilmu menjadi sangat luas jangkauannya, karena etiap segi kehidupan
manusia selalu memuat kandungan etika. Kandungan etika itu terjalin satu dengan
yang lain yang cukup erat karena memiliki dasar-dasar pemikiran yang pada
hakikatnya serupa.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
itu etika, guru dan etika keguruan?
2. Bagaimana
tugas dan tanggung jawab guru terhadap peserta didik?
3. Apa
peranan guru dalam dunia pendidikan?
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Etika Keguruan
Etika secara etimologi berasal dari
bahasa Yunani “ethos” yang berarti
watak kesusilaan atau adat. Identik dengan perkataan moral yang berasal dari
bahasa Latin “mos” yang dalam bentuk
jamaknya “mores” yang berarti juga
adat atau cara hidup.[1]
Etika secara terminology, menurut
Hamzah Ya’qub yang dikutip Akmal Hawi pengertia etika teologis ialah yang
menjadi ukuran baik buruknya perbuatan manusia, didasarkan atas ajaran Tuhan.
Segala perbuatan manusia yang diperintahkan Tuhan itulah yang baik dan segala
perbuatan yang dilarang oleh Tuhan itulah perbuatan buruk.[2]
Banyak
pengertian dari kata guru. Ahli Bahasa Belanda J.E.C Gericke dan T Roorda
menerangkan bahwa guru berasal dari bahasa Sansekerta, yang artinya berat,
besar, penting, baik sekali, terhormat dan juga berarti pengajar. Organisasi
Guru Amerika Serikat (NEA) mengartikan, “Guru adalah semua petugas yang
langsung terlibat dalam membimbing tugas-tugas kependidikan”.[3]
Guru
adalah Pendidik yang merupakan orang dewasa yang bertanggungjawab memberikan
bimbingan atau bantuan kepada siswa dalam perkembangan jasmani dan rohani agar
mencapai kedewasaan, mampu melaksanakan tugas sebagai makhluk Tuhan, Khalifah
di bumi dan sebagai individu yang sanggup berdiri sendiri.
Sedangkan
pengertian guru bila dilihat dari sudut pandang sosial, budaya dan agama
adalah:
Ø Pengertian guru dari sudut pandang
sosial adalah orang yang dapat berinteraksi dengan peserta didik dalam hubungan
timbal balik antara pendidik dan peserta didik, dapat mengetahui karaketeristik
peserta didik dan tidak membedakan antara golongan menengah dan atas, dapat memanfatkan
harapan-harapan orang tua dan menerapkannya dalam kelas dalam bentuk
norma-norma, bersikap demokratis
Ø Pengertian
guru dilihat dari sudut pandang budaya adalah orang yang membimbing kepada
peserta didik, mampu menilai kemampuan peserta didik dengan baik, dapat
mendidik peserta didiknya dengan menyampaikan sejumlah pengetahuan yang sesuai
dengan kurikulum metode dan teknik kontrol tertentu yang berlaku di sekolah,
dapat mentransfer ilmu pengetahuannya dengan baik
Ø Pengertian guru dilihat dari sudut pandang
agama adalah orang yang berilmu dan mengamalkannya, yang memiliki kepribadian
muslim yang kaffah, yang melaksanakan tindakan mendidik secara Islami, yang
mempunyai kedudukan utama dan sangat penting.
Jadi
dari pengertian etika keguruan diatas dapat kami simpulkan bahwasannya etika
keguruan adalah tingkah laku yang baik dan mana yang kurang baik yang
diperlihatkan secara keseluruhan daripada kaidah-kaidah moral yang nampak dalam
perbuatan manusia yang diperlihatkan kepada guru kepada anak didiknya agar anak
didik tersebut terangsang untuk mengikutinya.
Etika
yang pada dasarnya menganalisa tingkah laku, moral, adat, kebiasaan, cara
berpikir, yang kemudian mendorong seseorang bersikap dan bertindak etis, adalah
merupakan hal yang terpenting untuk dipelajari dan diinternalisasikan. Diketahui
bahwa etika itu menyelidiki segala perbuatan manusia kemudian menetapkan
hukumnya baik atau buruk, akan tetapi bukanlah semua perbuatan itu dapat diberi
hukum seperti ini, karena perbuatan manusia itu ada yang timbul tiada dengan
kehendak, seperti bernapas, detak jantung dan memicingkan mata dengan tiba-tiba
waktu berpindah dari gelap ke cahaya, maka inilah inilah bukan persoalan pokok
etika, dan tidak dapat memberi hukum “baik atau buruk”, dan bagi yang
menjalankan tiada dapat kita sebut orang yang baik atau orang yang buruk, dan
tidak dapat dituntut. Dan ada pula perbuatan yang timbul karena kehendak dan
setelah dipikir masak-masak akan hasil dan akibatnya, sebagaimana orang yang
melihat pendirian rumah sakit yang dapat memberi manfaat kepada penduduknya dan
meringankan penderitaan sesama, kemudian ia lalu bertindak mendirikan rumah
sakit itu.
B.
Tugas
dan Tanggung Jawab Guru
Dalam melaksanakan tugasnya,
seorang guru mempunyai tanggung jawab yang utama. Mengajar merupakan suatu
perbuatan yang memerlukan tanggung jawab moril yang cukup berat. Behasilnya
pendidikan pada siswa sangat tergantung pada pertanggungjawaban guru dalam
melaksanakan tugasnya. Masalah utama pekerjaan profesi adalah implikasi dan
konsekuensi pekerjaan tersebut terhadap tugas dan tanggungjawabnya.
Dalam melaksanakan tugasnya
sehari-hari baik sebagai pengajar (instructional
function) maupun sebagai pendidik (educational
function), ia akan selalu menghadapi problema-problema. Misalnya saja
problema dalam mengajar, secara proses problema tersebut akan selalu muncul
pada tiga periode, yaitu periode sebelum aktivitas mengajar (preinstructional activities), periode
aktivitas mengajar (instructional
activities), dan periode setelah aktivitas mengajar (postinstructional).[4]
Tugas guru bukan saja menyangkut
kegiatannya di dalam kelas atau sekolah, melainkan harus pula melakukan hal-hal
atau melaksanakan seperangkat tingkah laku sehubungan dengan kedudukannya
sebagai guru. Menurut Peters[5]
yang dikutip Akmal Hawi, tugas dan tanggung jawab guru adalah: 1) sebagai
pengajar; 2) sebagai pembimbing; 3) sebagai administrasi kelas.
Sedangkan menurut Armstrong, tugas
dan tanggung jawab guru ada 5, yaitu: 1) tanggung jawab pengajaran; 2) tanggung
jawab memberikan bimbingan; 3) tanggung jawab mengembangkan kurikulum; 4)
tanggung jawab mengembangkan profesi; 5) tanggung jawab dalam membina hubungan
dengan masyarakat.
Sedangkan menurut Moh. Uzer Isman,
guru memiliki banyak tugas baik yang terikat oleh dinas (bentuk pengabdian). Ada
3 jenis tugas guru, yaitu:
1. Tugas
dalam bidang profesi meliputi mendidik, mengajar dan melatih.
2. Tugas
guru dalam bidang kemanusiaan, guru harus dapat menjadikan dirinya sebagai
orang tua kedua.
3. Tugas
guru dalam bidang kemasyarakatan, dimana guru berkewajiban mendidik dan
mengajar masyarakat untuk menjadi warga Negara Indonesia yang bermoral
Pancasila serta menceradaskan bangsa Indonesia.
Sedangkan menurut Piet. A .
Sahertian dkk, tugas guru dapat dibedakan menjadi 3, yaitu:
1. Tugas
professional
Tugas
professional menjadikan guru memiliki peranan profesi. Diantara yang termasuk
peranan professional adalah: a) gruu menguasai pengetahuan; b) guru menguasai
psikologi anak; c) guru sebagai penanggungjawab disiplin anak, penilai dan
konselor terhadap kegiatan siswa; d) guru sebagai penghubung sekolah dengan
masyarakat.
2. Tugas
Personal
Tugas
guru sebagai pemberi contoh dan mampu menampakkan sosok seorang guru yang baik
yang memiliki konsep dan pribadi yang baik.
3. Tugas
sosial
Seorang
guru harus punya komitmen terhadap masyarakat dalam peranannya sebagai agen
pembaharuan.
Tugas dan peran guru tidaklah
terbatas di dalam masyarakat, bahkan pada hakikatnya tugas guru merupakan
komponen strategis yang memiliki peran yang penting dalam menentukan gerak maju
kehidupan bangsa. Keberadaan guru merupakan faktor yang penting dalam suatu
bangsa yang tidak mungkin digantikan oleh yang lain. Masyarakat mendudukkan
guru pada tempat yang terhormat dalam mesyarakat yakni ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani (di
depan memberi suri tauladan, ditengah-tengah membangun dan dibelakang memberi
dorongan dan motivasi).
Menurut Cece Wijaya tanggung jawab
guru meliputi bidang moral, pendidikan di sekolah, bidang kemasyarakatan dan
bidang keilmuan.
Sedangkan menurut Oemar Hamalik
tanggung jawab guru meliputi:
1. Menuntut
murid belajar
2. Turut
serta membina kurikulum di sekolah
3. Melakukan
pembinaan terhadap diri siswa
4. Memberikan
bimbingan
5. Melakukan
diagnosa kesulitan belajar dan kemajuan belajar
6. Menyelenggarakan
penelitian
7. Mengenal
masyarakat dan ikut serta aktif menyukseskan pembangunan
8. Membangun
terciptanya kesatuan dan persatuan bangsa dan perdamaian dunia
9. Menghayati,
mengamalkan dan mengamankan Pancasila
10. Meninggikan
professional guru
Disamping itu ilmuwan muslim juga
mengemukakan beberapa tugas guru. Menurut Abdullah Uhran tugas guru ialah
melaksanakan pendidikan ilmiah, karena ilmu mempunyai pengaruh terhadap
pembentukan kepribadian dan emansipasi harkat manusia. Tugas guru merupakan
kelanjutan dan kesamaan dengan tugas orang tua. Tugas pendidik muslim umumnya
yaitu memberi pendidikan yang berwawasan manusia seutuhnya.
Menurut Abdurrahman Al-Nahlawi,
guru hendaknya mencontoh peranan yang dilakukan Nabi. Tugas mereka yang pertama
ialah mengkaji dan mengajarkan ilmu Ilahi sesuai dengan ayat Alquran surat
Ali-Imran ayat 79.
Artinya:
“Tidak
wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al kitab, hikmah dan
kenabian, lalu dia Berkata kepada manusia: "Hendaklah kamu menjadi
penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah." akan tetapi (Dia berkata):
"Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, Karena kamu selalu
mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya.” (QS. Ali-Imran: 79).
Secara umum menurut Abdurrahman
al-Nahlawi tugas guru adalah:
a. Tugas
pensucian, yaitu mengembangkan dan membersihkan jiwa peserta didik agar dapat
mendekatkan dirikepada Allah, menjauhkannya dari keburukan dan menjaga agar
tetap dalam fitrahnya
b. Tugas
pengajaran, yaitu menyampaikan berbagai pengetahuan terhadap peserta didik
untuk diterjemahkan dalam tingkah laku dan kehidupannya.
Menurut Piet. A. Sahertian,
tanggung jawab guru tidak hanya menekankan pada aspek kognitif tetapi juga pada
aspek kepribadian anak misalnya mendidik anak disiplin, tanggung jawab dan
kemandirian.
Dari beberapa pendapat di atas maka
dapat disimpulkan bahwa tugas dan tanggung jawab guru meliputi tugas disekolah
dan diluar sekolah. Tugas disekolah berkaitan dengan peran dan posisi guru di
tengah masyarakat. Sedangkan tanggung jawab guru selain memberikan pengetahuan
juga menanamkan aspek kepribadian pada diri peserta didik.
C.
Peran
Guru
Adanya perkembangan baru dalam proses
belajar mengajar membawa konsekuensi guru untuk meningkatkan peranannya dan
kompetensinya. Guru yang kompeten akan lebih mampu mencitakan lingkungan
belajar yang efekif dan mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada
pada tingkat optimal. Kunci pokok pelajaran itu ada pada seorang guru
(pengajar). Tetapi ini bukan berarti dalam proses pengajaran hanya guru yang
aktif, sedang peserta didik pasif.
Pengajaran menuntut keaktifan kedua
pihak yang sama-sama menjadi subjek pengajaran. Agar lalu lintas pengajaran
bisa berjalan lancar, teratur dan terhindar dari beberapa hambatan yang
berakibat pada stagnasi pengajaran, pengajaran yang tidak lancar dan teratur, serta
kemungkinan-kemungkinan lain, seperti fasilitas peserta didik, ketidaksesuian
penerapan metode, ketidakpahaman terhadap materi keterasingan peserta didik
dalam suatu kelas pengajaran, dan lain-lainnya, maka seorang guru harus
mengerti, memahami dan menghayati berbagai prinsip pengajaran sekaligus
mengaplikasikannya pada waktu dia melaksnakan tugas mengajar.
Prinsip-prinsip tersebut sangat
berkaitan dengan segala komponen pengajaran, baik yang menyangkut apa dan
begaimana peran guru dalam pengajaran, kea rah mana sebenarnya pengajaran harus
dilaksanakan, menyangkut apa, mengapa dan bagaimana supaya peserta didik dapat
terlibat aktif dalam pengajaran. Adapun prinsip-prinsip pengajaran itu
meliputi:[6]
a. Prinsip
aktivitas.
Belajar
yang berhasil mesti melalui berbagai macam aktivitas, baik aktivitas fisik
maupun psikis.
b. Prinsip
motivasi.
Suatu
aktivitas belajar sangat lekat dengan motivasi perubahan suatu motivasi akan
mengubah pola wujud, bentuk dan hasil belajar.
c. Prinsip
individualitas
Perkembangan
individualitas merupakan suatu proses yang kreatif. Dalam proses individu harus
memainkan peranan yang aktif, selalu mengadakan aksi dan reaksi yang bertujuan
terhadap lingkungannya.
d. Prinsip
lingkungan
Ada
dua macam cara menggunakan lingkungan sebagai sumber pengajaran atau belajar:
1) membawa peserta didik dalam lingkungan dan masyarakat untuk keperluan
pelajaran (karya wisata, servis projek, school camping, interview, survey). 2)
membawa sumber-sumber dari masyarakat ke dalam kelas pelajaran untuk
kepentingan pelajaran (resort respon, benda-benda, seperti pameran atau
koleksi).
e. Prinsip
konsentrasi
Upaya
untuk mendorong peserta didik agar konsentrasi (memusatkan perhatiannya) dan
melakukan suatu penyelidikan serta menentukan sesuatu yang dapat digunakan
kelak untuk kehidupan di dalam masyarakat, maka pada setiap pengajaran, guru
dituntut untuk dapat mengatur atau mengelola pelajaran sedemikian rupa.
f. Prinsip
kebebasan
Setiap
peserta didi harus dapat mengembangkan diri dengan bebas. Untuk itu mereka
harus dibimbing sedemikian rupa sehingga mereka akan sanggup mandiri. Guru yang
telah menguasai peserta didik dan memaksakan kehendaknya pada mereka, akan
berdampak terhadap peserta didik menjadi individu yang selalu dependen pada
orang lain dan inisiatifnya menjadi beku.
g. Prinsip
peragaan
Ada
dua macam peragaan: 1) peragaan langsung, misalnya guru membawa alat-alat atau
benda-benda ke dalam kelas pengajaran dan di tunjukkan kepada peserta didik
atau membawa mereka ke laboratorium, pabrik-pabrik, kebub binatang, dsb. ; 2)
peragaan tidak langsung, misalnya gambar-gambar, foto-foto, film, dsb.
h. Prinsip
kerja sama
Kerja
sama atau kooperatif merupakan lawan dari persaingan. Dalam kehidupan
sehari-hari kerja sama dan persaingan sering terlihat di dalam kelas. Untuk
membentuk individu peserta didik menjadi manusia yang demokratis, guru harus
menekankan pelaksanaan prinsip kerja sama atau kerja kelompok. Ada dua jenis
kerja kelompok menurut william burton. 1) kerja kelompok untuk memecahkan suatu
proyek atau masalah. 2) diskusi kelompok, untuk memecahkan suatu masalah yang
menimbulkan berbagai pendapat.
i.
Prinsip apersepsi
Seriing
disebut “batu loncatan”, maksudnya sebelum pengajaran dimulai untuk menyajikan
bahan pelajaran baru, guru diharapkan dapat menghubungkan lebih dahulu bahan
pelajaran (pengajaran) sebelumnya/kemarin yang menurut guru telah dikuasai
peserta didik. Apersepsi ini dapat disajikan melalui pertanyaan untuk
mengetahui apa peserta didik masih ingat/lupa, sudah dikuasai/belum, hasilnya
untuk menjadi titik tolak dalam memulai pelajaran yang baru.
j.
Prinsip korelasi
Korelasi
(saling berkaitan) akan melahirkan asosiasi dan apersepsi sehingga akan tumbuh
dan bangkit minat peserta didik terhadap pengajaran. Pengajaran yang
dihubungkan dengan masalah-masalah kehidupan keseharian individu maupun
dihubungkan dengan bidang-bidang lain yang bisa dikaitkan akan menjadikan
sesuatu yang baru dan berguna bagi peserta didik.
k. Prinsip
efisiensi dan efektifitas
Suatu
pengajaran yang baik adalah apabila proses pengajarn itu menggunakan waktu yang
cukup sekaligus dapat membuahkan hasil (pencapaian tujuan instruksional) secara
lebih tepat dan cermat serta optimal. Waktu pengajaran yang sudah ditentukan
sesuai dengan bobot materi pelajaran maupun capaian tujuan instruksionalnya
diharapkan dapat memberika sesuatu yang berharga dan berhasil guna bagi peserta
didik. Disini pernanan metode sangat menentukan.
l.
Prinsip globalitas
Menurut prinsip
globalitas/integralitas bahwa keseluruhan adalah menjadi titik awal pengajaran.
Peserta didik selalu mengamati keseluruhan lebih dahulu baru kemudian
bagian-bagiannya. Disini pendekatan deduktif lah yang ditekankan yaitu
mengenalkan pengajaran kepada peserta didik yang dari pengertian/penjelasan
yang umum kepada yang khusus, dari kaidah-kaidah umum kepada kaidah-kaidah yang
khusus, dari yang global kepada yang spesifik, dari pengenalan sistem kepada
elemen-elemen sistem.
m. Prinsip
permainan dan hiburan
Para sarjana pendidikan
berpandangan bahwa, pada dasarnya setiap individu didik atau peserta didik itu
sangat membutuhkan permainan dan hiburan setelah selesai belajar. Kelas
pengajaran yang diliputi oleh suasana hening, sepi, serius dan penuh konsentrasi
terhadap pelajaran, maka akibat yang tidak disadari menjadikan induvidu merasa
kelelahan, bosan, capek, butuh refresing, istirahat, rekreasi, dan semacamnya.
Sedangkan menurut Ahmad Rohani[7]
yang dikutip oleh Akmal Hawi peran guru adalah ganda yakni sebagai pengajar dan
pendidik. Sedangkan menurut Sudirman AM, peranan guru adalah:
1. Karakter,
guru harus dapat membedakan nilai yang baik dan man nilai yang buruk.Semua
nilai yang baik harus guru pertahankan dan nilai yang buruk harus disingkirkan
dari watak dan jiwa anak didik.
2. Inspirator,
guru harus dapat memberikan ilham yang baik bagi kemajuan anak didik. Guru
harus dapat memberi petunjuk (ilham) bagaimana cara belajar yang baik.
3. Informator,
pelaksana cara mengajar infomatif
4. Organisator,
pengelola kegiatan akademik
5. Motivator,
meningkatkan kegiatan dan pengembangan kegiatan belajar siswa
6. Pengasuh/director,
membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan yang
dicita-citakan
7. Inisiator,
pencetus ide dalam proses belajar mengajar
8. Transmitter,
penyebar kebijaksanaan pendidikan dan pengetahuan
9. Fasilitator,
memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar mengajar
10. Mediator,
penengah dalam kegiatan belajar mengajar
11. Evaluator,
menilai prestasi anak didik dalam bidang akademis maupun tingkah laku.
12. Pengelola
kelas, agar anak didik betah tinggal di kelas dengan motivasi yang tinggi untuk
senantiasa belajar di dalamnya.
13. Supervisor,
guru dapat membantu, memperbaiki, dan menilai secara kritis terhadap proses
pengajaran.
a. Guru
Sebagai Pengajar
Salah satu tugas
guru adalah sebagai pengajar. Secara
umum tugas mengajar dijelaskan sebagai tugas membantu siswa agar mereka dapat
belajar dan akhirnya dapat mengerti bahan yang sedang dipelajari secara benar.
Dengan demikian maka siswa semakin bertambah pengetahuan mereka.[8]
b. Guru
Sebagai Pendidik
Peran seorang
guru selanjutnya adalah sebagai seorang pendidik.
Sebagai pendidik, guru diharapkan dapat membantu siswa berkembang menjadi
pribadi yang baik benar. Bila dengan mengajar, guru membantu siswa menjadi
orang cerdas atau pandai; dengan mendidik guru membantu siswa menjadi orang
yang baik.
c. Guru
Sebagai Teladan Hidup
Guru dapat
menjadi teladan dalam semua nilai kebaikan yang diajarkan mereka. Tetapi dalam
situasi pendidikan Indonesia sekarang ini, yang sedang membangun nilai budaya
demokrasi dan penghargaan terhadap manusia, ada beberapa nilai yang kiranya
perlu ditekankan dalam keteladanan guru. Beberapa nilai itu antara lain sebagai
berikut:
1. Nilai
demokrasi, guru diharapkan menjadi teladan dalam bersikap demokrasi seperti
sikap tidak diskriminatif, sikap menerima usulan dari siswa, terbuka terhadap
gagasan siswa, sikap menerima perbedaan pendapat dengan siswa ataupun orang
lain.
2. Nilai
kejujuran, guru diharapkan berlaku jujur dalam mengajar, dalam mengoreksi
pekerjaan siswa, dalam memberikan nilai kepada siswa.
3. Nilai
disiplin, diharapkan berlaku disiplin sendiri yang terlihat dalm ketepatan
waktu mengajar, koreksi, menaati peraturan sekolah, perencanaan kurikulum dan
bahan.
4. Penghargaan
hak asasi orang, guru diharapkan dapat menjadi teladan dalam menghargai hak
orang lain baik dalam bicara maupun dalam tingkah lakunya. Hak anak dihargai,
hak masyarakat dihargai. Hak anak didik untuk mendapatkan penjelasan dipenuhi,
kebebasan anak didik dalam berpendapat dihargai.
5. Teladanan
dalam keterbukaan dan kerjasama, guru diharapkan juga menjadi teladan dalam
sikap keterbukaan terhadap siswa, terhadap gagasan orang lain, terhadap nilai
yang baru.
6. Rasionalitas,
guru diharapkan menjadi teladan dalam penilaian nasional dan pemikiran
rasional. Tidak mudah emosi dalam penilaian banyak kasus, tetapi tetap tenang
dan rasional dengan segala alasan yang dapat diungkapkan.
7. Hidup
bermoral dan beriman, hal yang juga ingin dilihat siswa adalah apakah gurunya
sungguh bermoral baik dan beriman akan Allah. Tindakan sepeti pelecehan
seksual, korupsi, penipuan jelas tidak diharapkan terjadi pada guru.
8. Nilai
sosial, guru yang asocial, egois dan hanya mencari senang dan enak serta
keinginan sendiri, jelas merupakan teladan yang tidak baik bagi siswa. Kepekaan
guru terhadap siswa yang sakit, teman guru yang sakit, peristiwa buruk yang
dihadapi masyarakat, menjadi teladan kepekaan siswa juga.
9. Nilai
tanggung jawab, siswa akan sangat dibantu bila melihat gurunya sungguh
bertanggungjawab terhadap tugasnya sebagai pendidik dan pengajar. Bila siswa
dapat merasakan bahwa gurunya menyiapkan dengan baik bahan, memperlakukan siswa
secara baik, ikut prihatin terhadap apa yang dialami siswa, mereka akan sangat
terbantu. Bila guru lari dari tanggung jawab, siswa akan merasakan akibatnya.
10. Nilai
daya juang, banyak siswa sekarang ini kurang daya juang. Mereka mudah menjadi
putus asa bila menghadapi kesulitan dalam belajar atau dalam berteman. Guru
yang punya daya juang besar, yang dapat dilihat dan dirasakan anak didik, akan
membantu anak didik memperteguh daya juang mereka.
11. Semangat
terus belajar. Guru perlu memberikan teladan dalam semangat untuk terus belajar
dan mengembangkan diri. Dengan terus belajar maka pengetahuannya akan bertambah
dan ini kentara dalam proses pembelajaran membantu anak didik. Guru yang selalu
mengajar sama terus akan dinilai anak didik sebagai tidak pernah belajar lagi.[9]
d. Guru
Sebagai Pemotivasi Belajar
Tantangan yang dihadapi
seorang guru dalam memotivasi murid adalah kurangnya kerja sama murid di dalam
kelas. Jika murid-murid di motivasi dengan nilai-nilai, imbalan-imbalan atau
hukuman-hukuman, mereka hanya akan berkonsentrasi dalam pertemuan-pertemuan di
dalam kelas yang sangat minim. Mereka akan melakukan hal-hal yang diperlukan
untuk tes, tetapi mereka akan segera melupakan sebagian besar pelajaran yang
telah mereka pelajari.
Ada
beberapa strategi guru dalam memotivasi belajar muridnya, yaitu:
1. Menjelaskan
tujuan belajar ke peserta didik.
Pada permulaan belajar
mengajar terlebih dahulu seorang guru menjelaskan mengenai tujuan instruksional
khusus yang akan dicapainya kepada siswa. Makin jelas tujuan maka makin besar
pula motivasi dalam belajar.
2. Berikan
hadiah untuk murid yang berprestasi
Hal ini akan
memacu semangat mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Disamping itu, murid
yang belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar murid yang
berprestasi.
3. Saingan/kompetisi
Guru berusaha
mengadakan persaingan di antara muridnya untuk meningkatkan prestasi
belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya.
4. Pujian
Sudah sepantasnya murid
yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau pujian. Tentunya pujian yang
bersifat membangun.
5. Hukuman
Hukuman yang diberikan
kepada murid yang berbuat kesalahan saat proses belajar mengajar. Hukuman ini
diberikan dengan harapan agar murid tersebut mau mengubah diri dan berusaha
memacu motivasi belajar.
6. Membangkitkan
dorongan kepada anak didik utnuk belajar
Strateginya
adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta didik.
7. Membentuk
kebiasaan belajar yang baik
8. Membantu
kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok
9. Menggunakan
metode yang bervariasi
10. Menggunakan
media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran.[10]
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Saat ini peran guru masih sangat
penting, walaupun di tengah arus kemajuan ilmu dan teknologi yang kian pesat
seperti laju informasi yang bisa langsung diterima bukan dari guru, namun dari
alat-alat canggih seperti televise, radio, dan lain-lain. Dalam menyikapi hal
ini guru dituntut dapat memerankan perannya sesuai dengan kebutuhan ataupun
tuntutan masyarakat.
Dalam melaksanakan tugasnya,
seorang guru memunyai tanggung jawab yang utama. Mengajar merupakan suatu
perbuatan yang memerlukan tanggung jawab moral yang cukup berat. Berhasilnya pendidikan pada siswa-siswa
sangat tergantung pada pertanggungjawaban guru dalam melaksanakan tugasnya.
Masalah utama pekerjaan profesi adalah implikasi dan konskuensi pekeerjaan
tersebut terhadap tugas dan tanggung jawabnya.
Tugas dan peran guru tidaklah
terbatas di dalam masyarakat, bahkan pada hakikatnya tugas guru merupakan
komponen strategis yang memiliki peran yang penting dalam menentukan gerak maju
kehidupan bangsa. Keberadaan guru merupakan faktor yang penting dalam suatu
bangsa yang tidak mungkin digantikan oleh yang lain.
B.
Saran
Dari
penjelasan di atas mengenai etika keguruan, penulis dapat memberi masukan
sekaligus saran yang Insya Allah dapat membangun lembaga pendidikan, terutama seorang guru agar lebih mampu mengemban
tugas-tugasnya sebagai seorang pendidik. Untuk menjadi seorang pendidik/guru
yang baik haruslah memiliki kemampuan sekaligus etika agar dalam proses belajar
mengajar terlaksana sesuai dengan tujuan daripada pendidikan itu sendiri.
Selain itu juga tugas guru adalah menjadi penyalur pengetahuan atau isi
pelajaran kepada peserta didik. Seperti yang kita ketahui bahwa seorang guru
itu mempunyai kewajiban yang harus dilakukan, yaitu mendidik peserta didik
kejalan yang benar agar tidak terjadi penyimpangan dalam kehidupan
kesehariannya. Kita sering mendengar istilah guru “digugu dan ditiru”. Disini
sudah jelas apabila guru menyampaikan pelajaran dan pengajaran dengan baik,
otomatis hasilnya pun akan baik juga dan harus di mulai dari diri seorang guru
itu terlebih dahulu. Terlebih kita sebagai calon guru Pendidikan Agama Islam
harus mampu berperan sebagai pendidik, pengajar, motivator, informator
sekaligus penunjuk jalan yang lurus untuk peserta didik kita nantinya.
DAFTAR PUSTAKA
Hawi, Akmal. 2008. Kompetensi Guru PAI. Cet. 7. Palembang:
Tim IAIN Raden Fatah Press.
Bafadal, Ibrahim. 2006. Peningkatan Profesionalisme Guru Sekolah
Dasar. Cet. 3. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Rifa’I, Veithzal dan Sylviana
Murni. 2009. Education Management. Jakarta:
Rajawali Pers.
Rohani, Ahmad. 2010. Pengelolaan Pembelajaran. Jakarta:
Rineka Cipta.
Suparno, Paul. 2003. Guru Demokratis Di Era Reformasi. Jakarta:
PT Grasindo.
Supeno, hadi. 1995. Potret guru. Cet. 1. Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan.
[1] Akmal Hawi, Kompetensi Guru PAI, (Palembang: Tim IAIN Raden Fatah Press, 2008),
hal. 61.
[2] Ibid,.
[3] Hadi Supeno, Potret Guru, (Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan, 1995), hal. 26.
[4] Ibrahim Bafadal, Peningkatan Profesionalisme Guru Sekolah
Dasar, cet. 7 (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), hal. 88.
[5] Akmal Hawi, Op. Cit, hal. 52.
[6] Ahmad Rohani, Pengelolaan Pembelajaran, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2010), hal. 7.
[7] Akmal Hawi, Op. Cit, hal. 57.
[8] Paul Suparno, Guru Demokratis Di Era Reformasi, (Jakarta:PT
Grasindo, 2003), hal. 27.
[9] Paul Suparno, Ibid, hal. 66-69.
[10] Veithzal Rifa’I dan Sylviana
Murni, Education Management, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2009), hal. 731.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar